Apresiasi Akademik Menjaga Sungai Brantas

Wahub Jatim Emil Dardak saat menjadi keynote speaker pada acara webiner YAICI-Aisyiyah.

Emil Elestianto Dardak
Sungai Brantas menjadi salah satu urat nadi perairan di Jawa Timur. Tak heran jika banyak lembaga memberikan perhatian kepada sungai yang membentang sepanjang 320 kilometer yang melewati sejumlah daerah di Jatim tersebut.

Perhatian dari lembaga-lembaga ini, mendapat apresiasi dari Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak. “Saya senang melihat antusiasme perguruan tinggi di Indonesia terutama Unair, serta dari delegasi internasional dari berbagai negara seperti Belanda, Thailand, dan Vietnam terhadap pengembangan Sungai Brantas sebagai sumber kehidupan masyarakat,” ujar Wagub Emil saat menerima dan gala dinner Peserta Workshop Brantas River of Life di Grahadi, Rabu (18/10) malam.

Dijelaskannya, Sungai Brantas membentang sepanjang 320 km, dimulai dari Tulungagung, Trenggalek, Surabaya, Malang, Blitar, hingga Kota Batu. “Secara geografis, tantangan yang dihadapi adalah Sungai Brantas melewati beberapa kabupaten dan kota, yaitu Tulungagung, Trenggalek, Surabaya, Malang, Blitar, hingga Kota Batu, dan bertemu dengan Sungai Kalimas. Oleh karena itu, diperlukan upaya dari banyak pihak dalam menjaga Sungai Brantas,” ungkapnya.

Emil juga, menyebut bahwa kerjasama dengan Belanda dalam pengembangan Sungai Kalimas saat ini sedang berlangsung dan menjadi prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Menurut Emil, Sungai Brantas memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sejak zaman Majapahit hingga saat ini.

Oleh karena itu, dalam menjaga Sungai Brantas, harus dilihat dari sisi teknis maupun sosial. “Kami melihat kerjasama multidisiplin akademik ini sangatlah baik, mengingat bahwa ini bukan hanya masalah teknis tetapi juga masalah sosial,” jelasnya.

Selain itu, Wagub Emil menyampaikan ada dua kata kunci yang penting. Pertama adalah kualitas air, dan kedua adalah mitigasi risiko banjir. Ada beberapa isu yang perlu diatasi dalam menjaga kualitas air, seperti perilaku masyarakat yang membuang popok bekas ke sungai, industri yang berlokasi di sekitar sungai, dan tata letak rumah yang membelakangi sungai.

Untuk mengatasi masalah sosial tersebut, perlu dilakukan pendekatan edukasi terhadap masyarakat. Misalnya, mengajak masyarakat untuk tidak membangun rumah yang membelakangi sungai dan mengurangi perilaku membuang sampah ke sungai. Penggunaan CCTV juga dipertimbangkan untuk mengawasi kegiatan di sepanjang Sungai Brantas.

Emil menekankan pentingnya penanganan industri yang ada di sekitar Sungai Brantas, terutama dalam hal penanganan limbah. Ia juga mencatat bahwa beberapa kegiatan ekonomi masyarakat yang mengandalkan sungai berpotensi menimbulkan polusi air, seperti aquakultur di wilayah Karangkates yang menghasilkan polusi dari pakan ikan. Isu sedimentasi juga menjadi tantangan yang memerlukan anggaran besar.

Maka itu, pihaknya berharap bahwa pertemuan ini akan memberikan masukan yang berharga dalam upaya menjaga dan mengembangkan Sungai Brantas. Ia meyakini bahwa inisiatif ini adalah momentum yang sangat baik untuk melibatkan berbagai bidang ilmu dan stakeholder, termasuk masyarakat dan media, dalam menjaga kehidupan sungai. [tam.iib]

Tags: