205 Siswa Kota Malang Divaksin Difteri

9-mut-vaksinKota Malang, Bhirawa
Setelah diserang difteri, 205 siswa dan 19 orang guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SD IT) Ahmad Yani Malang Senin (22/8) kemarin, disuntik vaksin  Outbreak Respon Imunisasi (ORI), untuk memberikan kekebalan dengan memberikan anti difteri.
Vaksin itu, diberikan lantaran beberapa minggu terakhir diketahui enam siswa dan seorang guru terserang difteri. Ada sedikitnya tiga orang petugas Puskesmas Rampal Celaket yang melayani vaksin tersebut.
Kepala SD IT Ahmad Yani Malang Murtini, mengatakan, penyakit tersebut berawal dari seorang siswa yang izin libur sekolah beberapa hari karena sakit. Kejadian tersebut disusul oleh siswa lainnya.
Pihak sekolah mengadakan pemeriksaan pada 26 siswa dan guru untuk mengetahui apakah siswa dan guru terserang difteri. Hasilnya, menurut dia, enam siswa dan satu guru positif terserang difteri.
Siswa dan guru yang positif terserang difteri sengaja diliburkan untuk masa penyembuhan, sekaligus mencegah penyebaran lebih luas di sekolah.
“Pemberian vaksin yang digelar di sekolah merupakan kerjasama kami dengan Dinas Kesehatan,”tutur Murtini.
Sementara itu, Asih Tri Rachmi, Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, mengutarakan selama Januari hingga Agustus 2016, sudah ada 15 kasus difteri yang masuk ke Dinkes Kota Malang. “Di tahun 2014 ditemukan 22 kasus serupa dan sebanyak 17 kasus di tahun 2015,”ujar Asih.
Menurutnya, penyebaran Difteri hampir merata di seluruh Kelurahan di Kota Malang. Difteri tidak hanya menyerang anak- anak, namun juga orang dewasa. Difteri kata dia bisa menular tergantung daya tahan atau status imunitas seseorang.
Selama ini, penyebaran kasus difteri banyak terjadi di sekolah. Menanggapi hal tersebut, Asih menjelaskan, penularan difteri terjadi melalui udara, barang-barang terkontaminasi, dan kontak langsung.
“Mobilisasi anak sekolah cukup tinggi, namun anak sekolah di Kota Malang bukan hanya warga Kota Malang saja, kemungkinan  karena bakteri yang terbawa dari luar Kota Malang,” tukasnya. Namun demikian, pihaknya menegaskan bhawa difteri yang sedang terjadi sekarang bukan merupakan kriteria KLB. Sebab  tidak terjadi peningkatan kasus yang signifikan dan tidak ada kasus kematian.
“Meski kami tetap waspada  dengan melakukan penyelidikan Epidemiologi untuk mengantisipasi adanya kasus yang berkembang di sekitar penderita, serta memberikan pengobatan pencegahan pada keluarga dan teman penderita,” pungkasnya. [mut]

Tags: