Wabup Mojokerto Hadiri Peringatan Isra’ Mi’raj

Wabup Pungkasiadi hadir dalam peringatan Isra’ Miraj di Pendopo Pemkab Mojokerto. [kariyadi/bhirawa]

Kab Mojokerto, Bhirawa
Salat wajib lima waktu merupakan senjata yang mampu menjaga diri dari perbuatan tercela, maka hendaknya menjaga kewajiban itu dengan terus ‘mengasahnya’. Pesan mendalam ini disampaikan Wakil Bupati Mojokerto, Pungkasiadi, dalam Peringatan Isra Mi’raj 1439 Hijriyah Tahun 2018, Kamis (12/4) di Pendopo Graha Majatama Pemkab Mojokerto
”Salat wajib lima waktu ibarat senjata bagi diri kita. Dari subuh hingga bekerja, siang bertemu Dzhuhur, Ashar dipertemukan lagi dengan salat, hingga waktu Maghrib dan Isya. Semestinya hal ini membuat kita bahkan tidak sempat untuk melakukan perbuatan tercela,” kata wakil bupati yang hadir didampingi Sekretaris Daerah Kab Mojokerto, Herry Soewito.
Isra Mi’raj sendiri merupakan dua bagian dari perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW diberangkatkan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Makkah hingga Masjidil Aqsa di Palestina. Lalu dalam Mi’raj yakni Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit, sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Disini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa ini merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.
Siraman rohani oleh KH Mughni Wahab juga diberikan dalam Peringatan Isra Miraj 1439 H tahun 2018 kali ini. Dalam ceramahnya, Kiai Mughni menyampaikan tiga hal penting yang harus ada dalam diri tiap manusia yakni iman, ilmu dan amal. Ketiganya wajib berjalan dengan seimbang dan serasi.
”Dalam Islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi ke dalam Agama Islam. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun Islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya. Meskipun hal yang paling menentukan adalah iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang sempurna,” tutur Kiai Mughni.
Iman dan Ilmu memang merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. [kar]

Tags: