Awalnya Ingin Berbagi, Akhirnya Jadi Tradisi

Ratusan masyarakat di halaman Masjid Muhdhor Jl Pemuda Tuban saat berebut Bubur Muhdhor setiap hari selama bulan suci Ramadan.

Ratusan masyarakat di halaman Masjid Muhdhor Jl Pemuda Tuban saat berebut Bubur Muhdhor setiap hari selama bulan suci Ramadan.

Bubur Muhdhor Tuban
Tuban, Bhirawa
Meski harus berdesak-desakan dan berangkat lebih awal untuk mendapatkan takjil gratis, Nurhadi, warga Kelurahan Sidorejo Kecamatan Tuban bersama ratusan warga dari wilayah lain rela menunggu beberapa jam di halaman masjid untuk mendapatkan Bubur Muhdhor.
Untuk masyarakat Tuban, keberadan Bubur Muhdhor tidak asing lagi bagi mereka. Bubur khas masakan warga keturunan Arab ini bisa didapat hanya pada bulan Ramadan seperti saat ini saja. Tak ayal banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk mendapatkan takjil gratis tersebut. “Ya asyik saja, apalagi hanya bisa didapat setahun sekali. Selain itu  rasa dari Bubur Muhdlor berbeda dengan bubur pada umumnya,” Kata Nurhadi, Senin (22/6).
Selain bisa didapat secara gratis, Bubur Muhdhor juga diyakini oleh warga bagus untuk kesehatan.  Pasalnya resep yang dipakai oleh pengurus masjid dalam mengolah bubur selain santan, garam juga ditambahi bumbu khusus ramuan masyarakat keturunan Arab yakni rempah-rempah yang diolah bersama daging kambing.  “Kan banyak vitamin yang terkandung di dalam Bubur Muhdhor, apalagi resepnya ada rempah-rempah khas Arab dan daging kambing. Makanya banyak yang antre untuk mendapatkan takjil gratis, setelah kita mendapat bubur, kita bawa pulang untuk buka bersama keluarga,” terang Nurhadi.
Kenapa bubur tersebut diberi nama Bubur Muhdhor? Karena tradisi bagi-bagi takjil bubur bertempat di Masjid Muhdhor yang terletak di Jl Pemuda, Kabupaten Tuban. Dan tradisi bagi-bagi tersebut sudah berjalan sejak 1937 hingga sekarang.
Sejumlah takmir masjid saat dikonfirmasi menceritakan, bubur yang diberi nama Muhdhor sesuai nama masjid ini dimasak sendiri oleh pengurus masjid pada siang hari. Setiap harinya pengurus masjid menyiapkan 5 sampai 6 orang untuk menjadi kokinya. Mereka bekerja dari pukul 13.00 hingga pukul 15.00. Dan dilakukan selama Ramadan sampai sehari menjelang Idul Fitri.
Mereka bergotong royong mengaduk secara bergantian beras yang direbus dalam panci besar yang terbuat dari kuningan berdiameter 1 x 1,5 meter. “Bahan dasarnya ya beras, memang ada bumbu khusus. Prinsipnya bagi-bagi bubur ini adalah adanya kebersamaan warga keturunan khususnya Arab dengan masyarakat sekitar Kelurahan Kutorejo. Bumbu khusus ini dibuat dari rempah-rempah yang diolah bersama daging kambing, dan itu yang membuat aroma bubur terasa menggoda,” kata Ustadz Agil Bunumay, Takmir Masjid Muhdhor.
Diceritakan pula, awalnya warga keturunan Arab yang berdiam di sana bersepakat untuk memberi takjil bagi warga sekitar yang tidak mampu. Kebiasan bagi-bagi takjil bubur di Masjid Muhdhor ini kemudian menjadi tradisi turun temurun yang dikenal dengan tradisi Bubur Muhdhor. “Bagi-bagi bubur gratis ini dilakukan setiap hari selama bulan Ramadan. Setiap orang yang datang diperbolehkan ikut mengantre, prinsipnya terbuka bagi siapa saja yang mau,” terang Ustadz Agil Bunumay.
Awalnya pembuatan bubur hanya  butuh bahan beras 2- 3 kg. Namun semakin banyaknya donatur yang bersedekah untuk bahan bubur, sekarang dalam setiap pembuatan bubur mencapai 20-25 kg per hari. [hud]

Tags: