Lagi, 245 Sapi Perah Impor Mendarat di Juanda

Sekdaprov Jatim, Dr H Sukardi MM beserta jajaran Dinas Peternakan Jatim dan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya saat memeriksa kedatangan 245 ekor sapi perah impor asal Australia yang baru turun dari pesawat Cargo di Bandara Juanda, Kamis (6/11) sore.

Sekdaprov Jatim, Dr H Sukardi MM beserta jajaran Dinas Peternakan Jatim dan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya saat memeriksa kedatangan 245 ekor sapi perah impor asal Australia yang baru turun dari pesawat Cargo di Bandara Juanda, Kamis (6/11) sore.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Sebanyak 245 ekor sapi perah impor akhirnya turun dari pesawat Cargo di Bandara Juanda, Kamis (6/11) sore. Kedatangan sapi asal Australia itu langsung diperiksa oleh Sekdaprov Jatim, Dr H Sukardi MM beserta jajaran Dinas Peternakan Jatim dan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.
Tak lama lagi tepatnya 10 November 2014, Jatim kembali kedatangan 245 ekor sapi perah impor Australia, sehingga jumlah total sapi perah impor yang datang sebanyak 490 ekor yang datang dalam keadaan bunting.
Kedatangan sapi perah impor ini, Sekdaprov Jatim menjelaskan kalau Jawa Timur ingin meningkatkan produksi susu sapi perah yang kualitasnya secara nasional terbaik. “Apalagi harga susu di petani hanya Rp 4.000-Rp 4.500 sedangkan harga jualnya  Rp 5.000 – Rp 5.500. Sehingga kita tingkatkan produksi susu dan Jatim bisa menjadi penyedia susu terbesar,” katanya yang melihat langsung kondisi sapi perah tersebut.
Melihat sapi perah impor diturunkan melalui pintu cargo, Sukardi nampaknya mengapresiasi pengepakan dan pengemasan sapi perah impor. “Pemeliharaannya memang cukup luar bisa, packing benar-benar bagus tidak asal. Sehingga tetap menjaga kenyamanan sapi tersebut,” katanya.
Sapi perah impor ini selanjutnya akan diberikan pada kelompok petani untuk bisa memelihara dan memproduksi susu lebih banyak lagi, dengan pengawasan dan pembinaan dari Dinas Peternakan Jatim. “Saat ini, sapi lokal hanya menghasilkan 8 liter susu saja per harinya. Kalau sapi perah impor ini bisa memproduksi lebih banyak dan umur produksi juga lebih banyak,” katanya.
Jika produksi susu meningkat, lanjut Sukardi, juga berdampak pada kesejahteraan para petani. “Kalau bisa nantinya peternakan bisa seperti Australia meskipun saat ini masih keterbatasan lahan. Jika petani sejahtera maka akan mengurangi angka kemiskinan. Sebab kemiskinan rata-rata di lingkup petani,” katanya.
Ditambahkannya, datangnya sapi impor yang akan menambah produksi susu ini maka diharapkan berdampak pada meningkatnya gizi pada masyarakat terutama anak-anak.
Sementara Kepala Dinas Peternakan Jatim, Ir Maskur MM mengatakan, sapi perah impor yang datang memang dalam kondisi bunting dan diharapkan empat atau lima bulan lagi beranak akhirnya menghasilkan susu.
Maskur juga berharap pada para petani penerima sapi perah impor agar memelihara dan memproduksi dengan baik, sebab kualitas dan bibit yang dikirimkan ke Jatim sangat bagus. “Diharapkan sampai umur 8 tahun, bisa memproduksi rata-rata  20 liter,  saat ini produksi sapi lokal masih 8-10 liter. Jika dengan datangnya sapi perah impor ini, maka hasil perahan sebanyak 10 -15 liter saja sudah bagus,”  katanya.
Ia juga menambahkan, tahun depan, gubernur juga memberikan perhatian khusus pada para peternak baik potong dan perah. Memang, idealnya Jatim seharusnya menambah 26 ribu ekor yang membutuhkan satu triliun lebih dengan perhitungan produksi 20 ribu liter  per hari per ekornya.
“Tiap tahun kami selalu usulkan agar mendapatkan dana untuk menambah populasi, sebab Jatim merupakan salah provinsi dengan banyak ternak. Untuk itu, beli darimana kalau tidak impor. Sebab tidak gampang membeli kualitas yang sama dari indukan yang memproduksi 60 ribu liter pertahun . Selain itu, kita juga ada catatan rekaman sejarah riwayat sapi tersebut,” paparnya.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya,  Dr Ir Eliza Suryati Roesli MSi mengatakan,  pihaknya akan melangsungkan pemeriksaan hasil ternak sapi perah impor tersebut. Meskipun, dari negara asal Australia sudah memberikan keterangan mengenai sapi tersebut. “Kami periksa satu per satu untuk mengantisipasi adanya lima penyakit pada sapi yang harus tetap diwaspadai,” katanya. [rac]

Tags: