230 Warga Probolinggo Alami Gizi Buruk

Seminar gizi dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional.

Kota Probolinggo, Bhirawa
Sebanyak 230 warga Kota Probolinggo mengalami gizi buruk. Kondisi ini menjadi cambuk Pemkot Probolinggo, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Kasus gizi buruk ini ditemukan sepanjang 2018 lalu.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes), ada 230 permasalahan gizi buruk (2,65 persen) di Kota Probolinggo. Kemudian 497 kasus gizi kurang (5,53 persen); gizi lebih ada 603 kasus (6,71 persen). Hanya prevalensi stunting statusnya zero.
Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin, mengakui, gizi buruk masih menjadi ‘hantu’, tak hanya di Kota Probolinggo, tetapi juga terjadi di seluruh Indonesia. Yang masih dihadapkan pada tantangan berbagai permasalahan gizi, yaitu masih tingginya prevalensi stunting, gizi buruk dan anemia pada ibu hamil serta meningkatnya obesitas pada orang dewasa.
“Salah satu cara untuk memenuhi pemenuhan gizi masyarakat adalah melalui peningkatan pengetahuan ibu yang menjadi madrasah bagi anak-anak dan menjadi ujung tombak keberhasilan gizi di keluarga dan melalui seminar tentang gizi seperti saat ini,” kata Hadi Zaenal, Kamis (21//2).
Masalah gizi bukan hanya kemiskinan, tetapi pengetahuan masyarakat akan pola hidup sehat dan pemenuhan gizi yang kurang optimal. Untuk itu, ia berjanji akan akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Probolinggo, salah satunya dari segi sarana prasarana.
“Ibu hamil sampai melahirkan akan mendapat perhatian dari pemerintah untuk mendapatkan pemeriksaan dan tambahan gizi. Saya akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Probolinggo. Salah satunya yaitu membangun rumah sakit baru, karena rumah sakit yang sekarang sudah tidak layak lagi,” kata pria yang belum genap sebulan menjadi wali kota ini.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes setempat, NH Hidayati, saat mendampingi walikota Habib Hadi, seminar itu sendiri menghadirkan Praktisi/Tenaga Ahli dari Akademi Gizi Surabaya. Dengan peserta dari tenaga kesehatan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), organisasi profesi kesehatan dan organisasi kemasyarakatan. Seminar untuk meningkatkan pengetahuan peserta tentang keluarga sadar gizi, dengan kampanye isi piringku (menu bergizi empat sehat lima sempurna).
“Sedangkan secara khusus yaitu peserta dapat mengetahui definisi keluarga sadar gizi, peserta mengetahui cara mencapai keluarga sadar gizi. Peserta mengetahui isi piringku dan perserta mengetahui penerapan isi piringku dalam mencapai keluarga sadar gizi,” kata Hidayati.
Lebih lanjut Wali Kota Hadi Zainal Abidin menjelaskan, saat ini Indonesia masih dihadapkan pada tantangan berbagai permasalahan gizi, yaitu masih tingginya prevalensi stunting, gizi buruk dan anemia pada ibu hamil serta meningkatnya obesitas pada orang dewasa.
“Sesuai janji saya, dalam visi misi dan program saya, ibu hamil sampai melahirkan akan mendapat perhatian dari pemerintah untuk mendapatkan pemeriksaan dan tambahan gizi. Saya akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Probolinggo salah satunya yaitu membangun rumah sakit baru, tandasnya.
Relokasi pembangunan rumah sakit baru di wilayah selatan sudah menjadi program yang tertuang dalam visi misi Wali Kota Habib Hadi dan Wawali HMS Subri. Dengan adanya rumah sakit baru, kata Habib Hadi, pelayanan kesehatan dipastikan akan lebih maksimal. “Tidak hanya bermanfaat untuk warga Kota Probolinggo, tetangga sebelah juga. Yang mana menjadi harapan bisa lebih dekat dari pada harus ke Surabaya dan Malang,” paparnya.
Masalah pendidikan dan kesehatan, lanjut wali kota, menjadi urusan wajib negara sesuai amanah dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang baru sertijab kemarin, mempunyai komitmen di bidang kesehatan. “Menurut saya, tempatnya (RSUD) sudah tidak memadai. Dengan fasilitas yang ada dan begitu banyak pasien maka kami harus bisa berbenah untuk lakukan terobosan, langkah penanganan pelayanan kesehatan,” tegasnya.
Untuk masalah kesehatan ini, Habib Hadi tidak mau terlalu gegabah. Ia akan merumuskan secara detail khususnya masalah pelayanan. “Supaya betul-betul sesuai harapan dengan situasi dan kondisi pelayanan kesehatan di Kota Probolinggo,” tambahnya. [wap]

Tags: