Wabup Bojonegoro Buka Pemantapan Perbup-HIPPA

wakil-Bupati-Bojonegoro-Setyo-Hartono-saat-memberikan-pepamparan-kepada-peserta-HIPPA-Achmad-Basir.

wakil-Bupati-Bojonegoro-Setyo-Hartono-saat-memberikan-pepamparan-kepada-peserta-HIPPA-Achmad-Basir.

Bojonegoro, Bhirawa
Pembinaan Pemberdayaan Petani Pemakai Air  (HIPPA) dan pemantapan pemahaman perbup No. 18 Tahun 2012 tentang Pemberdayaan Petani Pemakai Air Kabupaten Bojonegoro di Kecamatan Dander  pada hari Kamis (20/8) diadakan di Kantor Kepala Desa Mojoranu. Kegiatan yang dibuka oleh Wakil Bupati Bojonegoro tersebut dihadiri oleh Camat Dander, Kepala Desa, perwakilan HIPPA dari 4 Kecamatan gabungan, serta beberapa Instansi terkait.
Kepala Dinas Pengairan Edi Susanto mengatakan, bahwa kegiatan pembinaan ini dilaksanakan terkait dengan Perbup No. 18 tahun 2012, yakni bagaimana mengelola keterbatasan air untuk mengelola pertanian. “Kegiatan ini, diikuti oleh 34 Desa dan 30 HIPPA gabungan yang terdiri dari 4 Kecamatan, yakni Kecamatan Bojonegoro, Kapas, Dander dan Kalitidu,” jelasnya, kemarin.
Edi Susanto juga menyampaikan bahwa di Kecamatan Dander DI (Daerah Irigasi) terbagi menjadi 4, yakni DI Pirang, DI Dander, DI Ngunut dan DI Lerang. Dimana dari keempat DI tersebut yang menjadi wewenang dan ditangani pemerintah Propinsi Jawa Timur adalah DI Pirang. “Karena luas Daerah Irigasi menjadi pedoman pembagian penanganan wewenang baik wewenang Kabupaten, Propinsi, maupun Pusat,” tandasnya.
Untuk Kewenangan Kabupaten terdapat 24 daerah irigasi, termasuk waduk klambangan yang diperbaikai samapi tahun 2018. Sedangkan waduk pacal, waduk gongseng dan waduk pejok menjadi wewenang pusat. “Selain itu juga terdapat dana alokasi khusus dari pemerintah pusat untuk perbaikan 24 Daerah Irigasi di Kabupaten Bojonegoro,” ujarnya.
Lanjut Edi, bahwa perbaikan demi perbaikan akan terus dilakukan, tentunya dengan memperhitungkan skala prioritas. Wakil Bupati Bojonegoro Setyo Hartono, mengatakan, bahwa Pemkab Bojonegoro menargetkan swasembada pangan dan energi sebenarnya bisa tercapai, tetapi banyak dari petani yang menjual hasil panennya keluar daerah.
“Bahwa air memiliki banyak kegunaan dalam bidang pertanian, peternakan dan kebutuhan sehari-hari. Namun banyak masyarakat yang tidak memanfaatkan air dengan baik, padahal tanah di Bojonegoro hanya bisa menyerap 15 % dari air hujan yang turun,” katanya.
Hal tersebut terjadi karena penebangan pohon dipedesaan mulai marak terjadi. Sehingga tanah menjadi gersang dan tidak bisa menyerap air secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya solusi yakni dengan menanam tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan tanah.
Wakil Bupati juga menyampaikan, bahwa masyarakat sekarang harus pintar mengelola tanah, jangan terus menerus menanam padi. Jika musim kemarau datang, tanamlah tanaman polowijo seperti jagung dan kedelai. “Jangan memaksakan menanam padi, jika terjadi gagal panen, petani akan rugi sendiri. Cara itu juga efektif untuk memberantas hama wereng,” imbuhnya.
Selain itu juga berpesan, gabungan HIPPA harus berkoordinasi dengan baik antara satu kecamatan dengan kecamatan lain, dan semua yang sudah disepakati bersama harus diikuti dan dijalankan dengan baik agar tidak terjadi pertikaian, karena mengingat jumlah air yang terbatas, yang terpenting bisa guyup rukun bersama untuk memajukan Desa.
Sementara itu Kepala Desa Mojoranu mengatakan, Desa Mojoranu, yakni yang terdiri dari 150 Ha area pertanian, dimana yang dialiri oleh daerah irigasi Dander Kanan seluas 100 Ha, dan area yang dialiri daerah irigasi pirang kiri seluar 50 Ha. [bas]

Tags: