Warga Kabuypaten Tulungagung Rebutan Dua Gunungan Sesaji

Warga berebut buah-buahan yang ada di gunungan Buceng Wadon saat acara bersih nagari hari jadi Tulungagung ke- 814, Senin (18/11).

Tulungagung, Bhirawa
Gunungan sesaji tumpeng raksasa yang kembali digelar di acara bersih nagari hari jadi Kabupaten Tulungagung ke-814 tetap menjadi primadona masyarakat untuk memperebutkannya. Senin (18/11) kemarin, warga tampak tumpah ruah dan berdesak-desakan memperebutkan sesaji tersebut.
Masyarakat masih memperebutkan dua gunungan yang bernama Buceng Lanang dan Buceng Wadon di depan Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso itu. Buceng Lanang berisi beraneka makanan hasil bumi Tulungagung. Sedang Buceng Wadon terdapat sesaji berupa aneka buah-buahan.
Sebagian warga Tulungagung masih percaya jika aneka makanan dan buah-buahan yang tersaji di Buceng Lanang dan Buceng Wadon membawa berkah. Dengan memakan sebagian aneka makanan dan buah-buahan tersebut mereka berharap dalam setahun kedepan mendapat keselamatan dalam hidup dan murah rezeki.
Indah (38), warga Kota Tulungagung yang ikut berdesakan memburu sesaji di Buceng Lanang dan Buceng Wadon mengaku senang karena mendapat sebagian yang diinginkannya. Ia berhasil membawa pulang beberapa buah-buahan yang didapatnya di Buceng Wadon. “Mudah-mudahan saya selalu mendapat rezeki yang berkah,” katanya bahagia.
Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, berharap dengan peringatan hari jadi yang ke-814, Kabupaten Tulungagung bertambah maju. Utamanya, Pemkab Tulungagung dapat memberi pelayanan yang lebih baik lagi pada masyarakat.
“Itu goal yang kami cita-citakan. Pelayanan yang lebih bagus dan prima bagi masyarakat,” paparnya.
Sebelumnya, Bupati Maryoto Birowo bersama anggota Forkopimda Tulungagung sempat menaiki kereta kuda dalam prosesi bersih nagari. Pelibatan kereta kuda ini menjadi daya tarik tersendiri dalam acara tersebut.
Peringatan Hari Jadi Tulungagung selalu digelar pada tanggal 18 November. Penentuan hari ulang tahun ini mengacu pada Prasasti Lawadan yang terdapat di Desa Wates Kecamatan Campurdarat. Dalam prasasti itu tertulis Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa, yang artinya Jumat Pahing 18 November 1205.
Prasasti Lawadan dikeluarkan atas perintah Raja Daha terakhir, Paduka Sri Maharaja Sri Sarwweswara Triwikrama Warata Nindita Srengga Lancana Digjaya Tungga Dewanama atau lebih dikenal dengan sebutan Sri Kretajaya atau Raja Kertajaya. Pada waktu itu, Raja Kertajaya merasa berkenan atas kesetiaan warga Thani Lawadan terhadap raja ketika terjadi serangan musuh dari sebelah timur Daha. (wed)

Tags: