Gus Ipul Desak Waspada 4 Faktor Pemicu Konflik

Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf dan Rektor UM Surabaya Dr dr Sukadiono memimpin aksi tebar 1000 mawar perdamaian di sela prosesi wisuda ke 37 UM Surabaya, Sabtu (17/10). [adit hananta utama/bhirawa]

Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf dan Rektor UM Surabaya Dr dr Sukadiono memimpin aksi tebar 1000 mawar perdamaian di sela prosesi wisuda ke 37 UM Surabaya, Sabtu (17/10). [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Potensi konflik horizontal  antar masyarakat di Jatim dinilai masih cukup tinggi. Wakil Gubernur Jatim Drs Saifullah Yusuf menyebut sedikitnya empat faktor yang bisa menjadi pemicu konflik horizontal yang wajib diwaspadai. Diantaranya ialah faktor tanah atau wilayah, pelajar, supporter dan Sara (Suku, Agama, Ras).
Hal ini diungkapkan Gus Ipul, sapaan lekat Wagub Jatim, saat mengikuti aksi tebar 1000 mawar perdamaian sebagai bentuk keperihatinan atas kasus pembakaran gereja di Singkil, Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Aksi tersebut dilakukan di sela prosesi wisuda ke-37 Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, di Dyandra Convention Center, Sabtu(17/10).
“Potensi konflik karena faktor itu cukup besar. Tapi kita sudah memiliki peta rawan konflik di Jatim yang selalu menjadi perhatian pemerintah dan aparat keamanan,” tutur Gus Ipul. Peta kerawanan di Jatim ini berada di bawah pengawasan intelejen. Namun lebih dari itu, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan sistem pengamanan oleh aparat. Sebab, peran serta tokoh masyarakat untuk ikut menjaga iklim yang kondusif di Jatim sangat penting.
“Benturan horizontal diantisipasi sekuat mungkin. Aparat pemerintah dilibatkan untuk terpeliharanya keamanan. Hingga pengurus tingkat RT dan RW sekalipun dilibatkan,” tandas suami Ummu Fatma ini.
Mantan menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini tidak menampik bantuan Nahdlatul Ulama (NU, Muhammadiyah, Huria Kristen Batak Prostestas (HKBP), tokoh agama, dan semua organisasi keagamaan yang turun menjaga kebersamaan, mengantisipasi munculnya pelanggaran hukum yang menciderai kerukunan antarumat beragama.
“TNI/Polri dan  tokoh agama ikut mendorong terjaganya kerukunan antarumat beragama. Kita seringkali bertemu untuk bersilaturahmi dan berdiskusi. Tanpa harus menunggu ketika peristiwa konflik mencuat. Termasuk sebelum ada peristiwa Tolikara dan di Singkil Aceh,” urainya.
Dalam aksi tersebut, Yulius Ashari, salah satu wisudawan UM Surabaya menghadap secara langsung kepada Gus Ipul. Pria asal Pontianak dan pemeluk agama Kristen ini mengungkapkan keperihatinannya sekaligus apresiasinya. Prihatin atas konflik antar umat beragama yang masih kerap mencuat di luar daerah.
“Sementara saya di UM Surabaya yang mayoritas mahasiswanya adalah muslim tetap bisa merasakan nyaman. Kami sangat berterima kasih dan kagum dengan sikap toleransi di Jatim dan kampus kami,” pungkas Yulius yang telah melewati masa kuliahnya di D3 Keperawatan UM Surabaya. [tam]

Tags: