90 Persen Pasien Meninggal Covid-19 Disertai Komorbid

Pemkot Surabaya bersama Badan Intelijen Negara (BIN) terus gencar melakukan rapid test dan swab gratis di sejumlah wilayah di Kota Pahlawan.

Surabaya, Bhirawa
Kasus meninggal karena Covid-19 di Kota Surabaya sekitar 90 persen disertai dengan komorbid atau penyakit penyerta. Berdasarkan data kumulatif Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya per 28 Juli 2020, ada 754 orang meninggal dunia karena Covid-19. Dari jumlah itu, 714 orang di antaranya meninggal disertai dengan komorbid atau penyakit penyerta. Sedangkan sisanya, murni karena kasus Covid-19.
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jatim, dr Dodo Anondo mengungkapkan, berdasarkan laporan yang diterima dari para direktur rumah sakit, sekitar 90 persen kasus pasien Covid-19 meninggal di Kota Surabaya disertai komorbid atau penyakit penyerta. “Yang jelas 90 persen disertai komorbid. Terutama karena kegemukan atau obesitas, diabetes mellitus, dan hipertensi itu yang paling banyak,” kata dr Dodo, Minggu (2/8).
Namun demikian, dr Dodo mengapresiasi berbagai upaya dan respon cepat dari Pemkot Surabaya dalam menekan angka kematian. Akan tetapi, hal ini juga harus didukung oleh masyarakatnya sendiri dalam disiplin menerapkan protokol kesehatan pada kehidupan sehari-hari. Terutama bagi mereka yang memiliki komorbid.
“Alhamdulillah Pemkot Surabaya itu responnya cepat. Memang dominan komorbid, tapi kita sebenarnya sudah sering mengingatkan kepada orang-orang komorbid itu, terkadang mereka sendiri yang kurang disiplin, kalau ngobrol itu maskernya dibuka,” katanya.
Maka dari itu, pihaknya sangat berharap kepada masyarakat yang memiliki penyakit penyerta agar lebih disiplin lagi dalam menjalankan protokol kesehatan pada kehidupan sehari-hari. Sebab, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, namun masyarakatnya juga harus aktif mendukung.
“Makanya orang yang memiliki diabetes itu harus terkontrol obatnya, olahraga, dan makanannya. Namun yang penting itu jaga kondisi tubuhnya. Kadang orang lupa kalau memiliki sakit diabetes itu makanannya tidak terkontrol,” papar dr Dodo.
Menurutnya, sebenarnya selama ini penanganan Covid-19 di Surabaya sudah begitu masif. Apalagi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan perhatian lebih kepada tenaga kesehatan hingga kebutuhan peralatan di rumah sakit.
“Untuk Kota Surabaya sebetulnya tenaga kesehatan sudah bagus, apalagi Ibu Wali Kota juga sangat perhatian kepada kita-kita. Apa yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya itu sudah bagus,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita menyatakan, bahwa Pemkot Surabaya menaruh perhatian lebih kepada masyarakat yang dinilai rentan tertular Covid-19. Seperti warga yang memiliki penyakit penyerta, ibu hamil, serta lansia. Bahkan, pemkot melakukan pemantauan ketat bagi mereka yang terbilang rentan tertular virus. “Upaya kami adalah mendata pasien-pasien rentan dan komorbid. Artinya rentan adalah mulai dari lansia, ibu hamil ditambah dengan pasien komorbid,” kata Febria.
Bagi warga yang memiliki komorbid seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi (HT), komplikasi DM dan HT, asma, hingga jantung, Pemkot Surabaya melakukan pemantauan ketat melalui Puskesmas. Febria juga menyarankan kepada warga yang memiliki komorbid agar tidak perlu datang langsung ke fasilitas kesehatan untuk membeli obat. “Nah, itu kita data mereka dan menjadi tanggung jawab Puskesmas. Kami sudah koordinasi dengan BPJS untuk bisa menyiapkan obat-obat pasien komorbid,” kata dia. [iib]

Tags: