Warga Dua Desa Nganjuk Konsumsi Air Irigasi

6-FOTO OPEN ris-air1Nganjuk, Bhirawa
Krisis air bersih semakin parah,  warga sejumlah desa di lereng pegunungan Wilis di  Kabupaten Nganjuk mulai mengkonsumsi air sungai dari saluran irigasi. Kondisi tersebut dialami oleh warga di dua desa, yakni Desa Oro Oro Ombo dan Desa Wonokroko Kecamatan Ngetos.
Saat pasokan air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Nganjuk tidak rutin memasok air, warga Desa Oro Oro Ombo dan Wonokroko membuat galian tanah di tepi sungai irigasi. Warga kedua desa yang saling berdekatan itu harus menunggu semalaman agar resapan air sungai irigasi memenuhi galian yang mereka buat.
Meski tidak higienis, namun air resapan sungai irigasi itu cukup untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci dan untuk minum ternak. Bahkan tidak jarang air resapan berwarna kecoklatan itu juga untuk air minum. Hal ini terpaksa mereka lakukan karena meski sudah mengalami krisis air sejak dua bulan lalu, sampai kini mereka tak kunjung mendapat bantuan air bersih dari Pemkab Nganjuk. “Warga menampung air sungai ke dalam kolam kecil yang mereka buat di dekat sumur, lalu meresapkannya ke dalam sumur,” ujar Parni warga Desa Wonokroko.
Parni mengaku meski air yang mereka konsumsi sebenarnya kotor dan tidak sehat, karena tidak ada pilihan terpaksa keluarganya juga ikut mengkonsumsi air dari sungai. Padahal, air sungai irigasi itu berasal dari air buangan rumah warga desa yang berada di atas lereng gunung, maupun air bekas mengairi sawah dari desa sebelumnya. “Mau apa lagi, warga terpaksa mengkonsumsinya untuk keperluan sehari-hari,” ungkap Parni.
Keluhan senada juga diungkapkan oleh Wawan warga Desa Wonokroko yang sudah hamper dua bulan terpaksa membuat sumur resapan dari sungai. Sementara,  sumber mata air di sumur-sumur milik warga sudah kering sejak dua bulan lalu. Namun sampai kini mereka tak kunjung mendapat bantuan air bersih dari pemerintah. Karena itu Wawan dan warga di dua desa yang mengalami kekeringan berharap pemerintah segera mengirimkan bantuan air bersih.
BPBD Naik 50 Persen
Sementara itu, Pemerintah kabupaten (Pemkab) Tuban menambah anggaran untuk penanggulangan bencana kekeringan yang setiap tahun terjadi di Bumi Wali Tuban. Penambahan anggran dalam APBD tahun 2014 menjadi Rp 50 juta. Hal ini mengacu pada meluasnya area atau wilayah kekeringan yang terjadi seperti pada musim kemarau tahun ini. “Tahun lalu Rp25 juta, untuk tahun ini sebesar Rp50 juta rupiah,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Joko Ludiyono saat dikonfirmasi Bhirawa (24/9).
Apakah dana tersebut cukup ? Mantan Camat Widang, sebelum menjabat sebagai kepala BPBD Kabupaten Tuban yang merupakan SKPD baru ini, mengatakan, untuk mengatasi bencana kekeringan, hal tersebut sudah cukup. “Air bersih yang diberikan kepada warga gratis, karena telah menjalin kerja sama dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tuban, dan untuk sementara ini cukup,” tambah Joko Ludiyono.
Sementara penambahan dana dari APBD  yang naik 50 % dari tahun sebelumnya tersebut dipergunakan untuk transportasi pengiriman, uang makan dan pembelian BBM personel setiap harinya. Lebih lanjut diterangkan, kenapa ia merasa cukup dana dari APBD senilai Rp50 Juta tersebut? Karena pengadaan tandon ataupun tempat tandon air dan jerigen yang dipasang di lokasi kekeringan merupakan hasil pengajuan ke provinsi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta.
“Saat ini, dropping air bersih sudah dilakukan menggunakan 5 Truck tangki dan 10 personil di 6 kecamatan yang mengalami bencana kekeringan yang mengajukan pada kami terlebih dahuli. Saat ini adalah Kecamatan Grabagan, Semanding, Senori, Parengan, Kerek, dan terakhir adalah Kecamatan Montong,” jelas dia.
Untuk diketahui, Kabupaten Tuban yang merupakan sebagian wilayahnya berada di perbukitan kapur ini, setiap tahunnya hampir bisa dipastikan akan mengalami kekekeringan dan kekeurangan air besih, data terakhir dari BPBD total desa yang mengajukan air bersih ada 21 Desa dari 6 Kecamatan.
Berdasarkan prediksi Badan Meterologi Kimatologi dan Geofisik (BMKG), yang diterima BPBD Kabupaten Tuban, musim kering dan dampak badai Elnino yang terjadi tahun ini akan lebih panjang dan perkiraan hujan baru akan datang pada November mendatang. “Kami minta masyarakat berhemat air dan waspada akan bahaya kebakaran karena sangat rentan. Karena hasil prediksi BMKG, musim kemarau ini akan sampai pada bulan November,” terang Kepala BPBD Kabupaten Tuban. [ris,hud]

Keterangan Foto : Krisis air, warga Desa Oro Oro Ombo dan Wonokroko Kecamatan Ngetos membuat resapan air dekat saluran irigasi untuk dikonsumsi.(ristika/bhirawa)

Tags: