Hasilkan Delapan Volt Tenaga Listrik untuk Charge Handphone

Chandra Sudomo Halim menunjukkan karyanya berupa E2MC atau alat pengubah tekanan knalpot jadi energi listrik, Rabu (3/9).

Chandra Sudomo Halim menunjukkan karyanya berupa E2MC atau alat pengubah tekanan knalpot jadi energi listrik, Rabu (3/9).

Kota Surabaya, Bhirawa
Bagi seseorang yang memiliki aktivitas sangat dinamis, kehabisan baterai handphone (HP) bisa menjadi masalah yang rumit. Apalagi jika persediaan listrik pada power bank juga mulai sekarat. Hal tersebut umum terjadi. Namun dengan Electric Emission Mobile Charger (E2MC) yang selalu menempel di motor, seseorang tak perlu khawatir lagi dengan masalah kehabisan baterai.
Tangan-tangan kreatif mahasiswa telah menghasilkan banyak karya menarik dan bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya yang sudah dibuat mahasiswa Teknik Manufaktur Universitas Surabaya (Ubaya) Chandra Sudomo Halim. Mahasiswa asal Tarakan ini sukses membuat E2MC setelah penelitian berlangsung selama satu tahun.
E2MC sendiri merupakan alat pengubah daya tekan menjadi energi listrik. Cara kerjanya hampir seperti generator atau dinamo sepeda yang terus berputar untuk menghasilkan energi. Hanya saja E2MC diaplikasikan pada motor dengan memanfaatkan tekanan gas buang dari knalpot. Beberapa peralatan seperti baling-baling seperti kipas, kumparan, kabel dan stabiliser listrik menjadi pelengkapnya.
Untuk merakitnya, Chandra meletakkan kumparan di tengah baling-baling kipas yang terletak persis di mulut knalpot. Saat kendaraan dinyalakan, tekanan gas buang dari knalpot secara otomatis akan memutar baling-baling yang sudah berisi kumparan. Dari perputaran tersebut, dihasilkan energi listrik yang dialirkan melalui kabel dan distabilkan dengan stabiliser. “Listrik yang dihasilkan cukup besar, yakni 8 Volt dengan arus mencapai 600 sampai 700 miliampere (mA). Daya dan arus tersebut terlalu besar untuk mengisi ulang baterai HP,” kata dia.
Karena terlalu besar, arus dan daya itu perlu distabilkan sebelum masuk dalam HP. Selain stabiliser, Chandra juga menggunakan power bank sebelum arus listrik diterima HP. Dengan demikian, tidak hanya baterai HP, daya dalam power bank juga akan terisi. “Untuk pengisian power bank 3.500 mA, kita butuh waktu sekitar 3 sampai 4 jam. Karena waktu yang lama, kita mendesain agar kabel sampai di jok. Jadi selama berkendara, kita bisa menyimpan HP dan power bank di dalam jok,” kata dia.
Karena terletak persis di depan mulut knalpot, Chandra sudah mewaspadainya. Dia menggunakan bahan yang titik lelehnya di atas panas knalpot yang mencapai 100 hingga 120 derajat celcius. Salah satunya ialah besi penyangga yang menempel di knalpot titik lelehnya mencapai 150 derajat celcius.
Chandra menyadari karyanya sebetulnya bukan satu-satunya yang terbaru. Sebab, beberapa  motor juga sudah dilengkapi dengan fasilitas charger. Namun semua produk itu masih menggunakan arus listrik dari aki. Sehingga beban aki pun semakin besar dan lebih cepat rusak. Sementara E2MC menurutnya sangat ramah lingkungan dan murah. Bahan-bahan yang dipakai pun bisa memanfaatkan dari bahan bekas. “Baling-baling ini saya ambil dari PC komputer,” tutur dia.
Atas karyanya itu, mahasiswa yang kini duduk di semester 7 itu berencana untuk mendaftarkan pada Hak Atas Karya Intelektual (HAKI). Selain itu, dia pun berencana akan menjualnya di pasaran. Harganya cukup murah, hanya dengan Rp 180 ribu pembeli sudah mendapatkan E2MC sekaligus power bank 3.500 mA.
Dosen Pembimbing pembuatan E2MC Sunardi Tjandra memberikan apresiasinya atas karya tersebut. Dia mengaku karya tersebut sangat sesuai dengan isu global yang saat ini digaungkan terkait energi alternatif. Dengan memanfaatkan teknologi sederhana, mahasiswanya dianggap sukses menciptakan alat yang sangat bermanfaat dan berdaya jual tingi. “Kami sengaja mendorong para mahasiswa ini untuk selalu berusaha ikut andil dalam isu-isu global,” kata dia. [tam]

Tags: