Guru Harus Pahami Psikologi Anak Didik

Pakar Pendidikan Anak Seto Mulyadi saat menjadi pembicara seminar bertajuk Peran Profesionalisme Guru dalam Menjawab Pendidikan Menuju Generasi Emas, yang di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (24/5) kemarin.

Pakar Pendidikan Anak Seto Mulyadi saat menjadi pembicara seminar bertajuk Peran Profesionalisme Guru dalam Menjawab Pendidikan Menuju Generasi Emas, yang di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (24/5) kemarin.

Kota Malang, Bhirawa
Pakar Pendidikan Anak Seto Mulyadi atau biasa dipanggil Kak Seto mengharapkan  para guru mampu memahami psikologi anak, sehingga saat belajar anak-anak menjadi senang dan riang.
Pernyataan tersebut disampaikan Kak Seto, saat menjadi pembicara seminar bertajuk Peran Profesionalisme Guru dalam Menjawab Pendidikan Menuju Generasi Emas, yang dihelat oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (24/5) kemarin.
Menurut Kak Seto guru masa depan yang diimpikan oleh murid adalah guru yang memperhatikan dan mengerti dunia anak-anak yang dididik. Itu baru disebut guru yang sukses dan profesional.
“Guru yang keren, yaitu guru yang memahami psikologi anak didik, memahami dunia anak, sehingga anak-anak belajar menjadi senang,” tutur Kak Seto.
Lebih jauh disampaikan Kak Seto, Fenomena kekerasan terhadap anak tersebut tidak bisa dilepaskan dari didikan guru dan orang tua pada anak saat kecil.
“Stereotype anak nakal identik dengan dijewer ibunya, dibentak bapaknya, dan dihukum gurunya. Makanya Nanti kalau sudah jadi guru atau sudah berkeluarga, punya anak-anak yang lucu-lucu, yang hebat-hebat, janji ya gak akan dibentak. Kalau mau jadi pendidik, kita harus kampanye senyum. Ingat, semua berawal dari kekuatan cinta,”tandasnya.
Dunia, anak tambah Kak Seto, adalah dunia bermain, karena itu cara mendidik anak haruslah dengan cara bermain, bukan dengan cara kekerasan seperti membentak.
Menurut Kak Seto lima ciri utama mendidik anak dengan cara bermain. Pertama, bermain didorong oleh motivasi dari diri sendiri, sehingga yang akan dilakukan anak memang betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena iming-iming hadiah atau karena diperintah orang lain. Kedua, timpal Kak Seto, bermain dipilih secara benar sesuai keinginan anak. Ketiga, bermain adalah kegiatan yang menyenangkan. Keempat, bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya. Kelima, bermain senantiasa melibatkan peran serta aktif anak, baik secara fisik, psikologis maupun keduanya sekaligus.
Karena itu, untuk bisa mendidik anak dengan bermain, maka seorang guru harus juga menjadi seorang pendongeng, penyanyi, bahkan pesulap.
Selain memahami psikologi anak yang suka bermai, Kak Seto juga menekankan pentingnya melatih dan mengembangkan kemampuan anak.
“Sebagai seorang pendidik yang baik perlu serius melatih dan mengembangkan berbagai kemampuan seperti sikap rendah hati, ramah, sopan santun, kedisiplinan, juga kemampuan berbicara secara jelas, tegas, lancar, menarik, menyanyi, bergerak lincah dan gesit, serta yang paling penting adalah kreatif.” paparnya.
Sementara itu Rektor UMM Fauzan, mengatakan, kehadiran Kak Seto merupakan representasi tetesan embun di tengah dahaga masyarakat. Baginya, saat ini perkembangan psikologi pendidikan mengalami sakit parah sebab faktor lingkungan. Karenanya kehadiran Kak Seto bisa menjadi pencerahan bagi mahasiswa FKIP UMM.  [mut]

Tags: