Dampak Penularan PMK di Malang Barat, Produksi Susu Turun Drastis

Peternak sapi perah di wilayah Kec Pujon, Kab Malang terus memantau kesehatan ternaknya agar tak tertular PMK. [cahyono/Bhirawa]

Kab Malang, Bhirawa
Dampak penularan Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) di kabupaten Malang, tidak hanya berpotensi kematian pada hewan sapi, tapi juga mempengaruhi produksi susu pada peternak sapi perah di wilayah Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon.

Penurunan produksi susu selama wabah PMK mencapai 40 persen. Karena berdasarkan data di Koperasi Sinau Andandani Ekonomi (SAE) Pujon, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, sebelum wabah PMK produski susu mencapai 117 ton liter per hari.

Namun, kata Humas Koperasi SAE Pujon Suyono, Minggu (12/6), kepada wartawan, setelah terjadinya wabah PMK, produksi susu hanya mampu menghasilkan 40-50 ton liter per hari. Karena penyebaran PMK tersebut, tidak hanya pada sapi potong saja, tapi juga pada sapi perah. Sehingga penularan PMK pada sapi perah, maka produksi susu di Koperasi SAE Pujon turun 40 persen.

Sedangkan penurunan produksi susu itu, karena tidak sedikit sapi perah ditingkat pernak mati akibat tertular PMK. “Kematian sapi perah penyebab utamanya untuk sementara ini akibat tertular PMK,” ungkapnya.

Dijelaskan, untuk jumlah populasi ternak sapi perah ditingkat peternak dan masuh sebagai anggota Koperasi SAE, tercatat 18 ribu ekor sapi. Namun, setelah ada kematian sapi perah, tentunya jumlah populasi turun, dan tidak tahu lagi jumlah populasi sapi perah saat ini.

Oleh karena itu, dirinya meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang memikirkan kondisi peternak yang kehilangan ternaknya karena mati tertular PMK. Sebab, satu ekor sapi perah yang sudah berproduksi sebesar Rp. 50 juta.

“Jika peternak memiliki 5 ekor sapi perah lalu mati, maka akan mengalami kerugian ratusan juta rupiah. Sehingga untuk meringankan peternak yang mengalami kerugian tersebut, maka diharapkan pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) seperti kasus Covid-19,” pintah Suyono.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang Sodiqul Amin, yang mana juga warga Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang menegaskan, jika dirinya meminta kepada Pemkab Malang agar lebih serius dalam menangani kasus PMK pada sapi. Sehingg Pemkab segera mengambil langkah percepatan dalam penanganan PMK yang terjadi di Kabupaten Malang, khususnya di sentra peternak sapi perah yang menghasilkan produksi susu.

Sebab, lanjut dia, penyebaran wabah PMK di wilayah Kabupaten Malang khususnya di Malang Barat yang terkonfirmasi tertular PMK cukup signifikan, seperti di wilayah Kecamatan Pujon yang yang terkonfirmasi mencapai 3.688 ekor sapi.

Sedangkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang, jumlah ternak yang terkonfirmasi terpapar PMK di Kabupaten Malang totalnya kini mencapai 5.623 ekor.

“Untuk itu, dirinya meminta Pemkab Malang serius dalam penanganan PMK dan memusatkan tenaga kesehatan hewan di wilayah Malang Barat, karena paling banyak ditemui kasus PMK,” ujarnya.

Selain itu, Sodiqul juga berharap agar rencana pengalokasian anggaran sebesar Rp 3 miliar dari Belanja Tak Terduga (BTT) dapat segera diakomodir, dan segera digunakan untuk membeli obat atau vitamin bagi ternak sapi yang terpapar PMK. Dan untuk secepatnya dalam penanganan PMK, maka Pemkab Malang juga meminta bantuan pada perguruan tinggi yang mempunyai bidang kesehatan hewan. Karena jika tidak segera ditangani secara serius, yang jelas akan memperbesar potensi kematian sapi tertular PMK.

“Untuk di wilayah Malang Barat, Pujon, Ngantang dan Kasembon, konteksnya sudah pengendalian, jika melihat jumlah yang terpapar sudah mencapai ribuan. Dan kalau di tempat lain masih pencegahan, tapi sama yang setidaknya juga perlu obat dan vitamin,” pungkasnya. [cyn.gat]

Tags: