Cegah Stunting, Dinkes Kabupaten Probolinggo Lakukan Penguatan Taman Posyandu

Dinkes laksanakan Monev Bumil KEK dan Anemia.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pemkab Probolinggo, Bhirawa
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) bersama beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait melakukan monitoring dan evaluasi (monev) pertumbuhan dan perkembangan balita, ibu hamil (bumil) Kurang Energi Kronis (KEK) dan anemia dalam mendukung 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di Kabupaten Probolinggo.

Kegiatan ini dilakukan di 11 posyandu di Kabupaten Probolinggo mulai 15 Agustus hingga 15 September 2022. Sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita, kepala desa dan perangkat, TP PKK, kader serta tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Monev pertumbuhan dan perkembangan balita, bumil KEK dan anemia ini diawali di Posyandu Mega Desa Sukodadi Kecamatan Paiton. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo Hj. Nunung Timbul Prihanjoko bersama pengurus, Dinkes Kabupaten Probolinggo, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Paiton dan Tim Penggerak PKK Desa Sukodadi.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Probolinggo Sri Wahyu Utami, Kamis (18/8) mengungkapkan kegiatan ini bertujuan supaya ibu hamil ada yang mengawasi tentang pola makan, minum obat atau vitamin secara teratur dan kontrol ke tenaga kesehatan serta terpantau agar ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat dan bayi yang terlahir juga sehat dan selamat, tidak BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah), panjang badan bayi =/> 48 cm serta lahir di fasilitas kesehatan yang tersedia.

“Kondisi ibu hamil KEK dan anemia di Kabupaten Probolinggo masih cukup tinggi sebesar 2.207 (12,47%) tahun 2021. Kalau tidak dilakukan pengawasan yang efektif oleh orang terdekat dalam ini kader, maka akan mengalami keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi,” ungkapnya.

Menurut Sri Wahyu, turunnya jumlah anak stunting tentunya tidak bisa diatasi oleh tenaga kesehatan. “Perlu dicapai melalui dukungan dari lintas program dan lintas sektor dengan melibatkan seluruh stakeholder dan mitra terkait baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, sehingga kegiatan monitoring ibu hamil KEK dan anemia bersama-sama dalam mencegah adanya stunting baru sangat dibutuhkan di Kabupaten Proboplinggo,” terangnya.

Sementara Ketua TP PKK Kabupaten Probolinggo Hj. Nunung Timbul Prihanjoko mengatakan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan anak, dimulai dari awal kehamilan sampai anak umur 2 tahun setelah lahir.

“Sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal. Untuk itu sebelum jadi ibu dan bapak, mulai dari calon pengantin sampai setelah menikah harus betul-betul siap dan memahami tentang pola asuh anak melalui bimbingan perkawinan, kelas catin, kelas ibu hamil dan lain-lain supaya mendapatkan informasi tentang kesehatan anak,” katanya.

Istri Plt Bupati Probolinggo ini menjelaskan data stunting Kabupaten Probolinggo berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) setiap 5 tahun sekali. Tahun 2013 prevalensi stunting sebesar 49,40%, tahun 2018 turun menjadi 39,90%. Berdasarkan data survey SSGBI (Status Gizi Balita Indonesia) tahun 2018 sebesar 49,43%. Tahun 2019 naik menjadi 54,75% dan pada tahun 2021 turun menjadi 23,30%.

“Tahun 2020 dilakukan survey tetapi tidak dapat memunculkan data karena berdasarkan perilaku karena peningkatan kasus Covid-19. Bulan timbang yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan secara rutin di bulan Pebruari dan Agustus datanya tahun 2013 prevalensi stunting sebesar 18,83%, tahun 2018 sebesar 17,29%, tahun 2019 sebesar 16,37%, tahun 2020 sebesar 16,14% dan tahun 2021 sebesar 14,98%,” jelasnya.

Menurut Nunung, di Kabupaten Probolinggo yang menjadi program prioritas nasional selain stunting adalah kematian ibu dan bayi serta Covid-19. “Kematian ibu di Kabupaten Probolinggo tahun 2021 meningkat cukup tinggi yaitu 201,78 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 10,38 per 1000 kelahiran hidup, bumil KEK dan anemia juga masih banyak pada ibu hamil sehingga yang merupakan salah satu sebab dari bayi lahir dengan berat lahir kurang 2500 gram,” terangnya.

Ketua Dekranasda Kabupaten Probolinggo ini menambahkan dalam percepatan penurunan stunting perlu adanya kepedulian pada semua pihak untuk memberikan motivasi pada calon ibu, supaya kehamilan betul-betul disiapkan baik fisik, psikis serta jaminan pelayanan kesehatan sehingga pada saat hamil sudah siap dan selalu melakukan pemeriksaan kehamilannya pada tenaga kesehatan.

“Ibu hamil pola makannya harus memenuhi gizi seimbang yaitu ada sayur, ikan, nasi dan buah, tidak perlu mahal bisa didapat di sekitar rumah, harus kreatif, keluarga harus menempatkan ibu hamil sebagai orang yang sangat membutuhkan perhatian terutama di pola makan sehingga tidak anemia atau kurang gizi kronis dan siap jadi seorang ibu. Kalau melahirkan di tenaga kesehatan, bayinya diberi ASI, ditimbang tiap bulan, pola maka anak esuai jadwal dan umurnya,”tuturnya.

Unttuk itu pulalah Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo melakukan penguatan taman posyandu dalam upaya pencegahan stunting di Kabupaten Probolinggo. Kegiatan ini diikuti oleh 33 orang pelaksana Promkes Puskesmas, 33 puskesmas dan Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka mendapatkan materi konsep dasar Taman Posyandu, evaluasi pelaporan promkes dan PM, instrumen promosi dan PM serta diskusi penyusunan kejakan dan SOP promkes dan PM dari Dinkes Kabupaten Probolinggo.

Penyuluh Kesehatan Masyarakat Muda pada Dinkes Kabupaten Probolinggo Sri Rusminah mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan penguatan Taman Posyandu dalam rangka pencegahan stunting di Kabupaten Probolinggo. “Paling tidak peserta memahami konsep Taman Posyandu dan instrumen promkes dan PM,” ujarnya.

Menurut Sri Rusminah, data stunting di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2019 menurun menjadi 16,37% atau 13.206 dari 80.665 balita yang ditimbang, dengan menyisakan 5.569 balita yang tidak ditimbang. Sedangkan untuk tahun 2020 data ini kembali menurun menjadi 16,24% atau 12.833 dari sebanyak 79.497 balita yang ditimbang.

“Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo adalah meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat melalui penguatan Taman Posyandu dalam rangka penurunan stunting di Kabupaten Probolinggo,” tambahnya.(Wap.hel)

Tags: