Belajar Secara Otodidak hingga Sukses Jadi Pengusaha Besar

Pemilik showroom ukir kayu jati di Bojonegoro saat merapikan patung Yesus yang permintaannya cukup tinggi menjelang perayaan Natal. [achmad basir/bhirawa]

Pemilik showroom ukir kayu jati di Bojonegoro saat merapikan patung Yesus yang permintaannya cukup tinggi menjelang perayaan Natal. [achmad basir/bhirawa]

(Potret Perajin Ukir Kayu Jati di Bojonegoro)

Produk mebel ukir kayu jati tak hanya identik dari Jepara Jawa Tengah, namun karya perajin di Bojonegoro juga cukup dikenal, tepatnya dari Desa Campurejo Kota Bojonegoro. Ukiran perajin juga bermacam-macam, ada yang berupa kaligrafi, relief pedesaan serta perjamuan berisi gambar Yesus dan para muridnya yang laris manis menjelang Natal seperti saat ini.

Achmad Basir, Kabupaten Bojonegoro

Di rumah salah satu perajin ukir kayu jati, Sutrisno (43) di Jalan Pemuda gang Yakub, suara mesin pemotong kayu terdengar menderu. Di sela nyaring deru mesin, beberapa tukang tampak asyik mengukir papan kayu jati untuk dibuat relief.
Menjelang Natal seperti saat ini, Sutrisno mengaku kewalahan dengan pesanan pembuatan relief perjamuan terakhir. Sebab pesanan tidak hanya dari warga lokal, namun juga datang dari berbagai daerah lain di Indonesia seperti Malang, Surabaya, Jakarta, Bandung dan Manado.
” Harga tiap relief perjamuan terakhir dan patung Yesus bervariasi, tergantung besar kecilnya ukuran. Untuk harga terendah sekitar Rp 1,5 juta, sedang ukuran jumbo bisa dibanderol dengan harga Rp 60 juta,” jelas salah satu pengusaha furniture kayu jati yang cukup dikenal di Bojonegoro.
Dia mengaku, untuk menyelesaikan patung Yesus setinggi satu meter membutuhkan waktu sekitar satu bulan, sedangkan untuk relief membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan. Semua itu tergantung ukuran dan kesulitannya. Di tempat usahanya, untuk menyelesaikan semua pesanan dia melibatkan 22 orang pekerja.
” Setiap jelang Natal, pasti buat patung Yesus karena banyak pesanan. Kalau relief perjamuan Yesus itu kan terdiri dari berbagai bagian, jadi ada perajinnya sendiri- sendiri. Mereka membutuhkan waktu dua sampai tiga bulan untuk menyelesaikannya,” ujar Sutrisno.
Untuk membuat patung kayu Yesus, ia mengaku kesulitan bahan baku, karena harus mendatangkan dari Bojonegoro Selatan seperti Kecamatan Temayang, Dander dan Bubulan. Belum lagi proses pengerjaan dan mengukir patungnya yang membutuhkan keterampilan dan ketelitian.
“Selain kesulitan bahan baku, kesulitan lain juga saat mengukir bentuk baju Yesus dan anatominya. Untung saja perajin di sini sudah terlatih. Meski sulit namun tetap bisa diselesaikan dan pembeli puas,” terangnya.
Sutrisno menceritakan kisah hidupnya menekuni dunia patung ukiran dengan belajar mengukir patung secara otodidak. Tidak pernah belajar di sekolah khusus.
“Berawal dari menjadi tukang ukir patung, saat itu ikut orang lain. Saya tekun melihat, belajar dan semua itu saya praktikkan pelan-pelan,” katanya.
Tekat besar untuk mengubah nasib pun menggugah hati Sutrisno. Pada 2002, di sela kerja ikut orang lain, pria yang kini memiliki dua anak itu membuat patung lalu dijual sendiri.
Dari hasil coba-coba itu, Sutrisno tak menyangka karyanya ada yang membeli. Awalnya dia hanya membuat patung harimau dan kuda. Pasar ternyata berminat. Saking senangnya, ia pun semangat membuat patung lebih banyak lagi.
“Lama kelamaan saya tahu pasarnya. Lalu mencari terobosan membuat patung Yesus dan Bunda Maria karena pasarnya juga tinggi. Setiap jelang Natal, banyak pesanan patung Jesus, Bunda Maria dan relief perjamuan,” papar Sutrisno.*

Tags: