Gaungnya Bandeng Jelak Kota Pasuruan Perlu Campur Tangan Semua Pihak

Kelompok UMKM Jelak Joyo Food, di Kampung Bandeng Jelak, Kelurahan Blandongan, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan yang mengelolah ikan bandeng menjadi peragam olahan. [Hilmi Husain]

Kota Pasuruan, Bhirawa
Nama Bandeng Jelak sudah sangat familiar bagi seluruh masyarakat di Kota Pasuruan. Bandeng Jelak adalah ikan yang hidup di air payau atau campuran antara air laut dan air tawar.

Dinamakan Bandeng Jelak karena ikan ini dibudidayakan di tambak Kampung Jelak, Kelurahan Blandongan, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan. Kuliner lokal yang menjadi ikon Kota Pasuruan ini memiliki kekhasan yang tidak sama dengan bandeng daerah lain. Selain gurih dan lezat, Bandeng Jelak tidak berbau tanah saat dimakan.

“Warna Bandeng Jelak agak kebiruan pada punggung. Bibirnya juga berwarna merah seperti bergincu. Tambaknya juga tumbuh ganggang biru dan ini sangat bagus dalam perkembangan. Sekaligus saat dimakan, Bandeng Jelak juga tidak bau tanah,” ujar Ketua Kelompok Pengelola dan Pemasaran (Poklasar) Jelak Jaya Food, Nurhayati, Rabu (24/4).

Beranggotakan kelompok sebanyak 10 orang, Poklasar Jelak Jaya Food saling berbagi peran. Mulai dari menangani ikan mentah hingga proses memasak dan pengemasan.

Beragam jenis olahan Jelak Jaya Food, yang hasilnya sangat diminati banyak masyarakat. Seperti bandeng bakar madu, bandeng presto, bandeng krispi, abon bandeng, sate komo bandeng, botok bandeng, hingga stik duri bandeng.

Di sisi lain, aspek harga menu olahan bandeng relatif terjangkau. Dengan harga antara Rp15 ribu hingga Rp26 ribu per porsi, konsumen dapat menikmati berbagai hidangan lezat dari bandeng jelak. “Bahkan, selama Ramadan hingga lebaran 1445 H kemarin, pesanan Bandeng Jelak meningkat hingga tiga kali lipat. Setiap hari, ada pesanan mencapai 100 pesanan untuk semua jenis olahan. Pesanannya mulai dari Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan hingga ke Kota Probolinggo,” tandas Nurhayati.

Bandeng Jelak sendiri ada empat kolompok UMKM. Pemasarannya melalui media sosial hingga bantuan bimbingan maupun promosi dari Pemkot Pasuruan. Namun, untuk pemasarannya masih menjadi tantangan tersendiri. Bahkan, Bandeng Jelak tidak sepopuler dengan Bandeng Juwana Semarang yang pemasarannya sudah menyebar hingga nusantara. Termasuk minimnya regenerasi pengrajin Bandeng Jelak.

“Saya akui, Bandeng Juwono Semarang memang populer. Kita kalah, sebab pemasaran mereka luar biasa. Tambak petani diarea kita juga berkurang. Hingga kurangnya regenerasi pengrajin Bandeng Jelak,” kata Nurhayati.

Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kota Pasuruan, saat ini luas total lahan tambak ikan Bandeng di Kota Pasuruan mencapai 636 hektare pada 2023. Luasan lahan tambak itu tidak hanya di daerah Jelakrejo saja, melainkan menyebar Gadingrejo, Mandaran, Tambaan, Tapaan, Kepel dan Blandongan.

Luas lahan tersebut terus menyusut setiap tahun. Meski luas lahannya mencapai 600 hektar sekian, namun yang digunakan untuk budidaya di Kampung Jelak hanya kurang dari 200 hektar.

Kepala Dinas Perikanan Kota Pasuruan, Mualif Arief menyatakan pihaknya tetap optimis sektor perikanan budidaya bisa terus berkembang. Karena, saat ini Pemkot Pasuruan terus membranding Bandeng Jelak merupakan produk asli lingkungan Jelakrejo, Kelurahan Blandongan.

“Kita akan terus melakukan pendekatan pariwisata. Yaitu, produk perikanan budidaya seperti Bandeng Jelak dikemas sedemikian rupa supaya lebih menarik dan bisa merambah pasar yang lebih luas,” urai Mualif Arief.

Bila dibandingkan dengan Bandeng Juwono, Kota Pasuruan kalah jauh dari Kota Semarang. Sebab, Pemkot Semarang sangat gencar melakukan promosi di seluruh sektor.

Di mulai dari tatap muka antara pembeli dan penjual hingga melalui jejaring di semua kanal media sosial. Termasuk juga masuk ke gerai-gerai, showroom dan sejumlah titik-titik strategis di toko swalayan Kota Semarang. Sehingga, saat ada wisatawan atau tamu dari luar Kota yang menginginkan Bandeng Juwono, maka sudah ada papan petunjuk.

Berbicara bahan baku Bandeng Semarang, memang Kota Pasuruan masih lebih baik dari Kota Semarang. Karena, bahan bakunya berasal dari daerah lain. Seperti dari Kendal, Pekalongan hingga Pati. Menariknya, tahun 2024 ini Pemkot Semarang sedang melakukan kerja sama dengan market place untuk distribusi produk bandeng miliknya.

“Untuk luasan tambak, lahan kita sangat terbatas. Dan bahan baku Bandeng, kebanyakan dari luar daerah. Tapi, olahan produknya, kemasan, cap dan pemasarannya dari kita sendiri. Kita tahun ini sedang melakukan diskusi dengan sejumlah market place. Harapannya untuk menyejahterakan para pelaku produk bandeng khas Kota Semarang,” urai Kabag Komunikasi Pimpinan dan Protokol Kota Semarang, Kartika Hedi Aji ditemui oleh sejumlah wartawan Pasuruan saat study banding di kantornya pada 5-7 Maret 2024 lalu.

Di sisi lain, Wali Kota Pasuruan, H Saifullah Yusuf memiliki komitmen khusus untuk menjadikan Bandeng Jelak, menjadi jenis kuliner lokal Kota Pasuruan. Sehingga, olahan Bandeng Jelak bisa naik kelas.

Caranya, mulai dari peningkatan SDM dengan pembinaan dan penguatan para pelaku yang bergerak dalam olahan Bandeng Jelak. Termasuk juga pembangunan kampung Bandeng Jelak. Pembangunan kampung tematik itu sebagai menunjang para UMKM Bandeng Jelak untuk menawarkan olahannya.

Selain itu, pemasangan tugu ikonik Bandeng Jelak di sekitar salah satu home industri Jelak Joyo Food berupa bandeng besar menjadi daya tarik tambahan bagi pengunjung yang ingin menjelajahi kekayaan budaya dan kuliner khas Kota Pasuruan.

Upaya kolaborasi juga terus di lakukan secara bertahap Pemkot Pasuruan bersama dengan dunia swasta seperti perhotelan di kawasan sekitar. Yakni, menyedikan stok dan menu Bandeng Jelak di restoran hotel di Kota Pasuruan.

Pemkot Pasuruan juga berusaha untuk mengendorse Bandeng Jelak di beberapa kesempatan yang mengundang banyak orang. Termasuk, menyisihkan anggaran untuk membantu promosi potensi Bandeng Jelak melalui festival.

Serta difungsikannya Gedung Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM) di Jalan Jendral A Yani, Kota Pasuruan pada 17 April 2024 lalu. Harapannya, agar gedung PLUT-KUMKM dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas koperasi dan UMKM, yang di dalamnya ada UMKM Bandeng Jelak.

“Bandeng Jelak Kota Pasuruan bukan sekadar ikan biasa. Rasanya yang khas dan berbeda dari bandeng-bendeng lainnya. Tentu, ini menjadi salah satu warisan kuliner yang patut dijaga dan dijelajahi oleh para pelancong. Dengan hal ini, Bandeng Jelak tidak hanya menjadi sebuah produk kuliner, tapi juga sebuah cerita tentang kekayaan alam dan kearifan lokal yang patut disebarkan ke seluruh penjuru dunia,” ujar Gus Ipul.

Dalam menggaungkan hal itu, harus ada campur tangan semua pihak. Menurutnya, membuat ikon itu tidak muda. Perlu kolaborasi sekaligus kerjasama banyak pihak.

“Kita harus saling bergandengan tangan. Apabila Bandeng Jelak ini maju, maka UMKM-nya juga harus jalan, dengan jalan maka membuka lapangan pekerjaan, pesanan bandeng jelak lancar, ekonomi masyarakat bergerak. Kemudian, kesejahteraan masyarakat juga meningkat,” papar Gus Ipul. [Hilmi Husain]

Tags: