Hari Aksi Tanam oleh CDK Nganjuk dan Komunitas Penggiat Lingkungan

Aksi tanam pohon oleh berbagai komunitas penggiat lingkungan hidup di Kab. Nganjuk.

Nganjuk,Bhirawa.
Perubahan dampak iklim tahun ini dirasakan oleh seluruh penjuru dunia, krisis air,suhu iklim cuaca yang ekstrim serta gagal panen yang menyebabkan melonjaknya harga pangan turut menambah penderitaan warga masyarakat

Dengan kesadaran tersebut Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Nganjuk, perum Perhutani Nganjuk,Kodim 0810, Polres serta berbagai elemen dan organisasi penggiat lingkungan hidup mengadakan aksi tanam pohon pada hari Tanam Dunia pada hari Jumat 15 Desember (15/12/2023) di lokasi embung Roro Suratmi,Kelurahan Mangundikaran Kecamatan Nganjuk.

“Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2008, tanggal 28 November ditetapkan sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia yang dimaksudkan untuk memberikan kesadaran dan kepedulian kepada masyarakat tentang pentingnya pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan melalui penanaman pohon, kenapa baru sekarang ? karena pada Desember ini baru mulai turun hujan meski dengan insentitas yang belum merata”, demikian dikatakan oleh Agung Prasetya, Kasi CDK Wilayah Nganjuk.

Aksi tanam pada lahan kritis urugan dengan tanaman sengon sebagai upaya mengembalikan kesuburan tanah pada lahan bekas urugan, dengan harapan setelah tanah tersebut menjadi subur dapat di gantikan oleh tanaman tanaman yang memiliki nilai tambah seperti tanaman kelengkeng, alpukat, rambutan.

“Dengan adanya tanaman buah tersebut di harapkan dapat menambah pendapatan masyarakat di sekitar lokasi embung ini”, tambah Agung yang merupakan Kepala Seksi rehabilitasi lahan dan pemberdayaan masyarakat wilayah kerja Nganjuk, Jombang dan Mojokerto ini.

Juga nampak teman-teman dari Kota Sejuk, seperti pak Sus dan pak Sukadi, mas Gogot, Ical, Fian, Marsono serta beberapa rekan penggiat lingkungan,serta anak anak dari SMK 2 Negeri Nganjuk, beberapa komunitas senam Ibu-Ibu juga tak mau kalah dengan yang muda-muda juga nampak asyik menanam Sengon di lahan yang sudah di tentukan oleh CDK Nganjuk.

“Seharusnya kecil menanam,tua memanen,tapi ini ndak, tua menanam demi anak cucu besok”,kata bu Pur seorang aktifis senam di ruang publik.

“Kabupaten Nganjuk dengan tipologi pegunungan yakni Gunung Wilis di selatan dan Gunung Pandan di utara seharusnya konservasi tidak hanya di lakukan di bagian hulu saja tetapi juga harus di lakukan di daerah hilir, karena di bagian hilir ini merupakan daerah cekungan air tanah,yang merupakan simpanan air bawah tanah kabupaten Nganjuk ini”, kata Syaiful dari LPNU.

Aksi tanam yang di lakukan para aktivis lingkungan tersebut merpakan langkah nyata menghadapi dampak perubahan iklim yang ekstrim seperti yang baru di rasakan pada hari-hari bulan Nopember kemarin. “Ancamannya sudah nampak dan nyata bukan sekedar mengancam lagi”, kata pak Susilo.

Dalam sebuah diskusi sesudah aksi tanam tersebut, para aktivis mengecam ketidakhadiran Dinas Lingkungan Hidup, yang di rasa hanya melakukan proyek-proyek pembangunan atas nama lingkungan hidup.

“Kalo hilir hanya di tata sebagus apapun, sebesar berapapun nilai proyek-proyek tersebut akan terasa percuma ketika di terjang banjir meski hanya berdurasi 1 jam saja”, ucap Ical dari forum mitigasi dan pengurangan bencana.

“Smoga aksi ini dapat menginspirasi pabrik-pabrik, perusahaan-perusahaan yang bergiat di kabupaten Nganjuk, untuk ikut serta melestarikan alam, jika tidak dapat melakukan gerakan reboisasi atau konservasi, dunia usaha dapat memberikan dana CSR mereka untuk bidang lingkungan hidup itu lebih murah di bandingkan jika usaha yang di lakukan pastinya tetaplah merusak alam sekitar”,kata Syaiful.

Pembangunan berbasis resiko bencana dengan program Proklim yang lama telah di canangkan oleh menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak tahun 2011 kemarin mungkin merupakan jawaban nyata atas permasalahan lingkungan hidup sekarang ini.(dro.gat]

Tags: