Belajar Otodidak, Buktikan Kemampuan Diri

Ahmad Farid Dwi Saputra

Surabaya, Bhirawa
Terbatas secara fisik, tak membuat Ahmad Farid Dwi Saputra menyerah. Siswa kelas 3 SMALB negeri Lamongan ini justru terpacu membuktikkan diri dengan kemampuan yang dia miliki. Terbukti, Farid sapaan akrabnya sukses meraih medali emas pada ajang bergengsi tingkat nasional Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (FLS2N-PDBK) Tahun 2022 dari bidang lomba MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran).

Atas prestasinya ini, ia mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan yang jatuh pada 2 Mei 2022 pekan lalu.

Diceritakan siswa difabel netra ini, dalam meraih prestasinya dibidang tilawatil quran, ia bahkan keras terhadap dirinya. Farid mengatakan setiap hari ia terus berlatih dan berlatih. Latihan itu untuk mengatur pernapasan, cengkok dan lantang suara agar dapat melantukan ayat Al-Quran dengan indah.

Memiliki prestasi bidang MTQ ini diakui Farid, bukanlah hal yang direncanakannya. Sebab, saat duduk di bangku SD di salah satu pondok pesantren di Lamongan, ia hanya mengikuti jadwal ngaji sore untuk pembelajaran tilawatil quran.

“Tapi (dalam pembelajaran) itu masih tidak faham materi dan teori bagiamana bertilawah dengan benar dan indah. Dari modal Itu saya berusaha berani menerima undangan di kampung-kampung untuk bertilawah,” cerita Farid.

Keberanian tampil di kampung-kampung tersebut, kemudian, di jadikan modal untuk Farid mengikuti lomba MTQ tahun 2018 di tingkat Kabupaten Lamongan. Dalam even itu, ia berhasil meraih juara 2.

“Dengan media (kesempatan mengikuti lomba) ini, saya mencari materi-materi pemahaman lagu, tajwid, maqom, penyusunan maqro’ formal untuk lomba dan penampilan. Dari sini hafal 7 lagu dalam bacaan MTQ. Penyusunan maqro formal dan ikut pembinaan di masjid agung. Alhamdulillah (modal mencari ilmu ini) saya ikut MTQ di tingkat kabupaten tahun 2022 juara 1,” ujar dia.

Dikatakan laki-laki kelahiran Lamongan, 28 Maret 2005 ini butuh proses panjang untuk dia bisa melantunkan Al-Quran dengan qiraat. Bahkan ia sempat putus asa. Ia juga mengakui tidak ada ketertarikan dalam mempelajari tilawatil quran, karena tidak mampu mengontrol dari sshi nafas. Suaraun tidak cukup mendukung. Namun, berkat motivasi dari orangtua dan lingkungan sekitar, Farid kemudian bertekat untuk mempelajarinya melalui pembinaan online yang dia dapatkan secara mandiri.

“Kemudian saya kembangkan sendiri dan tiada hari tanpa latihan. Yang bikin tertarik dicoba-coba dari segi pernapasan mampu jadi cepet berlatih. Banyak temen-teman dari Aceh, Kaltim juga kita sering sharing media. Apalagi pengalaman saat nama disebutkan dalam kategori pemenang dan penerimaan piagam juga piala ini momen yang tidak akan pernah saya lupa,” urainya.

Farid mengakui ia sangat bersyukur atas prestasi yang dimiliki saat ini. Apalagi prestasi itu memacu kepercayaan dirinya ditengah keterbatasan fisik yang dimiliki. Menurut dia, dengan prinsip yang dibawa di mana keterbatasan bukan hambatan, tapi jembatan menuju kesuksesan di masa depan. Bekal inilah yang membuat Farid terus meningkatkan kualitas dirinya untuk menorehkan prestasi.

“Bagi saya terbatas fisik bukan hambatan. Justru pacuan untuk menggali potensi saya. Apapun yang saya lakukan saya ingin membanggakan kedua orangtua dulu. Ini tujuan utama saya. Dan target saya kedepan ingin ikut MTQ International,” pungkasnya. [ina.why]

Tags: