15 Eks Anggota Jamaah Islamiyah Ikrar Kesetiaan terhadap NKRI

Ikrar setia kepada NKRI dan lepas baiat di Kantor Gubernur Jatim Jalan Pahlawan 110 Surabaya, Senin (8/8). (oky abd soleh/bhirawa).

Pemprov Jatim, Bhirawa.
Sebanyak 15 eks anggota dan simpatisan Jamaah Islamiyah (JI) menyatakan ikrar setia kepada NKRI sekaligus mencabut baiatnya terhadap organisasi lamanya. Ikrar tersebut disampaikan dihadapan sejumlah unsur pemerintah seperti Densus 88, Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), TNI/ Polri, Pemprov Jatim dan DPRD Jatim.

Salah satu eks anggota JI yang telah mengikrarkan setia kepada NKRI ialah Nur Anshorullah. Dia merupakan salah satu eks anggota JI yang sebelumnya bertugas di bidang tabligh (Dakwah) melakukan ceramah ke masyarakat.

“Saya bagian ceramah saja. Kalau ada yang tertarik masuk JI, nanti ada tim lain yang merekrut. Untuk bisa ceramah itu kita harus pendekatan dulu ke takmir masjid boleh atau tidak ditempati pengajian. Banyak yang menolak,” ujar Nur Anshorullah usai melakukan ikrar setia kepada NKRI dan lepas baiat di Kantor Gubernur Jatim Jalan Pahlawan 110 Surabaya, Senin (8/8).

Nur Anshorullah mengakui, apa yang dulu pernah diikuti di JI saat ini telah disadari dan bertaubat, bahwa itu berkaitan dengan terorisme. Pihaknya mengaku bahwa itu merupakan suatu kesalahan karena melanggar komitmen bernegara yang berdasarkan Undang-Undang dan Pancasila.

“Saya dibaiat tahun 2000 di Surabaya. Itu karena memang pendidikan di pesantren hanya diberikan satu pemahaman saja, tidak mendapat pemahaman yang lain. Jadi tahunya kita paham JI itu saja,” ujar dia.

Hal senada diungkapkan Dr Din Muhammad Zakaria. Pihaknya mengaku belum pernah dibaiat sebagai anggota JI. Namun, pihaknya mengaku menjadi simpatisan JI karena kedisiplinannya dalam beribadah.

“Saya tidak pernah masuk ke JI hanya penggemar. Saya tidak mau dibaiat hanya senang dengan kedisiplinan ibadah,” ujar dia.

Pihaknya berharap, eks anggota JI yang telah melepas baiat lebih konsisten dengan profesinya masing-masing. Bagi petani, harus konsisten menjadi petaninya, pedagang, dokter, maupun akademisi. Bahkan bagi yang belum memiliki pekerjaan bisa difasilitasi untuk mensapatkan pekerjaan.

“Kalau saya sendiri sudah menjadi akademisi dan tercatat memiliki NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional). Jadi sebelum menyampaikan itu, saya sudah berupaya memberikan yang terbaik untuk bangsa ini sebagai pengajar,” tutur Din Zakaria yang berprofesi sebagai dosen di Surabaya.

Sementara itu, Direktur Idensos Densus 88 Arif Makhfudiarto mengatakan, proses melepaskan baiat ini dilakukan dengan asesmen bersama tim psikologi Universitas Brawijaya dengan melakukan pendampingan selama sekitar 6 bulan. Sehingga melalui proses itu mereka benar-benar mau mencabut baiat kesetiaan sebagai anggota JI dan ikrar setia kepada NKRI.

“Kita harus meyakinkan betul bahwa apa yang mereka lakukan ini benar-benar sadar tanpa paksaan,” ujar dia.

Arif mengatakan, saat ini mereka dianggap sebagai masyarakat yang bebas dan mentaati semua aturan di negara Indonesia. Dan dengan ikrar ini, harapannya akan lebih banyak melepaskan baiat secara sadar. Terkait data anggota JI yang belum melepas baiatnya, masih menjadi data intelejen.

“Densus 88 berkaitan dengan tindak pidana terorisme. Baik kelompok JI, JAK, JAS, dan organisasi lain yang sudah kita nyatakan berafiliasi dengan ISIS,”

Sementara itu, dalam sambutannya Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, pihaknya sangat berhati-hati dengan terminologi radikalisme. Apalagi jika itu disandingkan dengan Islam. Karena Islam merupakan ajaran yang rahmatan lil alamin. Maka jika ada ajaran yang tidak menimbulkan rasa cinta dan damai maka tidak mungkin dinamakan rahmatan lil alamin.

“Insyallah, pintu surga akan terbuka bagi orang-orang yang mau dan setia terhadap NKRI melaksanakan perintah agama dengan sebaik-baiknya,” ujar Emil.

Lebih lanjut Emil yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini mengatakan, Indonesia adalah bukti, betapa perbedaan suku, asal, bahkan agama yang tidak sama dapat mewujudkan kemerdekaan, kesejahteraan, kedamaian. Karena ituu bukan hal yang mustahil dengan rumusan Bhineka Tunggal Ika.

Menurut Emil, upaya terbaik untuk mecegah paham yang bertentangan dengan prinsip-prinsip negara tapi juga berpotensi melahirkan gangguan terhadap ketertiban dan keaman masyarakat adalah upaya berkelanjutan. Jadi Pemprov akan terus berkoordinasi dengan TNI/Polri.

“15 saudara-saudara kita ini akan memberi pemahaman bagaimana mengantisipasi kemungkinan paham serupa terjadi berikutnya. Mereka ini luar biasa, ada yang mengabdi di dunia kesehatan, akademik, dan sebagainya,” ujar dia.

Emil juga berharap, 15 orang ini akan menjadi suara ke seantero Indonesia, bahwa seseorang yang memiliki pemahaman radikal dapat kembali pada pemahaman untuk mencintai Indonesia. “Dengan gesture mereka hormat kepada merah putih dan mencium merah putih adalah luar biasa. Jangan pernah merasa terikat pada sebuah baiat lantas ketika hatinya ingin kembali tapi tersandra oleh baiat,” pungkas dia. (tam.hel).

Tags: