Dinkes Jatm Perkuat Kinerja Survelen HIV

dr Kohar Hari Santoso

dr Kohar Hari Santoso

Surabaya, Bhirawa
Untuk menemukan penderita HIV/AIDS, Dinkes Jatim akan memaksimalkan kinerja survelen. Saat ini, dari 58 ribu jumlah penderita HIV/AIDS baru 65 persen penderita yang berhasil ditemukan dan diobati.
”Melihat masih banyaknya kasus HIV/AIDS yang belum ditemukan Dinkes Jatim bersama dengan Dinkes di kab/kota dan survelen akan bekerja keras untuk mencarinya,” kata Kepala Dinkes Jatim dr Kohar Hari Santoso.
Kohar mengaku, minimnya penemuan kasus di lapangan disebabkan karena beberapa factor salah satunya adalah tidak melaporkan penderita HIV/AIDS di petugas kesehatan. Berbagai alasan disampaikan penderita dari malu terhadap warga hingga tidak ingin mengetahui penyakitnya.
”Jika semua penderita HIV positif tidak melaporkan penyakitnya maka petugas kesehatan kesulitan dalam melakukan pendampingan,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk mempercepat pencapaian Dinkes akan memperkuat keberadaan Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan (KTIP). Petugas ini yang nantinya akan mendata dan mencari penderita HIV positif di lapangan.
”Intinya petugas akan menawarkan tes HIV ke pasien, tidak hanya yang berisiko seperti pecandu dan pekerja seks tetapi juga pasien lain yang tidak dianggap berisiko seperti ibu rumah tangga. Jika ternyata ada yang positif HIV maka petugas akan mengambil tindakan,” tambahnya.
Kohar menghibau dengan dimaksimalkannya petugas KTIP dapat memperbanyak penemuan kasus HIV positif di masyarakat. ”Saya berharap petugas KTIP ini lebih mengintensifkan pencarian dan pengetesan di kota-kota besar seperti Surabaya dan Malang karena kota tersebut disamping banyak penduduknya berpeluang besar dalam menyumbang penderita HIV positif baru di Jatim,” katanya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono mengaku, penemuan penderita AIDS diibaratkan gunung esm, Jika dinilai masih banyak penderita AIDS belum melaporkan kepada petugas kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah sakit. Banyak penderita malu dan enggan melaporkan terkait penyakit yang dideritanya.
”Mungkin mereka (Penderita AIDS, red) menganggap bahwa penderita AIDS adalah seseorang yang harus dikucilkan dan mereka menganggap bahwa masyarakat tidak mau bergaul dengan penderita. Jika ini terjadi maka para penderita AIDS selamanya tidak akan dapat tertanggani,” terangnya.
Setyo mengungkapkan, saat ini yang perlu diluruskan penderita adalah bagaimana dia bersedia untuk berobat di rumah sakit. Selain itu diharuskan masyarakat untuk menerima keberadaan penderita AIDS. Banyak masyarakat yang menjahui penderita AIDS dikarenakan adanya penularan baik secara langsung dan tidak langsung. [dna]

Tags: