Awas, Lingkungan Buruk Pacu perkembangan Virus Penyakit Kulit

Surabaya, Bhirawa
Jika tidak menjaga kebersihan lingkungan, anak-anak anak rentan terkena penyakit. Lingkungan yang tidak bersih memberikan peluang besar bagi kuman dan virus untuk berkembang biak. Tak anyal di lingkungan kumuh banyak dijumpai anak-anak yang menderita penyakit kulit. Jika dilihat ada dua penyakit kulit yang sering dederita anak yaitu penyakit kulit karena virus dan faktor genetis.
Dokter Spesialis Anak RSI Jemur Sari Surabaya, dr. Zahrah Hikmah. Sp. A, mengatakan, penyakit kulit yang disebabkan oleh virus, contohnya campak dan cacar air. Sedangkan penyakit kulit yang disebabkan oleh genetik adalah alergi.
Lingkungan yang kotor dan kurang sehat, juga bisa menjadi pemicu timbulnya sakit kulit seperti biang keringat dan bisul. “Karena itu, tetap jagalah lingkungan kita agar selalu bersih dan sehat sehingga anak kita pun terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan termasuk penyakit kulit,” nasehatnya.
Menurutnya, penyakit cacar sendiri disebabkan Varicella Zoster Virus (VZV). Cacar air berbeda dengan cacar atau infeksi kulit yang disebabkan virus variola yang gejalanya sangat berat dan bisa menimbulkan kematian atau bila sembuh sering ditandai dengan bopeng-bopeng yang buruk. ”Untunglah, Indonesia sudah terbebas dari cacar jenis ini,” ujarnya.
Dikatakannya, cacar air ditularkan melalui udara atau berpindahnya isi cairan. Jika masih stadium lenting-lenting isi air, orang tua  harus menjaga agar lenting-lenting itu tak pecah. Soalnya, bila tak pecah dan diberi obat yang baik, maka akan diresorbsi oleh tubuh hingga tak meninggalkan bekas.
”Untuk mencegah agar lenting-lenting tak pecah, pakaikan baju yang longgar dan tubuh si kecil boleh diberi bedak. Namun setelah lenting-lenting tadi pecah dan terjadi lecet, pemakainan bedak harus dihentikan karena hanya akan mengotori dan memicu infeksi sekunder,” tambahnya.
Umumnya, orang tua tak memandikan bayi atau anak yang terkena cacar air. Padahal salah besar! Justru dengan mandi, bisa mencegah infeksi sekunder, yaitu infeksi pada kulit yang sudah sakit atau rusak. Sedangkan infeksi primer terjadi pada kulit yang sebelumnya sehat atau normal.
” Jadi, bila tak mandi, higienenya tak baik hingga kuman gampang masuk. Salah satu tanda infeksi sekunder ialah timbulnya nanah. Biasanya pada keadaan seperti ini, saat penyembuhannya akan meninggalkan bekas yang kurang indah,” ucapnya.
Ditegaskannya, yang penting diperhatikan saat memandikan, harus lebih hati-hati. Bila perlu, gunakan tambahan zat antiseptik. Kemudian waktu mengeringkan badan, handuk jangan digosok-gosokkan ke kulit, cukup ditepuk-tepuk secara halus. Sebaiknya handuk tiap kali dipakai segera dicuci sampai anak sembuh.
Perlu dikatahui, bayi atau anak yang pernah terinfeksi VZV akan mengalami kekebalan tapi kekebalan ini sifatnya hanya sebagian. Jadi, suatu saat bisa terinfeksi lagi. Pada infeksi pertama, VZV menyebar melalui aliran darah dan saat penyembuhan virus akan berdiam di simpul saraf. Jika suatu saat bayi/anak tersebut berkontak lagi dengan VZV dan kebetulan kondisi tubuhnya sedang menurun, dapat terjadi infeksi Herpes Zoster (cacar ular).
Pada keadaan ini, terjadi reaktivasi VZV dan virus akan keluar dari tempat persembunyian, lalu menyebar mengikuti persarafan kulit yang terkena. Itulah mengapa orang tua sering menyangka si kecil terkena cacar air lagi. [dna]

Tags: