Jatim Terpental dari 25 Besar Nasional

statik.tempo.coSurabaya, Bhirawa
Predikat peraih hasil Ujian Nasional (UN) terbaik se-Indonesia tampaknya harus rela ditanggalkan oleh Jatim tahun ini. Selain jumlah ketidaklulusan jenjang SMA/MA meningkat dan nilai rata-rata turun, Jatim juga tersingkir dari 25 daftar peraih nilai UN tertinggi tingkat nasional baik jurusan IPA maupun IPS.
Menurut hasil UN SMA sederajat yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), 25 siswa peraih UN terbaik tersebut berada pada range nilai antara 58,05 sampai 56,60 untuk SMA IPA. Sementara SMA IPS berada pada range 55,85 sampai 54,35. Dari range tersebut, tak satupun peserta UN dari Jatim menempati ranking 25 terbaik.
Peraih nilai UN tertinggi SMA jurusan IPA diraih oleh Ryan Aditya Moniaga dari SMA Kanisius DKI Jakarta dengan nilai 58,05. Selain DKI Jakarta, provinsi lain yang berhasil mengantarkan siswanya sebagai terbaik nasional antara lain, DI Jogjakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Utara, dan Banten. Sementara untuk jenjang SMA IPS diraih oleh Nur Afifah Widyaningrum SMAN 1 Jogjakarta  dengan nilai 55,85. Selain dari DI Jogjakarta, provinsi lain yang juga mendapat peringkat terbaik antara lain Sumatera Utara, Banten, Bali, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta.
Sementara dari tingkat kelulusan, Jatim berada posisi ke empat nasional. Peringkat pertama diraih oleh Jawa Barat dengan tingkat kelulusan 99,97% dengan jumlah tidak lulus 62 siswa. Disusul DI Jogjakarta 99,96% dengan jumlah tidak lulus 8 siswa, Jawa Tengah 99,92%  tidak lulus 131 siswa dan Jatim 99,91% dengan jumlah tidak lulus 196 siswa. Jumlah siswa tidak lulus itu dihitung dari persentase jumlah peserta UN.
Terkait torehan prestasi Jatim yang melorot dari tahun lalu, Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim hingga saat ini enggan berkomentar. Kepala Dindik Jatim Dr Harun MSi mengaku tidak tahu di peringkat berapa Jatim saat ini. Sebab, dari pihak Kemendikbud tidak ada satu pun data terkait peringkat tersebut. “Saya tidak tahu dan tidak punya datanya,” tutur Harun.
Tidak hanya posisi Jatim di level nasional, Harun juga mengaku tak tahu sebaran nilai terbaik di Provinsi Jatim. Bahkan menurut informasi, data kelulusan yang diterima daerah pada tahun ini tidak disertai dengan soft copy. Dengan demikian, daerah pun tak dapat mengetahui siapa saja siswa terbaik peraih UN di daerahnya. “Kami tidak punya data peringkat terbaik di daerah,” kata dia.
Surabaya Merosot
Tren penurunan tingkat kelulusan dan nilai UN di Jatim juga berimbas ke Surabaya. Jika tahun lalu hanya 4 siswa SMK dan 9 siswa SMA tak lulus, tahun ini jumlah siswa tidak lulus menjadi 9 siswa SMK dan 13 siswa SMA.
Salah satunya siswa SMAN 13 Surabaya jurusan IPS. Kepala SMAN 13 Surabaya Yatno mengakui siswa yang tidak lulus ini memang lemah dalam beberapa mata pelajaran. “Nilainya memang di bawah standar. Untuk matematika saja hanya dua koma. Padahal nilai mata pelajaran minimal kan 4,0,”aku Yatno saat ditemui usai rapat koordinasi dengan Dinas Pendidikan Surabaya di SMKN 6 Surabaya, Senin (19/5).
Dengan adanya satu siswa yang tidak lulus berarti ada 248 siswa SMAN 12 yang tidak lulus. “Memang tahun ini bobot soalnya naik, jadi rata-rata nilainya juga turun,”tandasnya. Selain di SMAN 12, adanya siswa tidak lulus juga terjadi di dua SMA swasta wilayah Surabaya Pusat serta seorang siswa dari SMKN 8 Surabaya.
Kepala SMKN 8 Surabaya Nur Shodiq mengatakan satu siswa yang tidak lulus ini diketahui meninggal dunia sebelum mengikuti UN. “Dia sudah mengikuti ujian praktik, tetapi saat akan mengikuti UN ternyata sakit dan akhirnya meninggal dunia. Jadi otomatis tidak lulus,”katanya. Bagaimana dengan nilai rata-rata sekolah? Nur Shodik mengaku ada penurunan dibandingkan tahun lalu, tetapi berapa penurunannya dia belum mengecek.
Penurunan nilai rata-rata juga diakui Kepala SMAN 1 Surabaya Yohanes Mardijono. Jika tahun lalu rata-rata nilai di sekolahnya 51,83. Kini turun menjadi 48,52 untuk IPA dan 47,59 untuk IPS. Meski demikian nilai ini masih di atas rata-rata nilai se-Jatim. “Meski turun, tapi cukup memuaskan karena masih di atas rata-rata Jatim. Apalagi siswa kami juga lulus 100 persen,”katanya.
Kepala Dindik Surabaya Iksan mengakui, penurunan ini terjadi secara menyeluruh. Dia beralasan penurunan nilai rata-rata ini karena bobot soal UN tahun ini meningkat dibandingkan sebelumnya. Menurutnya, ini juga dikarenakan nilai UN yang akan digunakan sebagai pertimbangan masuk perguruan tinggi negeri. Jadi, bukan karena kualitas guru yang turun. “Mereka yang tidak lulus akan didatangi rumahnya oleh perwakilan guru dari sekolahnya masing-masing. Atau bisa juga melihat di website,” kata Iksan.
Mantan Kepala Bapemas KB Kota Surabaya ini mengingatkan, setelah pengumuman UN siswa yang dinyatakan lulus tidak melakukan aksi konvoi dan corat-coret seragam sekolah di jalanan. Larangan ini pun sudah dikoordinasikan dengan pihak Polrestabes Surabaya, jika ada pelajar yang melanggar akan ditindak tegas.
Ditanya mengenai 18 siswa SMAN 12 yang terlibat kasus perjokian kunci jawaban UN, Iksan mengakui secara keseluruhan mereka dinyatakan lulus. Menurutnya, ke-18 siswa ini telah memenuhi kriteria kelulusan dengan meraih nilai akhir lebih dari 5,5 dan tiap mata pelajaran paling rendah 4,0. Nilai akhir ini dihitung dari 60 persen nilai UN dan 40 persen nilai sekolah/madrasah. “Kenyataannya mereka memenuhi kriteria kelulusan dari nilai sekolah dan nilai UN, ya lulus,” kata Iksan.
Bukankah mereka sudah berbuat curang dengan menyebarkan kunci jawaban? Menurut Iksan tindakan itu tidak diatur dalam Prosedur Operasional Standar (POS) UN. Di POS hanya disebutkan jika perbuatan curang seperti mencontek atau membawa kunci jawaban itu dilakukan di dalam ruang ujian. Sementara yang di luar ruang ujian tidak disebutkan. “Saat ini sesuai kriteria mereka memang lulus. Terkait pertimbangan lain, kami masih menunggu dari provinsi dan pusat,” tutur dia. [tam]

Tingkat Kelulusan UN SMA Sederajat Nasional Tahun 2014
Peringkat  Provinsi   Tingkat Kelulusan
1.    Jawa Barat  99,97 persen
2.    DI Jogjakarta  99,96 persen
3.     Jawa Tengah  99,92 persen
4.     Jawa Timur  99,91 persen

Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Keterangan Foto : Siswi SMKN 2 Kota Semarang, Mutiarani, menjadi pembicaraan hangat di sekolahnya. Sebab, dara kelahiran 27 November 1994 itu menjadi siswi peraih nilai ujian nasional tertinggi se-Indonesia dengan nilai UN murni 29,6.

Tags: