Jatim Pilot Project Keselamatan Nuklir di Indonesia

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo bersama Kepala Bappeten RI Prof Jazy Eko Setiyanto melakukan penandatangan MoU antara Bappeten RI dengan Pemprov Jatim di Hotel Bumi Surabaya, Senin (27/11).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Provinsi Jatim dipilih Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menjadi pilot project keselamatan nuklir di Indonesia. Pertimbangannya karena Jatim sebagai pengguna energi nuklir terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat.
“Jadi masyarakat bisa melihat bila stikernya hijau berarti aman, kalau stikernya merah, masyarakat jangan datang ke RS tersebut,” kata Kepala Bapeten Prof Dr Jazi Eko Istiyanto MSc IPU saat acara Penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Bapeten dengan Pemprov Jatim di Hotel Bumi Surabaya, Senin (27/11).
Jazi mengatakan, Bapeten akan melakukan pengawasan dan verifikasi terhadap instansi yang menggunakan tenaga nuklir, salah satunya rumah sakit. Setelah verifikasi, Bapeten akan menempelkan stiker hijau untuk hasil penilaian yang baik, kuning untuk sedang dan merah untuk penilaian kurang.
Menurutnya, saat ini instansi di Jatim yang menggunakan teknologi nuklir sebanyak 368 instansi medik dan 612 sumber radiasi pengion. Serta di bidang industri, ada 135 industri dan 455 izin sumber radiasi pengion. Sedangkan salah satu RS di Jatim yang pernah memperoleh penghargaan Safety Award dari Bapeten adalah RSUD dr Soetomo.
Ke depan, Jazi menargetkan agar semua rumah sakit dan industri di Jatim terverifikasi baik dengan stiker berwarna hijau. “Untuk itu kami mengharapkan dukungan Bapak Gubernur agar seluruh instansi medik dan industri di Jatim terverifikasi baik,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengatakan pemanfaatan energi nuklir banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti bidang kesehatan, pertanian dan industri. Akan tetapi minimnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tenaga nuklir menyebabkan mereka tidak menyadari bahaya radiasi nuklir.
Oleh karena itu, lanjutnya, untuk melindungi dan mengedukasi masyarakat akan radiasi nuklir, Pemprov Jatim bekerjasama dengan Bapeten akan melakukan pengawasan pemanfaatan ketenaganukliran di Jatim. “Tugas pemerintah menyosialisasikan kepada masyarakat, sehingga MoU ini sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai pemerintah untuk melindungi masyarakat dari bahaya nuklir,” terangnya.
Pakde Karwo, sapaan lekatnya, mengatakan, energi nuklir bermanfaat bagi umat manusia karena selain efisien, energi ini bisa mengatasi kelangkaan energi. Menurutnya, di Jatim ada energi listrik namun ongkosnya sangat mahal. Kapasitas pembangkit di Jatim sendiri sebesar 8.860 MW yang digunakan untuk memenuhi beban puncak 4.995 MG sehingga surplus energi pembangkit Jatim sebesar 3.865 MW. Surplus ini dimanfatkan untuk memenuhi kebutuhan Jateng, Jabar dan DKI Jakarta sebesar 2.332 MW dan Bali sebesar 334 MW. “Efisiensi nuklir membuat kita tidak perlu subsidi,” terangnya.
Dalam kesempatan ini, dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara Bapeten dengan Pemprov Jatim terkait dengan peningkatan pengawasan keselamatan dan keamanan pemanfaatan ketenaganukliran di Jatim. Serta, perjanjian kerjasama antara Biro Hukum dan Organisasi Bapeten dengan Balitbang Jatim tentang pelaksanaan edukasi dan informasi publik dalam rangka peningkatan pengawasan keselamatan dan keamanan pemanfaatan ketenaganukliran di Jatim. [iib]

Tags: