Dukung Poros Maritim, ITS Jadi Pusat Rekayasa Kapal Perang

 Salah satu kapal buatan ITS pernah diikutkan dalam kompetisi internasional  Dong Energy Solar Challenge International 2014 di Belanda. Kapal cepat bertenaga matahari, atau Marine Solar Boat itu diberi nama Jalapatih.


Salah satu kapal buatan ITS pernah diikutkan dalam kompetisi internasional Dong Energy Solar Challenge International 2014 di Belanda. Kapal cepat bertenaga matahari, atau Marine Solar Boat itu diberi nama Jalapatih.

Surabaya, Bhirawa
Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) telah menunjuk ITS Surabaya menjadi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Perang. Penunjukan ini merupakan bagian dari peran ITS untuk mendukung Poros Maritim.
Penunjukan ini bukan tanpa sebab. Apalagi sebelumnya ITS telah memiliki Pusat Desain Kapal Nasional. “Ya benar, kita sudah memiliki Pusat Desain Kapal Nasional, lalu Kemenhan meningkatkan statusnya menjadi Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Perang,” kata Dekan FTK ITS Prof Eko Budi Djatmiko di Surabaya akhir pekan lalu.
Ditemui di sela  kegiatan Marine Icon 2015  yang diselenggarakan mahasiswa FTK ITS di kawasan Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya, 8-10 Mei itu, ia menjelaskan penunjukan tersebut merupakan bagian dari peran ITS mendukung Poros Maritim. “Untuk mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, banyak dosen ITS ditarik ke pusat untuk membantu dalam mewujudkan kebijakan Presiden Joko Widodo itu,” katanya.
Selain penunjukan sebagai Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Perang, ITS juga diminta membantu dalam membangun tol laut dan pembuatan kapal selam di PT PAL yang merupakan kerjasama antara Indonesia dengan Korea.
“Untuk itu, ITS diminta membantu untuk menyiapkan desain pembangunan galangan kapal selam, karena kerjasama dengan Korea itu sudah ditindaklanjuti dengan membuat dua kapal selam di Korea,” katanya.
Tahun berikutnya, kerjasama pembuatan lima kapal selam itu akan dilanjutkan dengan membangun tiga kapal selam sisanya di PT PAL. “Sejak 1960, ITS sebenarnya sudah mendapat amanah untuk menyiapkan teknologi kemaritiman, namun selalu terkendala dengan kebijakan pemerintah,” katanya saat mendampingi Rektor ITS Prof Joni Hermana.
Untuk itu, ITS akan mengambil peran dalam pembangunan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia itu dengan menyiapkan desain galangan kapal berukuran besar, sekaligus menyiapkan sumber daya manusia untuk galangan itu. “Dengan demikian, kita akan segera memiliki kapal jenis fregat yang panjangnya sampai 150 meter, bukan sekadar kapal patroli berukuran besar seperti selama ini,” katanya.
Ketua Panitia Marine Icon 2015 ITS, Nityasa Manuswara menjelaskan Marine Icon 2015 yang dibuka Rektor ITS Prof Joni Hermana  juga bukan sekadar lomba, namun untuk menggugah kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya kemaritiman bagi Bangsa Indonesia. “Kita lihat kenyataan Indonesia adalah negara maritim, tapi masyarakat belum sadar bahwa kita masyarakat maritim. Buktinya, masih banyak masyarakat yang ‘concern’ ke daratan,” katanya.
Lomba dengan tema Berkarya Bersama Membangun Peradaban Maritim Indonesia yang digelar di kawasan Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya pada Jumat (8/5) hingga Minggu (10/5) itu, mempertandingkan enam jenis lomba dan memperebutkan Piala Menpora.
Sebanyak enam jenis lomba adalah Marine Diesel Assembling (bongkar pasang mesin diesel) bagi siswa SMK, Waterbike Competition (sepeda air), National Maritime Paper and Essay Competition (lomba karya tulis kemaritiman), Pop Pop Boat Race (kapal uap/perahu tok-tok), Marine Photography Contest (lomba foto kemaritiman), dan Dragon Boat Race (lomba dayung/lomba balap perahu naga). [geh]

Tags: