Dirjen Diktiristek Singgung Kesenjangan Pendidikan Tinggi

Dirjen Diktiristek Prof Abdul Haris dalam FGD yang digelar Unesa.

Surabaya, Bhirawa
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Kemendikbudristek, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc melakukan kunjungan di beberapa kampus di Surabaya. Tak hanya itu, Prof Haris juga melakukan tinjauan pelaksanaan UTBK-SNBT yang sedang berlangsung, Sabtu (4/5).

Salah satu kampus yang dikunjunginya adalah, Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Dalam kunjungan itu, ia sekaligus membuka Forum Group Discussion (FGD) yang menyinggung soal tiga tantangan dihadapi pendidikan tinggi yaitu kesenjangan akses, kesenjangan kualitas, dan kesenjangan relevansi.

Pertama, terkait kesenjangan akses, Dirjen Diktiristek menyebutkan angka partisipasi kasar akses pendidikan tinggi di Indonesia ada di kisaran 30-40%. Artinya, jumlah lulusan SMA/SMK/sederajat yang kuliah masih terbatas. Angka tersebut masih di bawah Vietnam dan Thailand, apalagi Singapura.

Kedua, kesenjangan kualitas. Jumlah PTN dan PTS di Indonesia terbilang fantastis yaitu sekitar 4.356 perguruan tinggi. Banyaknya perguruan tinggi menimbulkan kesenjangan kualitas, baik dari aspek pembelajaran, hingga dosennya.

Ketiga, kurangnya relevansi perguruan tinggi. Dengan hadirnya program merdeka belajar, kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia industri semakin dipersempit.

“Untuk menjawab kesenjangan tersebut, arah kebijakan dan strategi Ditjen Diktiristek yaitu meningkatkan angka partisipasi akses pendidikan tinggi, meningkatkan mutu dan relevansi, dan meningkatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan,” jelasnya.

Guru Besar Geofisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia itu mengapresiasi komitmen UNESA PTNBH untuk menjadi world class university. Ada beberapa yang perlu diperhatikan untuk menjadi perguruan tinggi berkelas dunia yaitu pengajaran berstandar internasional, penelitian yang diakui dunia, kapasitas inovasi yang mampu menyelesaikan persoalan bangsa. Lalu, mampu melahirkan talenta global baik itu dosen, mahasiswa maupun lulusannya. Selain itu, juga jejaring kemitraan level dunia, lulusan yang unggul dan kompetitif, punya banyak dosen dan mahasiswa asing, dan berkontribusi pada peningkatan devisa negara melalui mahasiswa asing, hilirisasi riset, dan kerja sama internasional.

Mewakili Rektor Unesa, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, Prof. Dr. Madlazim, M.Si., mengatakan FGD ini mengusung tema “Bergerak Bersama Lanjutkan Merdeka Belajar”.

Terpisah, Dirjen Diktiristek juga mengunjungi pelaksanaan UTBK SNBT di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu (4/5) siang.

Dalam kunjungannya, Prof Haris menyambangi Laboratorium Digital Education Service serta Laboratorium Manajemen Risiko dan Analitika Data Akturia yang berada di Gedung Menara Sains atau Tower 1 ITS. Lelaki yang kerap disapa Haris ini mengatakan, secara keseluruhan kesiapan dan ketersediaan fasilitas di ITS telah cukup mumpuni.

Salah satu aspek yang disoroti Haris dalam pemantauan ini adalah fasilitas bagi peserta penyandang disabilitas atau difabel. Meskipun tidak ada calon peserta difabel yang mendaftar di ITS, menurut Haris, fasilitas yang tersedia di pusat UTBK ini sudah cukup lengkap dan siap digunakan. Adapun fasilitas tersebut terdiri dari jalur kursi roda, lift, tanda penunjuk jalan dengan huruf braille, hingga pemandu di lantai dasar.

Diktiristek Prof Tjitjik Srie Tjahjandarie PhD yang turut mendampingi memberikan apresiasi tinggi bagi ITS yang terus berbenah setiap tahunnya. Tjitjik menilai bahwa integrasi ITS, panitia pusat Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), maupun perguruan tinggi pelaksana UTBK lainnya telah diimplementasikan dengan baik dan terus menunjukkan tren positif.

Ke depan, Tjitjik berharap, sebagai perguruan tinggi pelaksana UTBK, ITS dapat terus meningkatkan kualitasnya dari berbagai aspek. ITS yang tahun ini menampung 9.936 peserta UTBK diharapkan akan mampu untuk menambah kapasitas. “Agar semakin banyak calon mahasiswa yang berkesempatan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi,” tutur Tjitjik.

Menanggapi hal tersebut, Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD mengungkapkan, ITS telah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan kualitasnya dalam penyelenggaraan UTBK. Terkait kapasitas, Bambang menyampaikan, ITS sudah memiliki proyeksi yang jelas dan terukur untuk menambahkan fasilitas termasuk ruangan, internet, dan komputer.

“Kami berharap pengalaman UTBK di ITS dapat memberi kesan positif bagi seluruh pesertanya. ITS akan terus berbenah dan menyempurnakan sistem, teknis, dan semua aspek yang ada. Agar ITS siap menyambut calon pemimpin terbaik bangsa,” pungkas Bambang. [ina.why]

Tags: