Wali Kota Terima Penghargaan Penggerak Budaya Literasi

18-Dewan Pertimbangan Pusat IKAPI Udananto Pudji Ludwinto ketika menyerahkan penghargaan kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (dre)Pemkot Surabaya, Bhirawa
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menilai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, sebagai figur pemimpin daerah yang paling aktif dalam mendorong minat baca warga kota yang dipimpinnya.
Berdasar penilaian tersebut, IKAPI memberikan anugerah IKAPI berupa penggerak budaya literasi kepada Wali Kota Surabaya. Penghargaan diserahkan kepada Wali Kota Risma di ruang kerjanya di Balai Kota Surabaya, Rabu (17/12) kemarin.
Dewan Pertimbangan Pusat IKAPI, Udanarto Pudji Ludwinto mengatakan, pihaknya sudah lama mendengar bagaimana peran Wali Kota Risma dalam meningkatkan budaya baca di Surabaya.
Dari situ, tim IKAPI Jakarta kemudian datang langsung ke Surabaya. Mereka turun ke sekolah-sekolah dan juga taman bacaan masyarakat (TBM) untuk memantau aktivitas baca anak-anak dan juga masyarakat Surabaya.
Menurut Udanarto, selain Wali Kota Risma, figur lain yang menjadi pertimbangan IKAPI adalah Hanum Salsabiela Rais. Putri dari mantan Ketua MPR, Amien Rais ini menulis novel laris “99 Cahaya di Langit Eropa” yang kemudian di filmkan.
”Kami kemudian memutuskan Bu Risma yang paling pantas mendapatkan anugerah dari IKAPI sebagai penggerak budaya literasi. Ini juga atas usulan dari IKAPI Jawa Timur. Bu Risma menjadi satu-satunya wali kota yang pernah menerima penghargaan ini,” tegas Udanarto.
Pria yang pernah menjabat Ketua IKAPI Jatim ini menyebut sosok Wali Kota Surabaya sebagai figur langka, terutama dalam kaitan dengan membangun budaya literasi di masyarakat.
”Baru Surabaya yang kami lihat ada kemajuan daIam menggerakkan literasi, kota lain belum. Ini harus kita support agar minat baca anak-anak terus tumbuh. Peran orang tua dan guru juga sangat penting sehingga anak-anak tidak monoton hanya melihat TV,” sambung dia.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini kepada wartawan mengaku tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan tersebut. Apalagi, Kota Surabaya sebelumnya tidak pernah mengikuti lomba. Wali Kota menekankan bahwa hal paling penting sebenarnya bukan pada penghargaan yang diterima.
”Terus terang saya tidak mengira. Dan kita arahnya memang bukan mendapatkan penghargaan, tetapi kalaupun dapat, ini untuk mendorong kawan-kawan agar  bekerja lebih keras lagi. Tapi memang tidak boleh hanya berhenti pada penghargaan karena tujuan kita untuk membangun masyarakat Surabaya supaya menjadi lebih sejahtera,” jelas Wali Kota.
Dijelaskan Wali Kota, membaca memiliki peran penting dalam membentuk daya imajinasi dan kreativitas anak. Sebab, melalui bacaan, dengan membayangkan apa yang dibaca, anak-anak akan membentuk imajinasinya sendiri. Berbeda dengan digital/elektronik yang sudah menampilkan gambar dan suara.
”Harus ada era nya. Saya khawatir kalau langsung masuk ke digital, kreativitas anak-anak akan berkurang. Kita harus membangun kreativitas anak-anak karena mereka-lah yang kelak akan memenangkan Indonesia,” sambung Wali Kota perempuan pertama dalam sejarah pemerintahan Kota Surabaya ini.
Ke depan, Wali Kota berharap,  selain di sekolah, anak-anak yang menuntut ilmu di pondok pesantren juga gemar membaca, baik buku pelajaran maupun buku cerita. Sehingga, kelak ketika sudah berkehidupan sosial di masyarakat, mereka akan memiliki wawasan luas.
“Saya tugaskan Bu Arini (Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya) untuk masuk ke Pesantren,” sambung Wali Kota.n dre

Keterangan Foto : Dewan-Pertimbangan-Pusat-IKAPI-Udananto-Pudji-Ludwinto-ketika-menyerahkan-penghargaan-kepada-Wali-Kota-Surabaya-Tri-Rismaharini [dre/bhirawa]j

Tags: