Jatim Miliki 1.170 Sekolah Inklusif Baru

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman melihat batu akik yang disepuh oleh siswa ABK asal Pacitan di atrium Royal Plasa Surabaya, Selasa (27/4). [ adit hananta utama/bhirawa]

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman melihat batu akik yang disepuh oleh siswa ABK asal Pacitan di atrium Royal Plasa Surabaya, Selasa (27/4). [ adit hananta utama/bhirawa]

Dindik Jatim, Bhirawa
Ratusan karya anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) Jatim memadati atrium Royal Plasa Surabaya sejak kemarin, Selasa (27/4). Karya-karya ini adalah bukti kuat pembuktian diri ABK dengan segala keterbatasan fisik dan mentalnya di tengah-tengah masyarakat umum.
Dalam pameran bertajuk ‘Menembus Batas’, ini karya-karya itu tidak hanya dipajang, melainkan juga dijual bebas. “Yang paling penting ini adalah promosi agar masyarakat lebih kenal dan peduli dengan Pendidikan Khusus (PK),” tutur Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman saat membuka Pameran karya ABK ‘Menembus Batas’, kemarin.
Pameran yang digelar sampai tanggal 30 April mendatang ini, memang cukup member gambaran lebih pada kemampuan para anak-anak berkebutuhan khusus. Sejumlah karya menunjukkan kemampuan yang menembus batas.
Seperti karya batu akik yang disepuh ABK asal Pacitan penderita tuna rungu. Demikian indah dan halusnya polesan batu akik ini menunjukkan pembuatnya mampu menggunakan kelebihan lain anggota tubuhnya untuk mencipta.
Pada kesempatan kemarin Saiful juga mengungkapkan, sejauh ini pemerintah telah berupaya memberikan porsi yang sama untuk ABK melalui program pendidikan inklusif. Meski Jatim adalah pertama kalinya provinsi di Indonesia yang berani mengeluarkan regulasi tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif, menurutnya ini masih ketinggalan.
“Kita termasuk telat membaca program ini. Di negara maju, pendidikan inklusif sudah berlangsung sejak dulu. Semua fasilitas publik juga ramah dengan ABK. Kita harus mengejar ketertinggalan ini,” kata Saiful.
Mantan Kepala Badiklat Jatim ini menegaskan, pendidikan inklusif adalah cara untuk menghapus diskriminasi bagi ABK. Karena itu, pihaknya terus mendorong agar kabupaten/kota di Jatim ikut menyukseskan program yang mulia ini.
“Dari 38 kabupaten/kota, baru 11 yang mendeklarasikan diri sebagai daerah inklusif,” kata dia.
Sementara itu, Kabid TK,SD dan PK Dindik Jatim Nuryanto menambahkan, pertumbuhan pendidikan inklusif di Jatim cukup pesat sejak empat tahun terakhir. Pada saat Pergub Jatim Nomor 6 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif diterbitkan, jumlah sekolah inklusif di Jatim mulai jenjang SD,SMP,SMA baru mencapai 116 lembaga. Tapi pada tahun ini, jumlah sekolah inklusif menjadi 1.286 lembaga.
“Jadi ada 1.170 lembaga pendidikan inklusif baru yang tumbuh sejak empat tahun terakhir,” kata Nuryanto.
Nuryanto menjelaskan, maksud menembus batas pada tema pameran tersebut terkait dengan kekurangan yang ada pada diri ABK. Artinya, dengan segala kekurangan fisik maupun mental, kreatifitas dan inovasi ABK tidak pernah terbendung. “Di tingkat sekolah, karya-karya ABK ini juga telah dikaitkan dengan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri),” pungkas Nuryanto. [tam]

Tags: