Dua Kecamatan di Kabupaten Probolinggo Waspadai Demam Berdarah Dengue

Dinkes Kabupaten Probolinggo lakukan foging di Pajarakan.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kab Probolinggo, Bhirawa
Demam berdarah dengue (DBD) turut menjadi perhatian Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo. Kini, ada dua kecamatan menjadi perhatian serius dan terus dipantau. Yakni, Kecamatan Sumberasih dan Kecamatan Pajarakan. Sedangkan kasus DBD di Kota Probolinggo naik lipat dua di tahun 2021.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Dewi Vironica, Selasa (28/12) mengatakan, DBD menjadi ancaman saat musim hujan. Bila tidak didiantisipasi dengan baik, penyakit ini mudah menjangkiti warga. “Setiap penyakit pasti ada musimnya. Dari situlah dapat dilakukan antisipasi dan upaya yang harus dilakukan,” ujarnya.

Karenanya, secara berkala Dinkes melakukan pemantauan di setiap wilayah. Terutama di daerah yang terdapat temuan DBD. Dewi mengatakan, hingga minggu ketiga Desember, telah ditemukan 145 kasus DBD. Dari jumlah kasus itu, satu pasien meninggal dunia. Ia diagnosis gagal jantung dan demam berdarah. Dari temuan inilah, Dinkes mewaspadai penularannya.

Dari hasil pemetaan wilayah, kini Dinkes memantau temuan kasus DBD di Kecamatan Pajarakan dan Kecamatan Sumberasih. Sebab, kasusnya menonjol. Namun, ketika disinggung angka temuan di kecamatan tersebut, Dewi mengaku masih merekapnya. Tetapi, ia memastikan dua kecamatan itu sangat diwaspadai.

“Saat ini ada dua kecamatan yang kasus DBD-nya lebih menonjol. Yang pasti upaya terbaik akan terus dilakukan,” ujarnya. Ia mengaku terus berkoordinasi dengan tenaga medis setempat. Agar kasusnya dapat ditangani dengan baik dan tidak meluas.

Dewi mengatakan, DBD menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai saat musim hujan. Karena, bila tidak ditangani secara cepat dan tepat, dapat berkembang dengan cepat. Temuan kasusnya cenderung meningkat bersamaan dengan puncak musim hujan. “Memang penyakit musiman. Juga perlu diwaspadai karena trennya selalu naik apabila curah hujan tinggi,” ujarnya.

Dalam kurun waktu tiga bulan belakangan terjadi temuan yang cukup signifikan. Pada September terdapat 2 kasus, Oktober 12 kasus, dan November ada 10 kasus. Bulan Desember hingga Senin (20/12), terdapat 5 kasus. “Tiga bulan terakhir memang ada peningkatan. Trend ini perlu diwaspadai hingga Januari mendatang,” tuturnya.

“Pemberian vaksin tidak disarankan untuk anak di bawah usia 9 tahun. Karena, bisa meningkatkan risiko dengue berat. Terutama pada kelompok usia 2-5 tahun,” jelasnya.

Selain dengan vaksin, demam dengue dapat dicegah melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida. Tujuannya, untuk membunuh jentik nyamuk. “Metode PSN lain adalah dengan rutin menjalankan 3M-Plus. Terutama pada musim hujan,” jelasnya.

Tak kalah pentingnya, kata Lusi, warga juga bisa melakukan langkah-langkah plus untuk membantu mencegah DBD. Di antarnya dengan mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah, memasang kawat antinyamuk di ventilasi rumah, dan menaburkan bubuk larvasida (abate) di penampungan air yang sulit dikuras.

Serta, menggunakan kelambu saat tidur dan menanam tumbuhan pengusir nyamuk. “Serta, menghentikan kebiasaan menggantung pakaian,” lanjutnya

Sedangkan jumlah pasien demam berdarah di Kota Probolinggo pada pertengahan tahun 2021, mengalami kenaikan menjadi 95 orang. Sementara di tahun 2020 kasus demam berdarah sebanyak 76. Dari dua tahun beruntun itu, Kecamatan Kanigaran menyumbangkan kasus terbanyak. Data tersebut disampaikan Kepala Bidang Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2PM) Eko Sudiwiharti, pada Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DKP2KB) Kota Probolinggo, Selasa (18/12).

Eko Sudiwiharti mengatakan, peningkatan jumlah pasien kasus DBD pada bulan Januari-Mei 2021 disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kegiatan pencegahan seperti menguras, mengubur, menutup sarang dan jentik nyamuk atau 3M plus. Oleh kerena itu, perilaku 3M plus perlu dilaksanakan secara serentak di setiap instansi dan rumah-rumah warga.

Meskipun masyarakat pada tahun 2020 ini diimbau untuk tidak keluar rumah akibat pandemi Covid-19, namun kasus DBD secara endemi ini juga perlu menjadi kewaspadaan bersama. Sebab, trend kasus DBD mengalami fluktuatif pada tahun 2014-2021.

Berdasarkan data P2PM pada Dinas KP2KB, pada tahun 2014 jumlah kasus mencapai 330, tahun 2015 mencapai 240, tahun 2016 544. Kemudian, pada tahun 2017 berjumlah 117 kasus, 2018 menurun di angka 38, tahun 2019 kembali naik mencapai 218 orang. Pada tahun 2020 turun lagi menjadi 76. “Dan pertengahan 2021 mencapai 95 orang,” katanya.

Selain itu, perempuan yang karib disapa Bu Eko ini menuturkan bahwa pada tahun 2020-2021 sub daerah Kota Probolinggo yang banyak menyumbang kasus DBD yaitu kecamatan Kanigaran. “Thun 2020 berjumlah 23 orang dan 2021 ini naik dengan jumlah 35 orang,” ungkapnya.

Menurutnya, kasus di Kecamatan Kanigaran naik dikarenakan jumlah penduduk di daerah tersebut lebih banyak dibandingkan 4 kecamatan lainnya. Sehingga, pihaknya mengimbau di setiap siklus musim hujan dan musim panas untuk waspada di tempat persinggahan nyamuk dan jentik. Apalagi ditempat yang tergenangi air. Misalnya, tempat air minum burung dan di cekungan ban bekas.[wap]

Tags: