Demi Anak Rela Mundur dari Puskesmas

drg Shinta Yustisia

drg Shinta Yustisia
Anak merupakan amanah dan anak merupakan investasi yang paling berharga bagi orang tua. Sehingga harus dididik dengan sebaik-baiknya, untuk mencapai cita-citanya dan prestasinya yang lebih tinggi lagi. Bahkan sampai bisa membawa nama baik orang tua, sekolah dan bangsanya.
Itulah yang dilakukan drg Shinta Yustisia, dokter gigi di Dinas Kesehatan Surabaya, rela mengundurkan diri demi mendidik anaknya, Cleona Einar Maulidiva. Pengorbanannya pun tak sia-sia, terbukti anaknya bisa meraih prestasi tingkat dunia, tentu saja membawa nama baik keluarga, sekolah dan bangsa Indonesia.
Ia mengaku, sampai rela melepas pekerjaannya yang sudah keliling Puskesmas di Surabaya, mulai Puskemas Menur, Gayungsari, Tenggilis hingga resign tahun 2016 ini, karena melihat bakat anaknya untuk berprestasi di tingkat dunia sudah terlihat. Makanya saya harus turun tangan untuk mendidiknya sendiri. Harus lebih fokus, sabar dan telaten dan yang lebih penting lagi harus selalu mendampingi/mengajari pelajaran sekolah yang disukainya.
“Jalan itu bisa ditempuh dengan pilihan harus resign dari pekerjaan. Jadi saya ingin focus mendidik anak. Karena saya tahu bakat anak saya di bidang Math dan Science sangat bagus, dia juga mempunyai bakat di bidang musik,” terang Shinta Yusitia yang tinggal di Perumahan Taman Erlangga, Sidoarjo.
Sejak itulah, prestasi anak pertamanya Cleona Einar Maulidiva yang sekarang duduk di bangku kelas 2 MI NU Pucang Sidoarjo sering berprestasi matematika tingkat dunia. Pernah meraih ‘The 2018 World Mathematics International Final’ di Seoul South Korea. Juga pernah meraih tingkat nasional medali emas sudah tidak terhitung lagi. Sementara untuk tingkat internasional, diantaranya pernah meraih juara pertama olimpade matematika di Thailand dan medali perak di Korea Selatan dengan peserta 3.000 siswa seluruh dunia.
“Agustus kemarin, berhasil medali emas diajang Hongkong International Matematical Olympiad (HKIMO) 2018, karena berhasil menyisihkan 1.000 peserta dari 20 negara. Selain itu, juga mendapatkan World Star Thropy, karena dinilai terbaiknya Indonesia sehingga tahun 2019 nanti bisa mengikuti HKIMO secara gratis,” jelas Alumnus Univ Hangtuah 2005.
Perempuan kelahiran Surabaya 14 Oktober 1986 ini juga mengungkapkan suka dukanya memdidik anak yang berprestasi tingkat dunia. Sukanya, saya sering terharu mengetahui anaknya mendapatkan medali emas dan membawa bendera Indonesia bersama anak-anak dari beberapa Negara.
“Sementara dukanya, dengan seringnya Cleona mendapatkan medali emas, secara otomatis juga sering mendapatkan undangan lomba/olimpiade di beberapa Negara, tetapi saya tidak mampu untuk membiayainya. Anggaran yang dibutuhkan sangat besar sekali untuk final Olimpiade Internasional,” keluh penghobi baca buku memotret mengakhiri pembicaraannya. [ach]

Rate this article!
Tags: