BPBD Prediksi Banjir Akan Terjadi Februari-April 2016

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Lima Kecamatan di Pasuruan Dihajar Angin Puting Beliung
Pemprov, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim memprediksi banjir akan mulai terjadi pada Februari hingga April mendatang. Sebab di bulan-bulan tersebut curah hujan di Jatim sedang tinggi-tingginya.
“Berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), saat ini sudah memasuki musim pancaroba. Artinya sudah ada hujan tapi belum merata di seluruh kabupaten/kota di Jatim,” kata Kepala BPBD Provinsi Jatim Sudharmawan,  Senin (21/12).
Menurut dia, saat ini BPBD Jatim telah menyatakan status siaga darurat untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu bencana terjadi. Oleh karena itu, pihaknya telah melakukan mapping dengan SKPD terkait dan dengan 35 kabupaten/kota yang sudah terbentuk BPBD.
“Dari 35 kabupaten/kota yang sudah terbentuk BPBD itu semua memiliki potensi bencana banjir maupun longsor. Tapi klasifikasinya tentu berbeda-beda, ada yang tinggi, menengah dan rendah,” kata pejabat yang kini ditunjuk menjadi Pj Bupati Sumenep tersebut.
Dalam status siaga darurat ini, katanya, BPBD Jatim telah membuat rencana aksi terpadu penanganan banjir dan longsor. Ini dipakai sebagai acuan dalam rangka penanganan agar lebih terkoordinir, siapa dan apa sudah jelas sehingga saat terjadi bencana tidak saling lempar tanggung jawab.
Untuk daerah rawan banjir, akan terjadi di tujuh sungai besar di Jatim. Dua sungai manajemennya di pemerintah pusat yakni Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo. Sedangkan lima sungai manajemennya berada di provinsi. “Untuk sungai yang menjadi kewenangan provinsi seperti Kali Lamong, Sungai Kemuning di Sampang,” katanya.
Sementara itu, daerah yang mulai melakukan antisipasi banjir dan longsor adalah Kabupaten Jombang. Sebuah tenda berwarna oranye berdiri di ruang terbuka hijau Kecamatan Mojoagung, sejak Kamis 17 Desember. BPBD membangun tenda tersebut lantaran Kecamatan Mojoagung kerap banjir di saat hujan turun setiap tahun.
“Posko ini sebenarnya mulai aktif sejak 10 Desember lalu. Tugas tim di posko yaitu memantau titik-titik rawan bencana banjir, longsor, dan puting beliung,” kata Ketua Tim Relawan Agus Irmawan.
Agus menjelaskan beberapa relawan menjalankan tugas selama 24 jam secara bergiliran di posko itu. Mereka berkoordinasi dengan BPBD Jombang untuk mengantisipasi dan menangani laporan bencana banjir.
“Bukan hanya di pos, petugas juga berpatroli ke sejumlah titik yang berpotensi terkena bencana. Misal pinggir sungai,” ungkap Agus. Posko juga menyiagakan sejumlah peralatan untuk penanganan bencana. Misal perahu evakuasi dan baju pelampung.

Pohon  Tumbang
Sementara itu lima kecamatan di wilayah Kabupaten Pasuruan di antaranya Kecamatan Bangil, Rembang, Beji, Gempol dan Pandaan, Senin (21/12) sore dihajar angin puting beliung.
Tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun hajaran angin tersebut membuat sejumlah pohon bertumbangan serta menimpa kabel-kabel listrik hingga putus.
“Hingga petang ini (kemarin petang, red) kami masih menunggu data yang masuk, terutama untuk bangunan yang rusak akibat puting beliung itu. Saat ini data yang masuk hanya pohon-pohon yang tumbang saja,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Bhakti Jati Permana kepada sejumlah wartawan, Senin (21/12) petang.
Menurutnya, dari berbagai informasi yang berhasil dihimpun, pohon-pohon di lima kecamatan tersebut bertumbangan dan menimpa tiang-tiang listrik. “Kami kesulitan berkomunikasi dengan petugas yang ada di lapangan, mengingat kondisinya saat ini listrik padam,” jelas Bhakti Jati Permana.
Tak hanya itu, pohon yang bertumbangan juga menimpa rel kereta api serta akses jalan di desa-desa. Untuk pohon yang menimpa rel terjadi di Kecamatan Beji, sedangkan yang menimpa jalan-jalan desa terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Gempol. “Untuk pohon tumbang yang menutup rel KA di Beji langsung kami evakuasi dengan menggergaji, saat ini evakuasinya selesai. Sementara, saat ini petugas bersama warga tengah mengevakuasi pohon-pohon yang menutup jalan-jalan desa di Kecamatan Gempol,” kata Bhakti Jati Permana. [iib,hil]

Tags: