Dari Jatim Menuju Prestasi Dunia

Zaenal MutakinOleh :
Zaenal Mutakin
Penulis adalah widyaiswara Badan Diklat Jatim – kandidat doktor PSDM Universitas Airlangga Surabaya)

Ingar bingar semaraknya pesta olahraga sejagad olimpiade 2016 di Rio de Janeiro – Brasilberakhir,Minggu (21/8/2016) atau Senin pagi WIBdi Stadion Maracana. Ada suka dan duka di sana. Ada airmata kegembiraan dan air mata kesedihan. Ada kenangan indah dan ada mimpi buruk yang tak terlupakan. Ada nafas nyesek dan ada nafas kelegaaan. Atau bahkan ada salam perpisahan untuk terakhir kali sang atlet berlaga di even empat tahunan tersebut. Semua kumpul menyatu perasaan itu di Rio. Teriakan suporter, riuh rendahnya sorakan penonton, jeritan pendukung, lenguhan sang atlet dalam menjalankan perlombaan maupun pertandingan untuk menuju yang tercepat, terkuat, dan tertinggi sudah tak terdengar lagi. Bangku-bangku penonton kini berderet kosong bagaikan hampa suara. Indonesia pulang dengan membawa satu medali emas dan dua perak. Keping emas membagakan direbut pebulutangkis Tontowi Achmad/Liliana Natsir,  perak disabet Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni Agustiani di angkat besi. Posisi Indonesia ada rangking urutan 42 dunia di bawah Thailand (35) dan di atas Vietnam (48), Singapura (54), dan Malaysia (60).
Berbicara di kancah oliampiade, dari 30 medali yang diraih Indonesia selama mengikuti olimpiade (sejak olimpiade Helsinki 1952), ternyata atlet Jawa Timur menyumbang 8 medali. Kalkulasinya; 2 emas, 4 perak, dan 2 perunggu.  Dari total 30 medali itu, bulutangkis menyumbang 7 emas, 6 perak, dan 6 perunggu. Angkat besi 5 perak serta 5 perunggu. Panahan satu perak.
Masih segar dalam ingatan kita, baru saja lifter asal Jatim Eko Yuli Irawan meraih perak pada cabang angkat besi Oliampiade Rio de Janeiro – Brasil 2016. Prestasi ini memperbaiki perolehan medali pada dua oliampiade sebelumnya. Eko meraih perunggu pada olimpiade Beijing- China 2008 dan London – Inggris 2012. Tentu saja prestasi ini sangat membanggakan. Di tengah bangsa kita sedang merayakan ulang tahun – 71 kemerdekaannya RI. Dan pacekliknya medali di Rio. Khusus bagi Jawa Timur, torehan prestasi ini bisa menjadi bekal semangat tanding- di tengah-tengah para atlet Jawa Timur sedang gigih-gigihnya persiapan  menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX – di Bandung Jawa Barat,17-29 September 2016. Moga-moga prestasi yang disematkan Eko, bisa menjadi inspirasi sekaligus suntikan perjuangan teman-teman satu kontingennya yang akan berjibaku di PON,  untuk mendulang medali sebanyak-banyaknya.
Sebagai orang Jatim, kita bangga dengan raihan 8 medali oleh atlet Jatim di ajang prestise olimpiade. Disebut atlet Jatim, bisa saja memang mereka adalah atlet kelahiran dan besar di Jatim, atau memang atlet binaan Jatim. Selain Eko Yuli Irawan, ada nama-nama kondang atlet Jatim yang sudah menorehkan prestasi moncer di olimpiade. Sebut saja ada atlet bulutangkis Alan Budi Kusuma, Tony Gunawan, Minarti Timur, Hendrawan, Sony Dwi Kuncoro, dan Maria Kristin Yulianti. Di Panahan ada Lilies Handayani.
Sekedar mengingat kembali, Alan Budi Kusuma atlet kelahiran Surabaya, 29 Maret 1968 peraih emas olimpiade Barcelona-Spanyol 1992. Tony Gunawan kelahiran Surabaya,  9 April 1975 yang berpasangan dengan Candra Wijaya meraup emas dan Hendrawan arek Malang kelahiran 27 Juni 1972 menggondol perak di olimpiade Sydney – Australia 2000. Di even ini juga, ada atlet Minarti Timur kelahiran Surabaya, 24 Maret 1968 yang menyabet perak di nomor ganda campuran bersama Trikus Hariyanto. Kalau Sony Dwi Kuncoro yang lahir di Surabaya, 7 Juli 1984 adalah peraih perunggu Olimpiade Athena 2004. Maria Kristin Yulianti lahir di Tuban, 25 Juni 1985,  perebut medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008. Dan sebagai pioner perebut medali olimpiade pertama adalah cabang panahan di Seoul Korea Selatan 1988. Prestasi ini diukir Trio Srikandi, yang salah satunya adalah atlet kelahiran Surabaya, 15 April 1965, Lilies Handayani.  Perolehan perak ini, sekaligus raihan medali pertama bagi Indonesia sejak  keikutserttaannya di ajang empat tahunan ini.
Hebatnya seorang atlet berjaya di tingkat dunia, tentu saja salah satu tolak ukurnya adalah raihan prestasinya pada level  oliampiade. Biasanya seorang atlet belum merasa ‘puas’ kalau belum pernah menjuarai oliampiade. Atau belum merasa lengkap perolehan gelarnya, kalau belum pernah meraih medali di even tersebut. Lihat saja pebulutangkis asal Malaysia Lee Chong Wei masih belum merasa ‘lengkap’ sebagai seorang atlet. Ia getun dan lunglai sekali ketika lagi-lagi gagal meraup emas. Air mata meleleh dan nyesek dirasakan sekali waktu kemarin di Rio dikalahkan Chen Long di final. Meskipun sudah tiga kali ke final, namun belum sekali pun bisa yang terbaik di Oliampiade. Meski hampir semua kejuaraan bulutangkis di klas super series maupun super series premier kerap ia menangkan. Empat kali keikutsertaannya di olimpiade, ia hanya bisa meraih 3 perak. Tentu berbeda cerita dengan prestasi petenis asal Jerman Steffi Graf. Ia justru dijulukin atlet ‘golden slam’ karena bisa juara di empat seri granslam plus oliampiade. Julukan petenis bergelar sempurna atau ratu tenis dunia pun kian melekat padanya seusai mendapatkan emas oliampiade. Oleh karenanya ajang oliampiade adalah ajang taruhan hidup mati seorang atlet untuk menggapai puncak prestasi. Ajang yang paling bergengsi yang menjadi fokus dan lokus bidikan prestasi seorang atlet.
Menuju Atlet Dunia
Beberapa hal yang menurut hemat saya, bisa membuat olahraga di Tanah Air berprestasi dunia. Barangkali cabor lain bisa melihat dan meniru dari pembinaan yang sudah dilakukan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Lebih tepatnya ATM (amati-tiru-dan modifikasi). Beberapa upaya yang yang sudah dilakukan PBSI paling tidak bisa dibuat rujukan. Di bulutangkis (penyumbang 18 medali dari 30 medali yang pernah diraih Indonesia di olimpiade, di mana 7 medali emas didapat dari bulutangkis) telah menerapkan dan meningkatkan pembinaan dan pengembangan yang tidak lepas dari peran serta pengurus dan organisasi. PBSI telah melakukan prosedur ini dengan baik. PBSI dalam peningkatan prestasi, pembinaan, dan pengembangan telah menjalankan fungsi-fungsi keorganisasiannya. Pengurus organisasi telah menyusun porgram-program kerja yang dapat mendukung tercapainya prestasi yang maksimal dalam pembinaan dan pengembangan olahraga. Program-program tersebut diantaraya adalah perekrutan atau pengadaan pelatih, pengadaan sarana dan prasarana, perekrutan atlet, menentukan perencanaan dan pelaksanaan pembinaan atlet melalui pemusatan latihan cabang olahraga, mengadakan atau menyelenggarakan even olahraga, mengikuti berbagai even olahraga sesuai dengan cabang olahraga yang dapat dijadikan sebagai tambahan pengalaman bagi atlet, mencarikan dana untukpembinaan, dan lain sebagainya.
Salah satu faktor pendukung terpenting dalam upaya menyukseskan program pembinaan prestasi olahraga adalah tersedianya dana yang memadai/representatif. Berbagai sumber dana alternatif perlu digali dalam upaya memenuhi kebutuhan dana untuk pembinaan cabang-cabang olahraga prestasi.Pendanaan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembinaan dan pengembangan olahraga. Dengan adanya pendanaan, berbagai kebutuhan/hal yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan olahraga dapat dipenuhi dengan baik, diantaranya adalah: pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang baru untuk melengkapi/mengganti fasilitas yang ada/rusak; pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana olahraga termasuk alat dan fasilitas lapangan; pendanaan pembinaan dan pengembangan atlet mulai dari perekrutan sampai dengan pemusatan latihan dan ikut serta dalam even kejuaraan; kesejahteraan atlet, pelatih, dan pengurus organisasi. PBSI mempunyai dana yang represtatif dalam menunjang segala keperluannya untuk menuju prestasi dunia. Ada dana abadi, sponsor utama, sponsor tambahan, dan beberapa kemitraan/CSR dengan perusahaan swasta.
Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mendukung terlaksananya pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi. Metode yang sudah digunakan PBSI antara lain melalui pemusatan latihan yang didalamnya terdapat sistem-sistem pembinaan kepada atlet dan juga program-program latihan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan atlet baik dari segi fisik, teknik, taktik, dan mental.PBSI juga menerapkan sistem teknologi tinggi dalam menunjang atletnya berprestasi dunia.
Prasarana dan sarana olahraga sangat penting keberadaannya untuk menunjang pembinaan dan pengembangan olahraga, khususnya olahraga prestasi. Prasarana dan sarana di PBSI yang diperlukan untuk pembinaan dan pengembangan olahraga sudah memenuhi standar  nasional atau bahkan Internasional.
Penghargaan juga wajib diberikan agar atlet termotivasi dan terlecut berprestasi dunia. Penghargaan dapat berbentuk pemberian kemudahan, beasiswa, asuransi, pekerjaan,
kenaikan pangkat luar biasa, tanda kehormatan, kewarganegaraan, warga kehormatan  jaminan hari tua,kesejahteraan, atau bentuk penghargaan lain yang bermanfaat bagi penerima penghargaan. PBSI sudah menerapkan sistem ikatan sponsor perorangan bagi seluruh atletnya baik atlet pelatnas maupun non-pelatnas. PBSI pun selalu memberikan reward bagi para atletnya bila menjuarai even internasioanal baik yang skala minor maupun mayor. Belum lagi penghargaan dari klub atlet tersebut berasal.
Sangat disyukuri sekarang pemerintah menyiapkan dana pensiun atlet sebagai jaminan hari tua seumur hidup sang atlet. Peraih emas olimpiade berhak atas dana pensiun perbulan 20 juta rupiah. Perak 15 juta rupiah dan perunggu 10 juta rupiah.Mudah-mudahan kebijakan ini makin memacu anak bangsa generasi muda untuk nyemplung sebagai atlet berprestasi dunia.
Akhir kata, mari kita dukung prestasi atlet kita di kancah olahraga dunia. Baik ajang SEA Games, Asian Games, Olimpiade, Kejuaraan Dunia, dan multi even lainnya. Sejarah telah menorehkan, banyak atlet Jatim berjaya di even penting dunia. Itu artinya, Jatim punya tradisi baik pada prestasi olahraga dunia. Itu artinya pula Jatim mampu bersaing di level dunia. Tetap semangat antara atlet, swasta, dan pemerintah membina dan membangun olahraga di Indonesia. Bravo olahraga Indonesia.

                                                                                                             ————– *** —————-

Rate this article!
Tags: