DPD RI Minta Harga Stabil, Pj Bupati Sidoarjo Jamin Stok Kedelai Aman

Pj Bupati Hudiyono dan Kadin Perindag saat melihat kualitas kedelai impor di Primkopti Karya Mulya, kemarin (4/1/21). [achmad suprayogi]

DPD RI, Bhirawa
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah segera menstabilkan harga kedelai di pasaran agar masyarakat tidak kesulitan mencari dua bahan pokok masyarakat itu. Sedangkan Pj Bupati Sidoarjo Hudiyono menjamin stok kedelai aman hingga Bulan Agustus
“Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) kami harapkan segera mencari solusi untuk menstabilkan harga kedelai. Pemerintah juga harus memastikan ketersediaan stok kedelai sebagai bahan dasar tahu dan tempe,” ujar LaNyalla, Senin (4/1) kemarin.
Untuk diketahui, kebutuhan kedelai di Indonesia masih mengandalkan kedelai impor yang harganya mengikuti pasar global. Saat ini harga kedelai impor sedang tinggi disebabkan menurunnya produksi kedelai di negara produsen kedelai dunia sejak pandemi Covid-19, sementara permintaan impor justru naik tajam, khususnya dari Tiongkok.
Harga kedelai global pun mengalami kenaikan 35% hingga menjadi Rp 9.500 per kilogramnya. Belum lagi ongkos angkut kedelai dengan kapal laut pun naik karena waktu tempuh impor dari negara asal ke tujuan menjadi lebih lama akibat pembatasan yang dilakukan karena pandemi Corona.
“Kondisi ini harus disiasati sehingga tidak berdampak pada menurunnya stok kedelai di Indonesia. Sejak pandemi kedelai impor turun 11,5% sehingga hanya 2,3 ton kedelai impor yang masuk Indonesia. Akhirnya harga kedelai naik,” kata LaNyalla.
Mahalnya harga kedelai bahkan membuat para pengrajin tahu dan tempe mogok produksi selama beberapa hari pada pekan lalu. LaNyalla berharap mogok produksi tidak lagi terjadi karena membuat tempe dan tahu hilang di pasaran.

Kembali Produksi
Pasca mogok nasional mulai tanggal 1-3 Januari 2021, kini produsen tahu dan tempe di Sidoarjo, khususnya di Desa Sepande Candi, mulai berproduksi. Hal tersebut terlihat ketika Pj Bupati Sidoarjo Hudiyono bersama Dinas Perindag Sidoarjo meninjau gudang penyimpanan kedelai impor milik Primer Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) Karya Mulya.
Para produsen mogok akibat kelangkaan dan melonjaknya harga bahan baku kedelai sejak akhir bulan Desember 2020. Harga bahan baku kedelai Rp 7.000 per/kg menjadi Rp 9.300 per/kg. Sementara mereka kesulitan menaikkan harga jual di pasaran.
Pj Bupati Sidoarjo Hudiyono menyampaikan stok kedelai di Jatim tersedia 450 ribu ton.
“Saya kira di Sidoarjo ini bisa terpenuhi, karena tiap bulannya yang dibutuhkan sekitar 15 ribu ton dan kita pastikan tidak ada kelangkaan kedelai. Saat ini Pemkab Sidoarjo bersama dengan Pemprov Jatim berupaya menekan harga bahan baku kedelai bersama dengan pemerintah pusat,” kata Hudiyono, kemarin.
Kepala Disperindag Drs Ec Carda juga menambahkan kalau kelangkaan bahan baku kedelai disebabkan karena impor dalam jumlah besar yang dilakukan oleh negara AS dan Tiongkok sehingga stok kedelai dipasar internasional mengalami kekurangan. Mayotitas perodusen tahu dan tempe di Indonesia menggantungkan kedelai impor termasuk produsen dari Sidoarjo. “Kelangkaan kedelai kemarin bukan hanya terjadi di Sidoarjo saja tetapi juga terjadi secara nasional,” tambahnya.
Ketua Primkopti Karya Mulya, Sukari mengaku terpaksa menaikkan 10 persen dari harga biasanya. Jumlah produksi tahu dan tempe sekarang dikurangi dari biasanya karena takut rugi. “Harga dipasar kita naikkan sekitar 10 persen, sedangkan harga bahan baku kedelai di pasaran naiknya 25 persen. Supaya tidak rugi jumlah produksi dikurangi karena khawatir tidak semua habis terjual,” katanya.
Sementara itu pengusaha tahu di Jombang terpaksa memperkecil ukuran produksi karena mahalnya harga kedelai yang mencapai Rp9 ribu per kg.
“Sekarang Rp9 Ribu per kilogram. Jadi sekarang labanya sedikit. Kalau dinaikkan ndak jalan, ya naik sedikit, ukurannya dikurangi (diperkecil),” ungkap Siti Aminah (71), pengusaha tahu dari Desa Plandi, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Senin siang (4/1).
Dikatakannya, sejak kedelai impor menyentuh harga 9 Ribu Rupiah ini, pihaknya mensiasati potongan tahu menjadi 48 irisan yang semula 45 irisan. Dan yang semula 40 potongan menjadi 42 irisan.
“Sekarang 1.000 Rupiah per potong. Biasanya 1.000 Rupiah tapi agak besar,” kata perempuan yang menjadi pengusaha tahu sejak tahun 1970 silam tersebut. [geh.ach.rif]

Tags: