Waspada, Import Jatim Masih Tinggi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Nilai ekspor dan impor Provinsi Jatim masing-masing mengalami kenaikan pada Agustus 2015. Namun, peningkatan nilai ekspor tidak lebih besar dibandingkan nilai impor di Jatim. Hal ini mengindikasikan adanya sikap optimisme namun tetap harus diwaspadai karena ada kemungkinan PHK masal.
Aktivitas ekspor mencatatkan nilai 1,369 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan 33,42 persen dibandingkan Juli 2015. Begitupula nilai impor Jatim Agustus 2015 mencapai USD 1.765,84 juta atau naik 57,29 persen dibanding impor Juli 2015 mencapai USD 1.122,64 juta.
Kenaikan impor yang lebih tinggi dibandingkan nilai eksport memang secara statistik cukup bagus dengan nilai impor tersebut. Sebab adanya impor khususnya bahan baku maka pergerakan produksi manufaktur mulai berjalan dengan baik.
“Tingginya impor berindikasikan industri di Jatim siap berproduksi terhadap komoditas yang diproduksinya selama ini. Sebab 80 persen bahan baku berasal dari impor. Disisi lain, jika terlalu tinggi nilai impor, maka dikhawatirkan akan berdampak pada pemutusan hubungan kerja  (PHK),” kata Kepala BPS Jatim, M Sairi MA.
Lebih lanjut, Sairi memaparkan selama bulan Agustus 2015 impor non migas Jatim didominasi oleh mesin-mesin/peralatan mekanik dengan nilai USD 207,32 juta, diikuti besi dan baja sebesar USD 114,12 juta, pupuk sebesar USD 106,73 juta, plastik dan barang dari plastik sebesar US 100,07 juta, serta bungkil industri makanan sebesar USD 84,33 juta.
Selama bulan Agustus 2015, jika dilihat menurut negara asal impor barang, Tiongkok merupakan negara pemasok barang impor non migas Jatim terbesar dengan nilai USD 400 juta, diikuti Amerika Serikat USD 96,03 juta, Jepang USD 92,33 juta.
Kontribusi ketiganya mencapai 40,19 persen. Sementara untuk negara ASEAN asal barang impor non migas terbesar adalah Thailand dengan nilai impor mencapai USD 71,76 juta, diikuti Singapura dengan nilai USD 54,72 juta dan Malaysia dengan nilai impor mencapai USD 46,09 juta.
“Secara kumulatif, nilai impor Januari – Agustus 2015 mencapai USD 13.041,58 juta atau turun 22,43 persen dibanding periode yang sama tahun 2014 yang mencapai USD 16.812,04 juta,” ujarnya.
Disisi lain, Sairi juga menjelaskan mengenai ekspor dimana kalau kenaikan disumbang ekspor non-migas yang memiliki peran 96,71 persen terhadap total ekspor Jatim. Komoditas yang paling besar memberikan kontribusi, disampaikan Sairi, adalah kelompok barang ‘perhiasan dan permata’ dengan tujuan Swiss dan Jepang.
Kelompok ‘perhiasan dan permata’, menurut dia, mencatatkan transaksi ekspor senilai 171,161 juta dolar AS atau meningkat signifikan sebesar 207,70 persen dari sebelumnya, yakni 82,408 juta dolar AS. Kelompok barang tersebut, menurut Sairi, memiliki peran terhadap total ekspor non-migas sebesar 22,37 persen.
Di urutan selanjutnya, menurut Sairi, kelompok barang yang menyumbang kontribusi tertinggi adalah lemak dan minyak hewani/nabati. Angkanya naik 21,61 persen, sedangkan kayu dan barang dari kayu naik 24,64 persen. Kedua kelompok barang itu, kata dia, masing-masing  berkontribusi sebesar 7,41 persen dan 6,03 persen terhadap total ekspor non-migas.
Tiga negara tujuan ekspor terbesar Jatim, menurut Sairi, berturut-turut adalah Jepang senilai 153,892 juta dolar, disusul Amerika Serikat 125,630 juta dolar AS dan Cina 106,996 juta dolar AS. Meski mengalami kenaikan pada Agustus, menurut Sairi, secara kumulatif, pada periode Januari-Agustus 2015, ekspor Jatim mengalami penurunan 7,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.”Meski terjadi peningkatan bulan Agustus, secara kumulatif kita masih menurun. Itu karena pada bulan Juli lalu, ekspor kita sangat merosot,” ujar Sairi. [rac]

Rate this article!
Tags: