Jamal Temukan Tiga Arca Kuno

Tiga buah arca yang ditemukan warga di sekitar sungai. [wiwit agus pribadi]

Menyadari Bernilai Sejarah Tinggi Dilaporkan ke Desa Setelah Setahun
Probolinggo, Bhirawa
Tiga buah arca atau patung kuno ditemukan Jamal warga di Dusun Bensungan, Desa Kaliacar, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Ketiga patung itu ditemukan di sekitar sungai dusun setempat satu tahun lalu. Menyadari bernilai sejarah tinggi akhirnya dilaporkan ke desa untuk dilanjutkan ke kecamatan dan seterusnya.
Menurut Jamal, dirinya warga yang pertama kali menemukan ketiga arca itu, ditemukan di sisi selatan Sungai Rondoningo yang letaknya tepat berada di sebelah selatan rumahnya. Ketiganya ditemukan dalam jarak berjauhan. Ditemukan sudah sekitar setahun yang lalu. jarak antar arcanya sekitar 50 meter.
“Tetapi baru hari ini Selasa (16/11) saya berpikiran untuk melaporkannya ke desa. Ke tiga arca itu tak sengaja saya temukan saat hendak mencari batu sungai untuk pembangunan rumah di lahan Perhutani setempat. Arca pertama, kedua dan ketiga, ditemukan pada hari yang berbeda. Sengaja cari ke seberang sungai di sisi selatannya. Namun karena ada banjir alirannya berpindah. Pada saat itulah saya menemukan arca ini,” ujarnya.
Menyadari arca itu merupakan barang yang mempunyai nilai sejarah tinggi, ia pun memutuskan untuk memindahkannya ke depan rumahnya. Sehingga arca itu bisa dirawat dan tidak diambil oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab, serta agar tak terinjak-injak binatang liar.
“Langsung saya pindah saat menemukan itu, khawatir rusak kalau tidak terawatt. Kini saya serahkan ketiga arca itu kepada pemerintah desa setempat. Agar dapat dilestarikan dan diungkap latar belakang sejarahnya. Terserah desa, mau dibawa ke kantor desa ataupun ke museum silakan, yang penting dirawat. Karena ini merupakan salah satu kekayaan sejarah,” ucapnya.
Menanggapi hal itu, pemerintah desa setempat akan melanjutkan laporan penemuan tiga arca itu kepada pihak kecamatan untuk selanjutkan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah terkait pemeliharaannya.
“Dari kecamatan nanti terserah, dilaporkan dulu ke Dinas Kebudayaan atau langsung ke BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya, red) Jawa Timur. Yang jelas untuk saat ini pihak desa akan membantu merawat,” kata Bendahara Desa setempat, Syamsul Arifin.
Kini ketiga patung kuno itu disimpan oleh pemerintah desa setempat. Selanjutnya akan ditindaklanjuti pada Pemkab Probolinggo. Warga berharap BPCB Jatim turun untuk meneliti artefak yang diduga berusia ratusan tahun itu.
Arca pertama berbentuk seperti manusia purba yang sedang memegang buah. Arca kedua seperti manusia yang tangannya sedang bertapa. Dan arca ketiga seperti manusia sedang bedoa kepada tuhannya. Ketiga arca batu itu memiliki ukuran dan berat yang berbeda.
Setelah informasi penemuan arca batu itu menyebar luas, mengundang Eko Rahman, seorang pegiat barang kuno di Kabupaten Probolinggo untuk datang. Eko memprediksi, ketiga arca batu itu dibuat tahun 1224 atau berumur 797 tahun.
“Tetapi hanya perkiraan, karena tadi saya juga sudah turun langsung ke lokasi dimana batu ini ditemukan. Kemungkinan tiga arca batu ada sebelum masa Kerajaan Singosari. Beberapa petunjuk lain juga tadi ditemukan, salah satunya adanya huruf kuno,” kata Eko.
Beberapa waktu lalu ditemukan lahan bekas berdiri sebuah candi di Dusun Gesengan, Desa Dandang, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo. Candi bahkan sudah proses dibangun. Namun, karena diganggu pencuri, pembangunan candi tak selesai. Meski demikian, bukti pembangunan itu masih ada. Yaitu, warna tanah di sawah yang kemerahan.
Biasanya tanah sawah berwarna kecokelatan. Namun, berbeda dengan tanah sawah di Gesengan, Desa Dandang, Kecamatan Gading. Warna tanahnya kemerahan. Penyebabnya, karena serpihan bata bata dalam jumlah banyak yang bercampur dengan tanah. Batu bata itu bukan bata biasa. Melainkan bata untuk bahan membangun candi. Jumlahnya diperkirakan banyak. Sebab, tanah berwarna merah itu luasnya sekitar 2 hektare lebih.
“Sayangnya, pembangunan candi itu diganggu seorang pencuri sakti. Pencuri itu jatuh cinta pada sang putri. Namun, sang putri menolak cinta lelaki itu. Akhirnya lelaki itu marah. Dia pun mengganggu pembangunan candi itu. Karena diganggu, sang putri pun pergi dari tempat itu. Dia lantas membangun candi di tempat lain dan berhasil. ”Kabarnya pembuatannya di Desa Jabung Candi. Ya, Candi Jabung itu,”tuturnya.
Cerita turun temurun itu bagi mereka bukan sekadar pepesan kosong. Buktinya, di sebelah timur lahan sawah itu ada tanah seluas 12 meter yang ditanami pohon jati. Di tanah itu juga bertumpuk batu bata dengan ukuran tak biasa. Yaitu segi empat, bukan segi panjang. ”Bata biasa kan persegi panjang. Ini persegi empat. Ukuran empat sisinya sama,” jelasnya.
Dulu, menurutnya, banyak petani menemukan barang – barang kuno di sekitar lokasi. Misalnya piring kuningan dan patung. Lalu, vas bunga zaman dulu, lesung, dan batu persegi yang konon digunakan untuk membuat obat-obatan herbal. Sejumlah patung juga ditemukan di sana. Karena banyak ditemukan patung, sawah itu pun disebut sawah arca (patung).
“Sekitar 10 tahun lalu ada yang menemukan patung, tapi entah saat ini ada di mana. Juga ada patung besar yang masih terpendam di tanah. Ada juga lesung batu yang dibuat untuk numbuk padi. Tapi, sudah berlubang,” tandasnya. [wap]

Rate this article!
Tags: