Jatim Patut Dipuji dan Dijadikan Contoh

Erupsi kelutPemprov Jatim, Bhirawa
Jawa Timur denga kondisi geografis heterogen memang menyimpan potensi bencana yang cukup besar. Namun langkah-langkah yang diambil pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota cukup membuktikan kinerja bagus telah dilakukan untuk melindungi kepentingan masyarakat. Berikut catatan Bhirawa saat bencana meletusnya Gunung Kelud di awal tahun 2014 untuk mengingatkan kinerja bagus yang dilakukan Pemprov Jatim dan Pemkab/Pemkot.
Gunung Kelud adalah gunung api tipe A di Jawa Timur yang sangat aktif dengan letusannya didominasi oleh letusan eksplosif cukup kuat baik yang terjadi pada pra sejarah maupun dalam masa sejarah manusia untuk menghasilkan endapan-endapan freatik, freatomagmatik, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik di sekitarnya.
Sejak tahun 1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.
Hingga kini, sudah beberapa kali gunung tersebut meletus.
Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir tahun 2007) yang membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air.
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa.
Atas dasar itu, sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk. Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Tahun 2007 gunung kembali meningkat aktivitasnya. Dari dulu, letusan gunung berani ini selalu memakan korban jiwa.
Selanjutnya, Januari hingga Februari 2014, terjadi peningkatan jumlah kegempaan di Gunung Kelud yang didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA). Gempa vulanik dalam meningkat sejak tanggal 15 Januari 2014 dengan kisaran 22-157 kejadian per hari atau rata-rata harian 90 kejadian. Dan tepatnya 13 Febuari 2014, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi ancaman bahaya Gunung Kelud, pukul 21.15 WIB status kegiatan Gunung Kelud dinaikkan dari SIAGA (level III) menjadi AWAS (level IV) akhirnya bererupsi.
Pada saat bersamaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) langsung mengevakuasi sebanyak 200.000 jiwa warga disekitar Gunung Kelud. Hal ini dilakukan pasca peningkatan status Kelud menjadi awas hingga terjadi letusan.
“BNPB, PVMBG, Pemprov Jatim, Pemkab/kota Blitar, Kediri, dan Malang berkoordinasi terkait kenaikan status Awas ini. Ada sekitar 200.000 jiwa lebih masyarakat dari 36 desa yang tinggal di dalam radius 10 km,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kala itu.
Namun, kecekatan dan ketepatan penyelamatan terhadap warga yang dilakukan Pemprov Jatim bersama instansi dan lembaga terkait lainnya, menghasilkan jumlah korban yang tidak terlalu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika Gunung Kelud meletus.
Bahkan, Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo SH MHum menyatakan,  bencana letusan Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, menjadi bencana provinsi. “Ini ditangani provinsi. Pemda dan provinsi akan benahi,” kata Soekarwo saat memantau kesiapan menghadapi bencana di Posko Utama Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri saat itu.
Ia mengatakan, pemprov juga siap untuk membantu penanganan bencana ini. Hal itu juga berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang artinya uangnya segera dikucurkan untuk penanganan.
Ia mengatakan, terdapat empat kabupaten yang warganya terimbas langsung erupsi Gunung Kelud dan dijadikan sebagai tempat pengungsian, yaitu Kabupaten Kediri, Blitar, Malang, serta Tulungagung.
Pemprov Jatim juga telah memetakan keperluan untuk tanggap darurat bencana itu, seperti keperluan dapur, masker, MCK, sampai air bersih. Bahkan untuk mempercepat pemulihan, Pemprov Jatim sudah koordinasi dengan TNI dan polri untuk membantu penanganan bencana.
Bahkan juga ada perbaikan jalan dari debu vulkanik, Gubernur juga menyebut meminta agar semua alat berat diturunkan. Debu vulkanik bisa berbahaya, baik untuk kesehatan ataupun bisa menyebabkan kecelakaan. Selama pemulihan bencana Erupsi Gunung Kelud, Pemprov Jatim juga memberikan bantuan pada petani dan peternak agar bisa bangkit kembali.
Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia memuji kesigapan Provinsi Jatim untuk menangani bencana. Bahkan Jatim patut menjadi contoh dalam penanangan bencana.
Atas kesigapan dari pemprov, pemkab, pemkot, serta masyarakat, tidak banyak terdapat korban jiwa saat letusan Gunung Kelud terjadi. Namun demikian, meskipun ada yang meninggal, itu disebabkan karena sakit setelah letusan terjadi.
Jatim menjadi contoh karena persiapan dan koordinasi yang baik, serta gerakan yang cepat dari semua pihak mulai dari BNPB maupun pemerintah daerah, dibantu TNI Polri dan relawan. Masyarakat juga sudah siap dan mengikuti instruksi yang diarahkan oleh tim penanggulangan bencana.
“Saya senang, saya bangga dengan apa yang dilaksanakan di Jatim ini,” ujar Presiden SBY saat mengunjungi pengungsi korban letusan Gunung Kelud dari Ngantang, Kesambon, dan Pujon di Posko GOR Ganesha Kota Batu Malang kala itu.
Presiden juga memuji kekompakan antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota, TNI dan Polri, serta masyarakat yang saling bekerja sama dan gotong royong untuk menangani bencana. Bahkan setelah letusan terjadi, kekompakan dan kegotongroyongan masih terlihat antara pemerintah, TNI Polri, dan masyarakat. “Ini menunjukkan pemerintahnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, yang lain membantu, dan masyarakatnya mau bekerja sama,” katanya. [rac]

Tags: