Hawai Waterpark Kabupaten Malang Kini Miliki Museum Budaya

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud Fitra Arda (kiri), saat ditunjukan koleksi Mesum Ganesya berupa keris yang panjangnya mencapai 3,5 meter yang bisa diberdirikan

Kab Malang, Bhirawa
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Fitra Arda telah memberikan apresiasi yang tinggi kepada Owner Hawai Waterpark Malang, yang mana telah membangun museum budaya. Karena museum merupakan salah satu ruang publik untuk kemajuan kebudayaan.
“Harapan kami wilayah ini di masa datang menjadi penguatan zonasi pendidikan, bagaimana sekolah bisa datang ke Museum Ganesya terkait pendidikan kebudayaan. Dan dirinya juga terima kasih kepada Owner Hawai Waterpak Malang mendirikan museum budaya,” kata Fitra, Jumat (12/7), saat berada di Museum Ganesya Malang mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Medikbud) Muhajir Effendi untuk menandatangani prasasti Pelestarian Pewarisan Serta pembelajaran Kekayaan Peninggalan Budaya Nusantara.
Museum Ganesya yang dibangun di area tempat wisata Hawai Waterpark Malang ini, masih dia katakan, disamping melestarikan budaya nusantara kepada masyarakat, hal itu bisa sebagai pusat edukasi budaya dan juga bisa sebagai tempat rekreasi. Sehingga pihaknya mendukung penuh apa yang dilakukan Hawai Waterpark dalam membangun museum budaya tersebut.
“Kami berharap agar Museum Ganesya secepatnya untuk mengajukan pendaftaran ke Kemendikbud, yang selanjutkan dilakukan standarisasi. Dan pihaknya pun juga memberikan saran agar koleksi artefak yang dimiliki dibuatkan database. Sehingga untuk diketahui berapa jumlah koleksinya didalam Museum Ganesya ini,” pintah Fitra.
Menurut dia, museum budaya itu, yakni untuk memberikan pendidikan kepada generasi milenial. Sehingga museum memliki peran pendidikan terkait masa kejayaan di masa itu, tentunya generasi milenial juga harus paham tentang budaya nusantara yang kita miliki. Dan di Kemendikbud sendiri saat ini sedang menggiatkan pendidikan karakter, yang salah satunya museum.
“Jumlah museum di Indonesia terdapat 436 museum yang dimilki pemerintah dan swasta. Sedangkan museum swasta seperti Museum Ganesya Malang sudah banyak, tapi yang terdaftar belum kesemuanya sekitar 20 persen yang terdaftar di Kemendikbud,” tandas Fitra.
Ditempat yang sama, Ketua Assosiasi Muesum Indonesia Jawa Timur Dwi Cahyono mengatakan, memang dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini digalakan membuat museum sebanyak-banyaknya. Museum itu dalam artian tidak hanya mendisplay tapi mengedukasi. Sehingga dengan adanya Museum Ganesya ini, ada satu lagi media untuk pendidikan mengenal budaya kita sendiri.
Apalagi, lanjut dia koleksinya Museum Ganesya itu koleksi artefaknyaada ada semua, seperti era Kerajaan Singosari dan Majapahit. Sehingga kita harapakan generasi muda kita tahu terkait budaya sebagai identitas bangsa Indonesia dari fakta-fakta sejarah yang salah satunya artefak. “Jadi tidak hanya cerita saja yang didapat oleh para generasi muda sekarang, dan ini salah satu bukti penting adanya artefak,” paparnya.
Dwi juga menegaskan, dirinya tidak ada target terkait pembangunan museum di Jawa Timur. Karena bikin museum harus dilalui penelitian yang panjang, sehingga tidak bisa saat memiliki koleksi berapa, lalu mendirikan museum. Sebab membuat museum juga harus ada tahapannya, diantaranya harus ada corner dulu, ada laboratorium perpusatakaan, dan juga harus ada storage.
Di Jawa Timur, jelas dia, dalam satu tahun tumbuh museum sebesar 20 persen itu sudah bagus. Namun jika diluar negeri satu kota bisa mempunyai 200-300 museum, karena itu merupakan kesadaran masyarakat. Sedangkan yang menarik di Museum Ganesya adalah koleksi artefaknya luar biasa, baik dari pecahan sampai yang utuh.          “Bahkan di Trowulan Mojokerto saja tidak semua artefaknya tidak semua dipajang seperti di Museum Ganesya ini,” paparnya.
Sementara itu, Owner Hawai Waterpark Malang Yogi Kurniawan mengatakan, museum artefak yang kita bangun ini, tentunya untuk membatu generasi milenial supaya lebih mengenal budaya bangsa Indonesia. Dan salah satu poin yang paling penting di Museum Ganesya ini, tidak hanya informasi tentang budaya dan sejarah saja. Namun selanjutnya akan kita kembangkan ke arah exsperience (pengalaman), seperti membikin dan menggambar wayang, untuk anak-anak yang duduk dibangku sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD).
“Dan kami berharap agar kepala sekolah (kasek) dan guru-guru se-Malang Raya datang ke Museum Ganesya bisa datang untuk melihat atau untuk belajar tentang sejarah Indonesia, terutama di wilayah Malang ini,” tuturnya. [cyn]

Tags: