Ingin Hadirkan Oxford di Surabaya, Ajak Siswa Belajar dengan FIESTA

Ketua Pengurus Yayasan LIA Mayjend TNI (Purn) Hendardji Soepandji (kanan) didampingi Direktur Utama LBPP LIA Gayungsari Sinta Setya melihat proses pelatihan calon pengajar di LIA Gayungsari.

Ketua Pengurus Yayasan LIA Mayjend TNI (Purn) Hendardji Soepandji (kanan) didampingi Direktur Utama LBPP LIA Gayungsari Sinta Setya melihat proses pelatihan calon pengajar di LIA Gayungsari.

Belajar Bahasa Internasional untuk Menyambut MEA
Kota Surabaya, Bhirawa
Bahasa Inggris telah dikenalkan kepada peserta didik mulai tingkat SD/MI, SMP/MTs hingga SMA/SMK. Bahkan, mahasiswa di perguruan tinggi pada jurusan apapun diajarkan selama beberapa semester. Namun, sebagian besar nyatanya masih belum ngewes berbicara bahasa internasional itu. Lalu apa masalahnya?
Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Ketika orang asing telah masuk di Indonesia, atau sebaliknya, warga pribumi bekerja ke luar negeri bahasa yang digunakan tentu bukan bahasa Tarzan. Melainkan bahasa internasional, yakni Bahasa Inggris. Sayang, modal paling sepele ini nyatanya belum dimiliki sebagian besar sumber daya manusia Indonesia.
Inilah yang menjadi daya dorong Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional (LBPP) LIA untuk memperluas aksesnya di Surabaya. “Sebenarnya dengan modal bahasa itu, Indonesia bisa masuk lima besar ekonomi dunia di era 100 tahun Indonesia merdeka 2045 mendatang,” kata Ketua Pengurus Yayasan LIA Mayjend TNI (Purn) Hendardji Soepandji usai meresmikan LBPP LIA Gayungsari, Sabtu (28/11).
Adik kandung mantan Jaksa Agung Hendarman Soepandji ini mengatakan hal itu usai meresmikan Kantor Cabang LBPP LIA di Jl Gayungsari. Menurut dia, arus globalisasi yang sebentar lagi ini harus disikapi sebagai peluang. Tapi kuncinya SDM-nya harus benar-benar disiapkan.”Tidak mungkin kita bicara pakai bahasa Tarzan, harus pakai bahasa global,” ujar pria yang sempat mencalonkan diri sebagai pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
Melalui LBPP LIA, kata Hendardji, pihaknya ingin kualitas penguasaan bahasa Inggris warga Indonesia semakin meningkat. Salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Oxford University. “Tiap triwulan, 70 gerai kami yang tersebar di 18 provinsi mendidik 70.000 orang. Untuk menjaga kualitas, kami sediakan native speaker dan buku-buku yang mengacu Oxford University,” tegas mantan Asisten Pengamanan KASAD ini.
Hendardji menceritakan, cikal bakal LIA merupakan lembaga kerjasama antara Indonesia dengan Amerika sejak 1959 lalu. Setiap warga Indonesia yang akan ke Amerika, belajar Bahasa Inggrisnya di LIA. Begitu sebaliknya, ketika warga Amerika yang ingin masuk ke Indonesia, maka harus belajar Bahasa Indonesia dulu di LIA. “Dulu namanya Lembaga Indonesia-Amerika. Tapi sekarang kita kembangkan tidak hanya untuk mendalami bahasa saja, tetapi juga pelajaran-pelajaran lain di sekolah,” kata dia.
Direktur Utama LBPP LIA Gayungsari Sinta Setya menambahkan, sebelum menjadi pengajar di LIA, calon pengajar harus lulus berbagai tahapan seleksi lebih dulu. Di antaranya, TOEFL  dengan nilai minimal 550. Syarat kedua, lulus tes tulis dari LIA, syarat ketiga presentasi skill, yang terakhir itu lulus pelatihan. “Kalau tidak lulus training, nanti tidak boleh ngajar. Itu kelebihan LIA dibanding yang lain,” tutur dia.
Kepala Cabang LBPP LIA Gayungsari Utomo Djamtsari menambahkan, metode mengajar dan literasi yang mengacu pada universitas ternama di Inggris itu akan menjamin peserta belajar lebih cepat menguasai Bahasa Inggris. “Kami sengaja ingin menghadirkan Oxford di sini (Surabaya),”‘ kata dia.
Dia menjelaskan, tujuh kata kunci yang jadi pakem mengajar di institusinya di antaranya ialah Fun, Friendly, Interactive, Explorative, Systemic, Technologic dan Automatic (FIESTA). “Dalam pembelajaran di sekolah, siswa belajar Bahasa Inggris dengan pakem yang sangat kaku, khususnya pada grammar. Sehingga mereka agak sulit berkembang optimal. Sementara di sini, mereka akan belajar dengan lebih banyak praktik,” pungkas dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: