Dari Keluarga Tak Mampu, Atlet Banyuwangi Sumbang Medali Emas Kejuaraan SOIna 2018

Atlet tim Banyuwangi di dampingi Ketua Pengda SOIna Jatim Farida Martarina menunjukkan medali yang disumbangkan pada kejuaraan SOIna 2018 di gedung BK3S, Rabu (26/7).

Surabaya, Bhirawa
Sebagai penyumbang atlet terbanyak setelah Surabaya, Banyuwangi mendapat perhatian dari berbagai pihak. Pasalnya, para atlet yang tergolong masih muda ini mempunyai tekad yang kuat untuk membawa nama Jawa Timur di tingkat nasional. Di sisi lain, kehidupan para atlet Banyuwangi terbilang cukup memprihatinkan. Betapa tidak, sebagian besar para orangtua atlet Banyuwangi hanya bekerja sebagai buruh tani. Selain itu, untuk mencapai sekolah nya saja sebagai tempat untuk mereka latihan setiap harinya harus ditempuh hingga tiga jam lebih.
Pelatih sepakbola Spesial Olympic Indonesia (SOIna) Jatim, Wartono mengungkapkan jika semangat anak-anak didiknya patut di acungi jempol. Pasalnya ditengah keterbatasan fisik dan ekonomi mereka mampu, menyumbang banyak medali dan membawa nama Jatim dengan hasil yang cukup membanggakan.
“Anak-anak ini semangatnya luar biasa. Kemarin waktu pertandingan futsal ada yang cedera. Saya suruh berhenti. Tapi dia ngotot. Dia bilang ke saya, tidak apa-apa pak saya harus main. Saya harus main demi Jawa Timur,” ujar dia menceritakan kembali semangat anak didiknya. Meskipun latar belakang mereka dari keluarga menengah kebawah, lanjut Wartono namun mereka tidak pernah menyerah akan keadaan itu. “Semangat inilah yang harus dicontoh oleh siapa saja” imbuh dia.
Bagi Wartono, torehan atlet Banyuwangi dalam menyumbangkan medali emas bagi Jawa Timur selama dua kali berturut-turut merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Pasalnya, tahun ini secara berturut-turut pihaknya memperoleh medali emas di ajang Pekan Olahraga Nasional (Pornas) pada cabang olahraga (cabor) futsal.
“Alhamdulillah, tahun ini kami tim futsal menyumbang emas lagi. Selama dua periode Pornas ini tim futsal Banyuwangi bisa menyumbangkan emas secara dua kali berturut-turut” ungkap guru olahraga yayasan Bina insani Banyuwangi ini
Selain mendapat satu medali emas pada cabor futsal, diungkapkan Wartono pihaknya juga mampu merebut medali perak pada cabor bulu tangkis kategori tunggal putra dan lari, serta medali perunggu pada cabor buku tangkis lategori ganda putra dan lari.
Sekalipun mendapat berbagai prestasi yang gemilang, sayangnya hal ini tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang mendukung fasilitas mereka dalam sekolah dan berlatih.
“Kami memang mendapat banyak prestasi. Bahkan atlet kami ada yang mendapat medali emas hingga luar negeri. Tapi sayangnya, kondisi kekurangan air ini yang membuat kami kesulitan untuk mendukung daya tahan tubuh anak-anak. Kami berharap agar pemerintah kota bisa membantu kami untuk mendapatkan air yang layak untuk dikonsumsi bagi merek” tandas dia.
Salah satu atlet futsal Banyuwangi, Dandi Pratama mengungkapkan jika ia cukup berbangga diri atas pencapaian tim futsal dalam menyumbangkan medali emas bagi Jatim.
“Tim ini, tim yang solid. Kami selalu berlatih bersama dan kerja keras agar kami bisa membawa medali emas di Pornas ke VIII ini” ujar siswa SMALB Bina Insani berusia 16 tahun ini
Ia berharap, kedepan pihaknya bisa mewujudkan cita-citanya untuk bisa merasakan bangku kuliah dan menjadi pelatih sepakbola seperti Wartono.
“Meskipun keluarga saya dari kalangan tidak mampu, tapi saya tetap berharap saya bisa kuliah dan menjadi pelatih sepakbola” ungkal siswa kelas satu SMALB ini.

SOIna Jatim Minta Seluruh Pemerintah Dukung Prestasi ABK
Suksesnya provinsi Jawa Timur dalam menyumbangkan berbagai medali pada ajang kejuaran Spesial Olympic Indonesia 2018 (SOIna) tentu saja tidak terlepas dari peran dan perhatian berbagai pihak. Bentuk perhatian itu salah satunya di tunjukkan oleh pemerintah Jawa Timur dalam mendampingi para atlet berkebutuhan khusus dengan tunagrahita. Diungkapkan Ketua Pengda SOIna Jatim, Farida Martarina jika tahun ini, pemerintah Jatim mulai memperhatikan atlet tunagrahita dalam ajang kejuaraan olahraga berkebutuhan khusus tingkat nasional. Sebelumnya, diakui Farida jika pemerintah Jatim tidak terlalu memperhatikan prestasi anak-anak berkebutuhan khusus di kejuaraan SOIna.
“Alhamdulillah, mulai tahun ini prestasi anak-anak ini juga tidak lepas dari dukungan pemerintah Jatim khususnya dan semua pihak. Bahkan pak gubernur mengirim tiga staff nya untuk memantau prestasi anak-anak di Riau” ungkap Farida usai penyambutan kedatangan tim Banyuwangi kemarin (25/7).
Meskipun ini kali pertama bentuk dukungan pemerintah Jatim, lanjut dia, namun pihaknya cukup berbangga hati dengan sikap yang ditunjukkan pemerintah Jatim untuk menghargai prestasi anak-anak berkebutuhan khusus dengan tunagrahita ini.
“Perhatian pemerintah ini sangat kami butuhkan bagi kami. Selain sebagai bentuk penghargaan ini juga bisa memacu anak-anak untuk tetap semangat dan percaya diri atas kemampuan mereka di tengah keterbatasannya” lanjut dia.
Misalnya saja, imbuhnya, dari 35 Provinsi di Indonesia ada sekitar 22 provinsi yang mendaftar. Namun hanya 20 yang bisa hadir dan mengikuti kejuaraan SOIna. “Ini tentu saja peran pihak terkait seperti pemerintah dibutuhkan. Mereka tidak hadir, karena kami dengar tidak ada dukungan dan perhatian yang diberikan dari pemerintahnya” sambung dia.
Untuk tahun, dijelaskan perempuan yang akrab disapa Rina ini, Jatim sendiri menyumbangkan 28 atlet dari berbagai cabangbolahraga yang berbeda. Diantaranya, futsal, bulu tangkis, tenis meja, dan renang. “Kita lakukan seleksi daerah untuk mewakili Jatim di SOIna, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi mayoritas atlet berasal dari Surabaya, Banyuwabgi, Malang dan Gresik” paparnya.
Namun sayangnya, diungkapkan Farida kejuaraan yang bagus ini harus dicederai dengan kebijakan yang tidak bertanggung jawab dari panitia. Ia menuturkan, jika panitia tidak seharusnya melakukan akumulasi poin medali dalam kejuaraan SOIna. Karena ia menilai, jika adanya kejuaraan ini dibentuk adalah sebagai rehabilitasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. “Medali emas, perak dan perunggu ini kan suatu nilai tambah. Tapi yang lebih mendasar adalah Pekan Olahraga Nasional (Pornas) dilakukan untuk merehabilitasi mereka-mereka ini” lanjut dia.
Saya berharap, tambah dia, semoga kejadian ini tidak terjadi lagi di tahun-tahun berikutnya. Terlebih lagi tujuan kejuaraan ini dibentuk adalah fokus pada rehabilitas dengan olahraga. “Kami berharap dengan melakukan olahraga anak-anak kami bisa lebih meningkat percaya dirinya, dan meningkat keyakinam kemampuannya. Sedang kita wajib memberikan mereka kesempatan dan dukungan seluas-luasnya termasuk dari orangtua” tandas dia. [ina]

Tags: