Harga Beras Naik, Pedagang Mengeluh, Pembeli Menjerit!

Pedagang sembako di pasar tradisional di Kota Pasuruan menyatakan harga beras naik sudah dalam sepekan terakhir ini. [hilmi Husain]

Pasuruan, Bhirawa
Komoditas harga beras di beberapa daerah di Jatim sedang mengalami kenaikan. Diantaranya yang terjadi di Kota Pasuruan. Kenaikannya ini terjadi sejak sepekan terakhir.

Pantauan Bhirawa, Selasa (29/8), di Pasar Kebonagung, Kota Pasuruan, kenaikan beras medium per kilogram mencapai Rp3.000. Dari sebelumnya Rp11.000 per kilogram menjadi Rp14.000 per kilogram. Adanya kenaikan tersebut membuat penjual dan pembeli sama-sama mengeluh.

Pedagang sembako, Yuli, menyatakan kesusahan apabila harga beras terus mengalami kenaikan. Meski demikian, ia tetap menjual. Dikarenakan beras adalah kebutuhan pokok masyarakat. Naiknya harga beras sejak empat hari yang lalu.

“Kita yang semakin repot kalau harga beras naik terus. Kasihan masyarakat kecil. Untuk jualannya agak susah. Tapi, gimana lagi tetap harus jualan. Mahal juga terpaksa membeli. Kalau bisa, jangan sampai naik kembali. Jika mahal, tetap dibeli karena sudah menjadi kebutuhan sehari-hari,” ujar Yuli.

Menurut Yuli, kenaikan harga beras karena kemarau panjang. Sehingga, dampaknya pada gagalnya panen raya padi yang ada di wilayah Jawa Timur bagian tapal kuda. “Info dari distributor karena kemarau panjang musim panas. Jadi penyebabnya, sama yaitu gagal panen katanya. Jika begini, kita tidak bisa berbuat apa-apa,” urai Yuli.

Pedagang lainnya juga menyatakan hal serupa. Aisyah, penjual beras menyampaikan per sak 25 kilogram beras medium mengalami kenaikan hingga Rp25.000. Padahal sebelumnya, harga beras medium 25 kilogram hanya berkisar Rp 290.0000 dan saat ini naik menjadi Rp 319.000.

“Ini malah naiknya sekitar Rp25.000. Karena harga tinggi, warga malah mengurangi pembelian. Dampaknya juga jelas pada omset yang menurun, hal ini sangat dirasakan bagi pedangan. Harapan kami tentu harga bisa kembali normal,” urai Aisyah. Kenaikan harga kebutuhan pokok ini, juga mendapat keluhan dari masyarakat.

Marlena, pembeli dari Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan ditemui saat berbelanja di Pasar Kebonagung mengatakan bahwa kondisi seperti ini perlu disikapi pemerintah agar jangan sampai masyarakat semakin terbebani. “Berat sekali, tapi juga bagaimana. Kita juga membutuhkan karena ini kebutuhan sehari-hari. Jadinya, saya harus membeli,” cetus Marlena.

Ia berharap agar harga beras kembali ke harga sebelumnya. Alasannya, ia khawatir, apabila ini terus dibiarkan, maka harga beras akan sulit dijangkau oleh masyarakat. “Hal seperti ini pemerintah harus ada. Intinya harus hadir ditengah-tengah masyarakat. Karena pemerintah bisa mengatasi hal yang seperti ini,” kata Marlena.

Sementara itu, Kepala Disperindag Kota Pasuruan melalui Kabid Perdagangan, Rizki Pramita mengakui bahwa harga beras di pasar tradisional di Kota Pasuruan naik. Menurutnya, naiknya harga beras di pasaran disebabkan musim kemarau panjang dan El Nino di sejumlah negara.

“El Nino terjadi 4 tahun sekali, jadi ini juga menjadi salah satu penyebab harga beras mahal. Termasuk pula, gagal panen di beberapa daerah juga menjadi pengaruh naiknya harga beras ini,” urai Rizki Pramita.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya tengah mendistribusikan beras murah di sejumlah toko di pasar tradisional. Beras murah yang bekerjasama dengan Bulog Pasuruan untuk mendistribusikan hingga 31 September 2023 mendatang.

Totalnya ada 20 ton beras yang akan di sebarluaskan ke pedagang di empat pasar di Kota Pasuruan. “Nantinya, dua kali setiap minggu akan kita gelontorkan di seluruh pasar. Per pedagang ada 50 sak beras kemasan 5 kilogram,” tandas Rizki Pramita.

Pedagang membeli beras murah ke Disperindag Kota Pasuruan dengan harga Rp 43.000 per 5 kilogram. Sedangkan dijual ke konsumen di harga Rp 47.000. “Ini tak lain untuk menekan harga beras yang cenderung naik. Kita juga mengimbau kepada warga untuk tidak panik dengan naiknya harga beras saat ini. Karena, stok beras di Bulog Pasuruan masih aman hingga akhir Desember 2023,” imbuh Rizki Pramita.

Masifkan Beras SPHP
Sementara itu, Perum Bulog Cabang Madiun menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kepada pedagang yang ada di Kota Madiun. Hal itu seperti yang terlihat di Pasar Sleko dan Pasar Besar Madiun. Petugas dari Bulog memantau penyaluran beras SPHP kepada sejumlah pedagang.

“Kami melakukan stabilisasi harga pasokan beras di pasar secara masif. Tujuannya untuk menekan harga beras yang tinggi saat ini,” terang Pimpinan Cabang Perum Bulog Madiun Ferdian Darma Atmaja di Madiun, Senin (28/8).

Beras yang didistribusikan kepada satu pedagang, lanjut Ferdian, sebanyak 1 hingga 2 ton tiap harinya. Tergantung kapasitas modal para pedagang dalam membeli beras, karena pembayaran dilakukan secara cash.

“Saat ini ada 26 pedagang aktif yang menyalurkan beras SPHP di tiga kabupaten kota. Di kami mencatat ada 48 pedagang, harapan kami semuanya ikut menyalurkan sehingga masyarakat ikut punya kesempatan mendapatkan beras SPHP,” jelasnya.

Sementara saat ini, di Kota Madiun sudah ada 17 pedagang yang terdaftar menjual beras SPHP. Dengan rincian Pasar Sleko sebanyak 5 pedagang, Pasar Besar Madiun 10, dan Pasar Kojo sebanyak 2 pedagang.

Sementara itu, Wina salah seorang pedagang di Pasar Besar Madiun mengatakan pihaknya merasa terbantu dengan adanya program SPHP Bulog. “Beras mahal yang biasa sampai Rp 12.000. Ini sangat membantu, masyarakat juga antusias lumayan harganya Rp 9.400 per kilo,” tandasnya. [hil.dar.iib]

Tags: