Dinkes Surabaya Siapkan 6.667 Pos Pencegahan Difteri

foto ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyiapkan 6.667 pos pendukung program pencanangan Outbreak Response Immunization (ORI) atau pencegahan difteri pada 2018. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Minggu mengaku pihaknya juga sudah bekerja sama dengan rumah sakit dan perguruan tinggi, dengan total tenaga vaksinator sebanyak 1.093 orang.
“Kami punya sasaran untuk usia di bawah 19 tahun sekitar 753.498 anak. Usia 19 tahun kurang dari sehari juga tetap akan kami lakukan imunisasi,” ujarnya, Minggu (4/2).
Data dari Dinkes Surabaya disebutkan, kasus difteri di Surabaya sampai 30 Januari 2018 tercatat ada 17 kasus difteri klinis dengan satu hasil laboratorium positif. Selain itu, juga terjadi peningkatan sebesar 46,7 persen dibandingkan dengan Desember 2017 dan sebesar 86,7 persen bila dibandingkan dengan Januari 2017.
“Ini yang membuat program ORI sangat perlu dilakukan. Faktor lainnya, karena cakupan imunisasi lanjutan pada anak usia di bawah dua pada 2017 hanya 51,13 persen atau masih belum mencapai target yang ditentukan, yaitu 90 persen.
Sedangkan cakupan imunisasi DT pada anak usia sekolah dasar saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kelas satu SD sebesar 93,18 persen dan BIAS pada anak kelas dua SD sebesar 93,59 persen. Sementara target yang ditetapkan 95 persen.
Ia mengatakan imunisasi lanjutan usia di bawah dua tahun sejak 2015 ditetapkan menjadi indikator keberhasilan imunisasi. Untuk bisa menimbulkan kekebalan penyakit di masyarakat, cakupan imunisasi di Kota Surabaya harus tinggi dan merata.
Pemkot Surabaya berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat Surabaya bebas dari difteri. Langkah ini dilakukan sebagai respons cepat terhadap berkembangnya kasus difteri di Indonesia. Pelaksanaan program ORI di Kota Surabaya akan dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, yang dimulai Februari, Juli dan Desember. Target cakupan ORI Difteri minimal 90 persen dalam setiap putaran.
Pos ORI Difteri akan dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, Sekolah, hingga Perguruan Tinggi. Tujuannya, untuk memutus mata rantai penularan penyakit Difteri.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan kesadaraan tentang kesehatan dan kesejahteraan tidak perlu menunggu adanya aturan. Menurutnya, dibutuhkan sebuah kesadaran bersama (komunal), untuk sehat secara bersama-sama.
“Mari semua kita dukung, jadi bukan karena adanya program ini (ORI) baru kita gerak, karena ini adalah kepentingan bersama,” katanya.
Pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, lanjut dia, juga menjadi indikator utama dalam kesehatan. Selain diperlukan menjaga kesehatan untuk diri sendiri, juga menjaga kesehatan untuk orang lain.
“Yang akan kita bangun adalah bukan hanya pentingnya imunisasi. Namun, pentingnya menjaga kesehatan untuk diri sendiri dan untuk orang lain,” katanya.
Risma menambahkan demi mewujudkan masyarakat Surabaya bebas dari difteri, maka dibutuhkan sebuah kesadaran bersama, dengan melakukan gerakan bersama, dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri. “Mari kita bersama-sama selamatkan anak-anak kita, demi bangsa dan negara kita,” katanya. [ant]

Tags: