Bupati MKP Membawa Simbol Kebesaran Majapahit

Bupati MKP (tengah) bersama istri berjalan di atas red carpet dalam Ruwat Agung Nuswantoro di Trowulan. [kariyadi/bhirawa]

Bupati MKP (tengah) bersama istri berjalan di atas red carpet dalam Ruwat Agung Nuswantoro di Trowulan. [kariyadi/bhirawa]

Kab Mojokerto, Bhirawa
Rangkaian kegiatan seni budaya di wilayah Kab Mojokerto semakin menunjukkan jati dirimya, terutama kawasana Trowulan merupakan pusat pemerintahan kerajaan Majapahit yang termashur. Upaya melestarikan peninggalan seni dan budaya leluhur terus digalakkan. Dengan menggelar Ruwat Agung Nuswantoro Majapahit 1949 Saka.
Melalui Disporabudpar Kab Mojokerto sebagai leading sector menggelar rangkaian greget budaya. Diawali Kamis (15/10) pekan lalu diadakan Festival Tembang Mocopat pelajar tingkat SMA Sederajat yang diikuti 60 orang peserta se-Kab Mojokerto.
Dilanjutkan kegiatan Mangesti Suro yang dalam acara ini, Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa (MKP) menyampaikan kebesaran Mojopahit yang sudah dikenal bukan hanya di lingkup nasional, tapi sudah mendunia ini, saatnya dilestarikan dan diperbaiki.
Langkah Pemkab Mojokerto yang bekerjasama dengan Provinsi Jatim dalam mewujudkan rumah Mojopahit adalah awal dari sebuah bentuk pengenalan secara luas budaya Majapahit. Rencana mendesain pagar dan gapura di beberapa titik penting di wilayah Kab Mojokerto tahun 2016 harus bisa diwujudkan.
Bupati  MKP menguraikan,  yang  penting saa tini adalah bagaimana dan sejauh apa kita dapat menghargai dan melestarikan budaya setempat. Acara Mangesti Suro ditutup dengan pagelaran wayang kulit bersama Ki dalang Suwoto mengambil lakon Tumuruning Wahyu Keprabon.
Sabtu (17/10) merupakan puncak kegiatan Ruwat Agung Nuswantoro. Berbagai bentuk hasil karya para seniman dan budayawan yang berjumlah 30, yang pesertanya berasal dari kecamatan, perbankan, dan perusahaan. Sebelum kirab diberangkatkan, dilakukan prosesi kirab pusaka Majapahit yang diserahkan ke masing-masing peserta sesuai dengan tugasnya.
Bupati membawa Papaka (simbol Majapahit). Kajari membawa Payung Gringsing Udan  Wiris, Kapolres membawa Tombak Samudera, Dandim membawa pusaka Bendera Gulo Klopo. Hadir dalam acara ini diantaranya, Wakil Dinas Pariwisata Jatim, Taman Budaya Jatim, DPR Jatim, Parsi Jatim, pengelola hotel, camat dan SKPD.
Untuk malam harinya di waktu yang sama dilaksanakan Gebyar Tembang Mocopat (Paguyuban Sesepuh), yang dihadiri oleh beberapa simpatisan budayawan Mocopat dari Jombang, Kediri, Lamongan, Gersik dan Kertosono.
Gelar Mocopat (Paguyuban Sesepuh), sebagai ungkapan rasa kepedulian, persaudaraan, dan keakraban sesama seniman. Dilanjutkan dengan acara Unduh-Unduh Patirtan, yaitu mengambil air dari tujuh sumber mata air (Patirtan).
Diantara ke tujuh sumur itu antara lain, Sumur R Wijaya di Desa Bejijong,  Ratu Tribuana Tunggadewi di Desa Klinterejo,  Hayam Wuruk di Desa Panggih, Damar Wulan/Putri Cempo di Desa Trowulan, Sumber Towo Brawijaya V di Desa Trowulan, Sakti Gajah Mada di Desa Beloh, dan Sumur Upas Candi Kedaton di Desa Sentono Rejo. [kar.adv]

Tags: