Dulu Dicemooh, Dianggap Aneh, Kini Banyak Warga Meniru Jejaknya

Kusaini dengan burung hantu peliharaannya. Burung hasil tangkarannya itu juga dilepas ke alam bebas, sebagai wujud komitmennya menjaga keseimbangan lingkungan.

Kusaini dengan burung hantu peliharaannya. Burung hasil tangkarannya itu juga dilepas ke alam bebas, sebagai wujud komitmennya menjaga keseimbangan lingkungan.

Kabupaten Jombang, Bhirawa
Penangkaran burung hias semisal Perkutut, Murai, Jalak Putih dan lainnya, itu sudah biasa dan di mana-mana banyak orang melakukannya. Sebab, burung yang ditangkar itu mempunyai nilai ekonomi tinggi di pasaran. Namun apa jadinya, jika yang ditangkar itu burung hantu, bisa-bisa orang menganggapnya aneh dan nyeleneh.
Hobi itu aneh dengan menangkar burung hantu  dilakoni Kusaini, warga Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben Jombang. Pria yang juga didapuk menjadi Ketua Kelompok Tani (Poktan) Desa Jombatan ini justru getol mengajak anggotanya menangkar burung yang terkesan angker dan menakutkan itu. Tujuannya tentu bukan untuk diperjualbelikan semata, tapi untuk kepentingan anggotanya  yakni para petani sendiri.
Ya, itulah yang dilakukan Kusaini. Ia mulai merintis  penangkaran burung hantu enam tahun silam, mulai 2008. Banyak suka duka dialami Kusaini dalam rentang waktu tersebut. Terlebih dengan urusan makan burung piaraan. Maklum, yang disantap bukan lazimnya makanan burung seperti buah, kroto atau makanan pabrikan, tapi tikus kecil.
Karena itu, mau tidak mau Kusaini harus bekerja ekstra untuk menyiapkan makanan burung penangkarannya.  “Kalau pas tidak repot, saya biasa mencari tikus sendiri di sawah. Tapi kalau sibuk, terpaksa harus membeli,” kata Kusaini seraya menyebutkan ia biasa mempunyai stok tikus untuk santapan burung hantu yang ditangkarnya itu untuk beberapa hari.
Dalam mengawali usaha penangkaran ini, ceritanya, tantangan yang dihadapi memang tidak mudah. Banyak cemoohan diterima, termasuk ia dianggap aneh. Termasuk para petani di desanya yang menilai penangkaran burung hantu dianggap kerja sia-sia karena di toko pertanian sekarang sudah banyak dijual aneka obat hama tanaman.
“Saya tidak hiraukan omongan orang, tapi saya justru terus ingat pesan seorang teman yang mengatakan, kelak suatu saat sampeyan akan memanen buah dari ketelatenan dan kesabaran dalam membantu petani. Dan kini ucapan teman saya itu terbukti. Sebab, burung hantu itu sangat bermanfaat untuk membantu petani,” kata Kusaini tanpa menyebut nama seorang teman yang banyak memberi wejangan kepadanya itu.
Kini Kusaini boleh berbangga, karena jerih payah penangkarannya membuahkan hasil. Ia mendapat penghargaan dari Kementerian Pertanian, sebagai petani pengembang Pengendali Hama Terpadu (PHT) tingkat nasional. Burung hantu yang dikembangbiakkan ini dinilai bermanfaat membantu para petani melawan hama tanaman, terutama tikus. Buah kerjanya itu juga dinilai mampu menjaga keseimbangan ekosistem.
Dalam kurun waktu sekitar enam tahun ini, jelas Kusaini, pihaknya sudah melepas tidak kurang dari 163 ekor burung hantu. Burung hasil tangkarannya itu dilepas ke alam bebas, sebagai wujud komitmennya menjaga keseimbangan lingkungan. Selain dilepas ke alam bebas, sebagian burung hantu hasil tangkarannya juga diminta daerah lain untuk dikembangbiakkan. Sampai sekarang banyak petani dari  daerah lain, termasuk luar Jawa yang studi banding, belajar menangkar atau mencari anakan.
Dengan diperolehnya penghargaan tersebut, pekerjaan tidak semakin ringan. Tanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkan semakin besar. “Yang paling penting, upaya penangkaran burung hantu yang dilakukan Pak Kusaini harus legal secara hukum, mengingat yang ditangkarkan termasuk satwa yang dilindungi,” kata Hadi Purwantoro, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang.
Pemkab Jombang, jelasnya lagi, akan membantu Kusaini agar kegiatan penangkaran burung hantu lebih layak sebagai tempat magang, pelatihan dan studi banding. Pemkab juga akan memfasilitasi legalitas  penangkaran ke Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) di Bojonegoro, yang mempunyai kewenangan mengeluarkan sertifikat penangkar satwa yang dilindungi.
“Kita akan bantu fasilitas yang ada di penangkaran burung hantu itu agar semakin baik dan lengkap. Kita juga akan mintakan bantuan ke Pemprov Jatim untuk paket bantuan bekupon (rumah burung)  plus indukan burung hantunya. Inilah wujud komitmen Pemkab Jombang dalam menjaga dan melestarikan lingkungan melalui kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat,” tandasnya. [rur]

Tags: