Harga Beras Naik, Dipicu Jadwal Panen Mundur

Pemprov, Bhirawa
Harga beras di Tanah Air terus mengalami tren kenaikan belakangan ini. Bahkan, kenaikan harga beras ini jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Kenaikan harga beras ini salah satunya dipicu oleh mundurnya jadwal panen.Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Ir Dydik Rudy Prasetya, MMA saat dikonfirmasi, Rabu (28/2).

Dampak perubahan iklim El Nino tahun 2023 menyebabkan kekeringan yang cukup panjang dan berpengaruh pada bergesernya jadwal tanam padi yang biasanya sudah dimulai pada bulan Oktober – November, namun banyak bergeser di bulan Desember dan Januari ketika curah hujan sudah meningkat.

Pergeseran jadwal tanam dan panen inilah yang salah satunya mempengaruhi jumlah pasokan beras karena pergeseran pola tanam dan pola produksi. Selain itu, peningkatan harga beras juga dipengaruhi oleh peningkatan biaya produksi padi.

Komponen-komponen yang menyebabkan kenaikan biaya produksi diantaranya adalah kenaikan harga saprodi seperti benih dan pestisida, kenaikan biaya tenaga kerja, biaya distribusi antar wilayah, serta penggunaan pupuk non subsidi oleh petani. “Dengan berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi, sekarang ini rata-rata petani berusaha tani menggunakan pupuk non-subsidi yang harganya lebih mahal dari harga pupuk subsidi, ” kata Dydik.

Perkembangan terkini, lanjutnya, petani mulai banyak melakukan kegiatan panen padi. Kondisi luas panen saat ini menunjukkan adanya peningkatan dari bulan Januari seluas 51.741 Ha menjadi 108.435 Ha di bulan Februari.

Luas panen tersebut diperkirakan akan meningkat di bulan Maret sekitar 361.151 Ha dan puncaknya di bulan April dengan luasan sekitar 389.499 Ha. Luas panen tersebut diperkirakan akan meningkat di bulan Maret sekitar 361.151 Ha dan puncaknya di bulan April dengan luasan sekitar 395.009 Ha.

Untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Jawa Timur, ketersediaan beras saat ini tercukupi. Pada bulan Februari diperkirakan produksi beras sebesar 389.318 ton dengan potensi surplus mencapai 10.772 ton dan produksi beras akan meningkat di bulan Maret dengan perkiraan sebesar 1.301.368 ton dengan potensi surplus 922.822 ton.

Pada bulan April diperkirakan menjadi puncak panen di Jawa Timur dengan prakiraan produksi beras sebesar 1.410.355 ton beras dengan potensi surplus sebesar 1.031.809 ton.

Berdasarkan pengamatan dan prediksi BMKG, intensitas hujan mulai meningkat dan merata pada bulan Januari hingga puncaknya di bulan April 2024. Kondisi ini merupakan peluang untuk dilakukan percepatan tanam padi dan menutup defisit luas tanam di bulan Oktober – Desember 2023 sehingga ketersediaan pangan di Jawa Timur pada tahun 2024 tercukupi.

Untuk mendukung peningkatan produktivitas padi tersebut, Provinsi Jawa Timur pada tahun 2024 mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi sebanyak 963.847 ton dan sampai akhir Januari 2024 telah tersalur 35.735,3 ton atau 3,71% dan masih tersisa 928.111,7 ton.

Guna mencukupi kebutuhan pupuk dalam musim tanam saat ini yang bertepatan dengan musim penghujan, melalui PT. Pupuk Indonesia selaku penugasan BUMN Pupuk telah menyediakan pupuk bersubsidi dengan total sebanyak 203.776 ton dimana untuk Urea sebesar 116.126 ton, NPK 87.239 ton dan NPK Formula Khusus 411 ton.

Ketersediaan pupuk ini akan ditambah lagi menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan selama tidak melebihi alokasi setahun. Guna mangatasi kekurangan pupuk bersubsidi Pemerintah pusat juga akan menambahkan alokasi pupuk bersubsidi dengan tambahan dana subsidi kurang lebih Rp14 triliun, sehingga diharapkan akan mampu menutup kekurangan kebutuhan pupuk bagi petani. [rac.iib]

Tags: