Wali Kota Sosialisasi Sentra Peternakan Rakyat Melalui Cangkruan

Wali Kota Rukmini Sosialisasikan Sentra Peternakan Rakyat melalui cangkruan.

Wali Kota Rukmini Sosialisasikan Sentra Peternakan Rakyat melalui cangkruan.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Diskominfo bekerja sama dengan Dinas Pertanian bidang peternakan mensosialisasikan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) lewat cangkru’an.  Ada 100 orang perwakilan kelompok tani se-Kota Probolinggo mengikuti kegiatan itu. Bertempat di Jalan Nangka RT 03. RW 03 Kelurahan Sumber Wetan Kecamatan Kedopok. Dihadiri Wali Kota Hj Rukmini, Wakil Wali Kota H.Suhadak, Ketua DPRD Agus Rudiyanto Ghaffur, Sekda, Asissten, Kepala Satker, Camat dan Lurah.
Para Kelompok tani membutuhkan informasi terkait SPR maupun sekolah peternakan rakyat. Karena keberadaannya masih baru di Kota Probolinggo. Keberadaan SPR di kota hanya 1 di Kecamatan Kedopok, dikarenakan daerah ini yang memiliki populasi sapi potong terpadat. Dengan nama SPR Perkasa, beranggotakan 453 orang yang terdiri dari 12 kelompok tani ternak, serta memiliki aset non ternak berupa lahan seluas 78,9 Ha.
Ada 3.714 ekor sapi yang tersebar atau sekitar 42% populasi sapi potong berada di wilayah ini. Termasuk didukung oleh lahan pertanian yang luas, sehingga limbah pertanian berpotensi dijadikan pakan ternak sapi potong. Hal ini diungkapkan Kepala Disperta Sukarning Yuliastuti, Senin 18/4 saat acara cangkruan.
Para kelompok tani sangat mendukung program tersebut, karena bermanfaat dan bisa mendongkrak ekonomi peternak. Mereka dilatih untuk berbisnis, meningkatkan jumlah sapi yang berbobot serta berkualitas. Namun sayangnya, saat sapi mereka gemuk justru mengundang pencuri hewan.
Wali Kota Hj Rukmini, berjanji akan menyampaikan keluhan tersebut ke pihak kepolisian. Bahkan disarankan para kelompok tani bisa melakukan kandangisasi. “Ternaknya dijadikan satu kandang lalu dijaga bersama-sama, kalau perlu dipasang CCTV. Jika ini bisa direalisasikan akan meminimalisir pencurian hewan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Wali Kota Rukmini mengatakan, ternak sapi potong merupakan salah satu sumber pendapatan bagi keluarga tani. “Populasi sapi potong di Kota Probolinggo mencapai 8.863 ekor dan 212 ekor untuk sapi perah. Ini merupakan populasi terbesar di kota-kota di Jawa Timur,” ungkapnya.
Bahkan beberapa waktu lalu telah disosialisasikan manajemen agribisnis sapi potong bagi kelompok tani dan ternak sapi di Kota Probolinggo. “Agribisnis peternakan merupakan bisnis berbasis usaha peternakan atau bidang lain yang mendukungnya baik dari sektor hulu maupun hilir,” ujarnya.
Setiap bagian dari sapi ini sangat bermanfaat dan bernilai jual. “Setiap bagian dari sapi ini bermanfaat. Ada istilah emas putih untuk susu dan tulangnya, emas merah untuk daging dan darahnya, emas kuning untuk pupuk dan urinnya serta emas hitam untuk pupuknya,” tandasnya.
Agar usaha peternakan sapi potong dapat berkembang. “Caranya dengan memahami input dan output usahatani ternak. Input usahatani ternak merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan produk perntanian seperti pakan ternak, tenaga kerja, obat-obatan ternak dan lainnya, sedangkan output usahatani ternak merupakan penerimaan fisik yang diperoleh dari hasil panenan usahatani ternak, misalnya pertambahan bobot badan ternak, susu sapi perah, anakan ternak dan sebagainya,” lanjutnya.
Di Kota Probolinggo sendiri, masih terdapat kekurangan dalam pengembangan  peternakan sapi potong ini. Banyak sekali ditemui di peternak sapi potong disini, yang masih menganggap usaha ini sebagai sampingan, bukan difokuskan pada usaha peternakan. Misalnya saja untuk pakan ternak, masih banyak yang tidak menghitung berapa biayanya, tidak menimbang pakan yang diberikan dan terkadang pakan yang diberikan tidak diperhitungkan jumlah nutrisinya,” tuturnya.
Selain itu, masih banyak ditemukan peternak sapi potong yang tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja yang digunakan untuk mememlihara ternaknya dan untuk kandang, kebanyakan dibuat seadanya tanpa memperhitungkan aspek kesehatan ternaknya baik itu untuk pencahayaan dan sirkulasi udaranya.
Masih sering ditemukan juga, sapi yang sakit tidak langsung dilaporkan, sehingga terkadang tidak tertolong. Peternak juga menjual sapi tanpa ditimbang terlebih dahulu sehingga tidak tahu patokan harga minial yang harus diterima.
Banyak peternak sapi potong yang belum memiliki kelompok usaha bisnis yang dikerjakan bersama seperti usaha pembuatan pakan ternak, usaha pembibitan ternak dan usaha pengolahan hasil. Ini juga menjadi kelemahannya. [wap]

Tags: