Festival Literasi SMKN 2 Buduran Hadirkan Novelis Kirana Kejora

Ketiga narasumber melakukan diskusi Sadar Literasi di SMKN 2 Buduran. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Dalam memotivasi para siswa dan para guru agar senang membaca dan menulis dengan kualitas lebih baik. SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo menggelar Festival Literasi dan Sastra dengan menghadirkan penulis/novelis nasional Kirana Kejora dan motivator Fauzim Baim, serta pendiri Kampoeng Sinoe Muhammad Zamroni.
Festival bertemakan Patjar Merah Aksara, Festival Aksi Sadar Literasi dan Sastra diikuti ribuan siswa SMKN 2 Buduran Sidoarjo, Kamis (13/2). Mereka dengan antusias mengikuti pemaparan ketiga narasumber yang disampaikan secara bergantian, dilanjutkan dialog lengkap tentang proses pembuatan buku atau novel yang baik.
Penulis Air Mata Terakhir Bunda yang difilmkan tahun 2014, Kirana Kejora mengatakan, kegiatan di SMKN 2 Buduran ini sangat menarik dan bagus. Karena sangat jarang sekolah yang mau menggerakkan siswanya untuk senang menulis, apalagi menulis novel dan sastra. Sudah banyak sekolah yang berhasil menerbitkan buku, dan ternyata anak-anak itu bisa menulis, pandai menulis kalau tulisan itu tentang diri sendiri dan lingkunganya.
“Kebetulan kondisi saat ini, tulisan yang paling laku adalah tulisan yang paling dekat dengan kita. Ada salah satu penulis, yang karyanya ternyata biasa – biasa saja tentang dirinya dan lingkunganya, ternyata laku keras. Jadi sebenarnya menulis itu profesi yang sangat bergensi,” katanya.
Menurut Kirana, kalau tak ada bedanya penulis pemula dengan penulis profesnional, tapi yang penting para siswa harus bisa caranya mengemas buku itu menjadi layak jual. Harus diperhatikan dari sisi kemasan, cover, tagline. Terus juga bagaimana cara promosinya, itu juga harus dilakukan dengan cara kekinian, kalau perlu buku itu divisualkan.
“Karena ini siswa SMK pasti mempunyai ilmu broadcast, pandai bermulti media. Jadi cara promosi harus lebih menarik,” jelas Kirana yang sudah menulis ratusan buku.
Maka sangat diharapkan kepada para siswa, jangan hanya sekedar puas untuk melahir buku saja, dan ‘mangkrak’ tidak laku. Tetapi harus bisa membuat buku itu diminati banyak orang dan bermanfaat bagi orang lain. ”Kita menulis harus juga menghasilkan. Tidak ada ceritanya buku itu dicetak sendiri kemudian tidak untung, tetapi itu semua tergantung bagaimana cara promosinya,” ungkapnya.
Jadi, kalau para siswa ingin menjadi penulis, bisnis plane itu sudah harus ditentukan mulai sekarang, Misal, kalian ingin menulis apa, marketmu siapa, gayamu juga harus menentukan tulisan itu. Kalau marketnya pelajar, maka gaya bahasanya juga harus seusia pelajar. Bukan gaya bahasa emak – emak. Setelah itu Gol nya apa, baru kamu mulai menulis,” pungkas warga Pondok Jati Sidoarjo ini. [ach]

Tags: