Dua Sub Sektor Turun, NTP Jatim Alami Penurunan 4,70 Persen

Pemprov Jatim, Bhirawa.
Salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan adalah indikator Nilai Tukar Petani (NTP). NTP Jawa Timur pada bulan Maret 2024 turun sebesar 4,70 persen dari 119,85 menjadi 114,22.

Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan. It turun sebesar 4,05 persen sedangkan Ib naik sebesar 0,68 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Zulkipli mengatakan, jika dilihat perkembangan masing-masing subsektor pada bulan Maret 2024, dua subsektor pertanian mengalami penurunan NTP dan tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan.

“Subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 8,46 persen dari 128,53 menjadi 117,65, diikuti subsektor Hortikultura sebesar 1,41 persen dari 126,90 menjadi 125,11,” kata Zulkipli.

Sedangkan subsektor yang mengalami kenaikan NTP tertinggi yaitu subsektor Peternakan sebesar 2,02 persen dari 102,91 menjadi 105,00, diikuti subsektor Perikanan sebesar 1,29 persen dari 93,96 menjadi 95,17, dan subsektor Tanaman

Perkebunan Rakyat sebesar 0,36 persen dari 107,82 menjadi 108,21.

Ia mengatakan, sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap kenaikan indeks harga yang diterima petani bulan Maret 2024 adalah telur ayam ras, ayam ras pedaging, bawang merah, tebu, tomat, ketela rambat, kopi, buncis, ketela pohon, dan semangka.

Sedangkan sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap penurunan indeks harga yang diterima petani adalah gabah, jagung, cabai rawit, kentang, cabai merah, wortel, ketimun, bandeng payau, durian, dan cabai hijau.

Kemudian sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap kenaikan indeks harga yang dibayar petani adalah telur ayam ras, daging ayam ras, beras, semangka, bawang putih, buncis, gula pasir, tongkol, kacang panjang, dan minyak goreng.

Sedangkan sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap penurunan indeks harga yang dibayar petani bulan Maret 2024 adalah jagung pipilan, cabai merah, ketimun, kentang, cabai rawit, bekatul, bibit sapi (umur 2 bulan s/d ? 12 bulan), tempe kedele, bibit kentang, dan beras jagung.

Selanjutnya ia memaparkan untuk Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP), dimana pada Maret 2024 terjadi penurunan NTPP sebesar 8,46 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 7,69 persen sedangkan Ib naik sebesar 0,85 persen.

Penurunan It pada Maret 2024 disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani pada kelompok Padi sebesar 7,75 persen yang disumbang oleh komoditas gabah dan kelompok Palawija sebesar 7,54 persen yang disumbang oleh komoditas jagung, kacang kedelai, dan kacang tanah.

Pada Maret 2024, Indeks KRT mengalami kenaikan sebesar 1,12 persen dan Indeks BPPBM naik sebesar 0,17 persen.

Kemudian, Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) pada Maret 2024, mengalami penurunan sebesar 1,41 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,73 persen sedangkan Ib naik sebesar 0,69 persen.

Penurunan It pada Maret 2024 disebabkan oleh turunnya harga secara rata-rata dari kelompok Sayur-sayuran sebesar 1,28 persen yang disumbang oleh komoditas cabai rawit, kentang, dan cabai merah.

Sedangkan kelompok Buah-buahan naik sebesar 2,09 persen yang disumbang oleh komoditas semangka, melon, dan mangga serta kelompok Tanaman Obat-obatan juga naik sebesar 3,22 persen yang disumbang oleh komoditas jahe dan kunyit.

Kenaikan Ib sebesar 0,69 persen, yaitu dari 119,64 menjadi 120,46 disebabkan naiknya Indeks KRT sebesar 1,09 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,06 persen.

Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) pada Maret 2024, mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 1,02 persen lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,66 persen.

Kenaikan It sebesar 1,02 persen, yaitu dari 128,49 menjadi 129,80 disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok Tanaman Perkebunan Rakyat yang disumbang oleh komoditas tebu, kopi, dan cengkeh.

Kenaikan Ib sebesar 0,66 persen, yaitu dari 119,17 menjadi 119,95 disebabkan oleh naiknya Indeks KRT sebesar 1,06 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,13 persen.

Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) pada Maret 2024, mengalami kenaikan sebesar 2,02 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 2,35 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,32 persen.

Kenaikan It pada Maret 2024 disebabkan oleh naiknya indeks secara rata-rata pada kelompok Ternak Besar sebesar 0,18 persen yang disumbang oleh komoditas sapi potong dan sapi perah.

Sedangkan kelompok Ternak Kecil sebesar 1,99 persen yang disumbang oleh komoditas kambing dan domba; kelompok Unggas naik sebesar 4,22 persen yang disumbang oleh komoditas ayam ras pedaging, ayam kampung, dan ayam ras petelur, serta Hasil-hasil Ternak/Unggas naik sebesar 5,73 persen yang disumbang oleh komoditas telur ayam ras, telur burung puyuh, dan susu sapi.

Zulkipli mengatakan, naiknya Ib sebesar 0,32 persen dari 119,85 menjadi 120,24 dikarenakan kenaikan Indeks KRT sebesar 1,10 persen sedangkan Indeks BPPBM turun sebesar 0,18 persen.

Untuk Nilai Tukar Petani Perikanan (NTPPi) pada Maret 2024, mengalami kenaikan sebesar 1,29 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,78 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,48 persen.

Kenaikan It dari 110,83 menjadi 112,80 disebabkan oleh naiknya indeks secara rata-rata pada kelompok Perikanan Tangkap sebesar 2,81 persen dan kelompok Perikanan Budidaya sebesar 0,90 persen.

Naiknya Ib sebesar 0,48 persen dari 117,95 menjadi 118,52 dikarenakan kenaikan Indeks KRT sebesar 1,12 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,10 persen.

Untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada Maret 2024, mengalami kenaikan sebesar 2,34 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 2,81 persen lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,47 persen.

Kenaikan It dari 110,95 menjadi 114,07 disebabkan oleh naiknya indeks secara rata-rata pada kelompok Penangkapan di Perairan Umum sebesar 0,97 persen yang disumbang oleh komoditas udang, belut, dan remis; serta Penangkapan Di Laut naik sebesar 2,87 persen yang disumbang oleh komoditas layang, tongkol, dan cakalang.

Naiknya Ib sebesar 0,47 persen dari 119,40 menjadi 119,96 dikarenakan kenaikan Indeks KRT sebesar 1,11 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,02 persen.

Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) pada Maret 2024, mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,90 persen lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,50 persen.

Kenaikan It dari 110,72 menjadi 111,72 disebabkan oleh naiknya indeks secara rata-rata pada kelompok Budidaya Air Tawar sebesar 1,41 persen yang disumbang oleh komoditas gurame, lele, dan patin.

Kemudian Budidaya Air Laut naik sebesar 0,07 persen yang disumbang oleh komoditas kerapu laut; serta Budidaya Air Payau juga naik sebesar 0,79 persen yang disumbang oleh komoditas udang payau, kerapu payau dan kepiting payau.

Naiknya Ib sebesar 0,50 persen dari 116,73 menjadi 117,31 dikarenakan kenaikan Indeks KRT sebesar 1,12 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,17 persen. [rac.bb]

Tags: