Bahan Bakar Plastik Impor, Sulut Telur Jatim Beracun?

Beberapa pekan ini, kabar tercemarnya tahu dan telor yang terpapar zat berbahaya dioxin di Desa Bangun, Mojokerto, dan Desa Tropodo, Sidoarjo tengah ramai jadi perbicangan publik dan meresahkan masyarakat. Sontak adanya, jika fakta tersebut menyita perhatian pemerintah. Pasalnya, telur yang dihasilkan oleh dua desa tersebut selama ini sebagai pemasok ekspor dan kebutuhan telur dalam negeri.
Merujuk dari hasil rilis (http://betahita.id, 26/11), perhatian pemerintahpun semakin beralasan dengan ditambah adanya hasil pemaparan publikasi laporan yang berjudul “Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia” oleh Nexus3, Arnika, Ecoton dan IPEN (International Pollutans Elimination Network).
Usut punya usut semua itu bisa terjadi karena bahan bakar yang digunakan dalam proses pembuatan tahu telah menggunakan sampah plastik impor. Melalui pembakaran sampah plastik untuk bahan bakar tersebutlah yang akhirnya menghasilkan asap dan abu yang mengandung racun salah satunya adalah dioksin. Jadi, semakin jelas sudah bahwa faktor penyulut kandungan racun dioksin ini berasal dari bahan bakar plastik impor.
Memang masalah impor sampah plastik ini rupanya sulit terbendung. Bahkan, banjirnya produk sampah plastik ini juga terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018. Data menunjukkan peningkatan impor sampah plastik Indonesia sebesar 141 persen atau menjadi 283.152 ton. Jumlah itu merupakan puncak tertinggi impor sampah plastik selama 10 tahun terakhir. Padahal, impor sampah plastik Indonesia sekitar 124.433 ton pada 2013. Selain itu, peningkatan impor sampah plastik ini tidak diikuti dengan ekspor yang justru menurun 48 persen menjadi 98.450 ton pada 2018.
Upaya penyeludupan ini sebenernya jelas melanggar UU Nomor 18 tahun 2008, tentang peternakan dan kesehatan hewan dan UU Nomor 32 tahun 2009, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karena itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang sudah secara tegas mengembalikan atau re-ekspor sampah ke negara asal. Merujuk data rilis (sindonews.com, 26/11) ada 2.194 kontainer yang masuk ke Indonesia, KLHK sudah kirim balik (re-ekspor) 883 kontainer ke negara asal, merupakan langkah yang patut kita apresiasi bersama.
Ani Sri Rahayu
Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Tags: