Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Kota Santri Sidoarjo Perlu Solusi

Dr Mahir Amin, peneliti dari UINSA Surabaya, menjadi narasumber FGD mencegah kasus kekerasan perempuan dan anak di Kab Sidoarjo. [alikusyanto/ bhirawa]

Sidoarjo, Bhirawa
Tingginya kasus kekerasan anak dan perempuan di Sidoarjo mendorong peneliti dari UINSA Surabaya, Dr Mahir Amin, berpendapat kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Kab Sidoarjo selama ini, harus segera ada solusi yang cepat dan tepat.

“Sebab kalau tidak, kasus kekerasan pada perempuan dan anak di kota santri ini, akan terus tinggi,” ujarnya.

Disampaikan, pada tahun 2021 lalu, jumlah kasus kekerasan pada perempuan dan anak di kabupaten ini mencapai angka 163 kasus. Kondisi sempat menjadi pembicaraan di tingkat provinsi Jawa Timur.

Dari hasil penelitiannya di 18 kecamatan di Kab Sidoarjo selama 8 bulan, sejumlah penyebab kasus kekerasan pada perempuan dan anak ini, diantaranya faktor perkembangan IT, pendidikan, lingkungan sosial, psikologi dan ekonomi.

Dirinya sempat merinci, misaknya faktor perkembangan IT. IT yang berupa HP android, lebih banyak dipakai untuk hal yang bersifat negatip. Tidak dibarengi dengan kesiapan mental, sehingga pemakai bisa menjadi syok budaya.

“Akhirnya dengan alat komunikasi itu, pelaku lebih banyak menggunakannya untuk hal negatip, daripada hal yang positip,” kata Mahir, Selasa (22/11) kemarin, yang kebetulan menjadi narasumber dalam kegiatan forum grup discusion manajemen dan penanganan kasus pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, yang digelar oleh Dinas P3AKB Kab Sidoarjo, di Sun hotel Sidoarjo.

Faktor ekonomi, misalnya karena banyak hutang, menganggur dan gaya hidup yang tidak sesuai kondisi riil. Maka menurut Dr Mahir, hidup dengan apa adanya. Tidak hidup meniru gaya-gaya di media sosial.

“Jangan bergaya hidup seperti di media sosial,” tegasnya, kepada peserta undangan dari perwakilan OPD di Sidoarjo, 18 kecamatan, organisasi remaja, organisasi perempuan keagamaan dan lembaga terkait,” terangnya.

Faktor penyebab yang lain, diantaranya juga karena pengaruh lingkungan. Sehingga terjadi kenakalan, salah pilih teman dan kondisi keluarga yang tidak harmonis.

Menurut ia, memang tidak mungkin kasus kekerasan bisa dihilangkan 100%. Tetapi paling tidak, dikurangi dan bisa dicegah jangan sampai terjadi.

Maka menurut ia, tantangannya adalah sosialisasi terus tanpa kendor. Dan jangan hanya mengandalkan dari Pemerintah saja. Namun perlu dukungan semua pihak.

Dr Mahir sempat menyampaikan untuk penelitian ini pihaknya melakukan sampling kepada 77 orang yang pernah menjadi korban kekerasan perempuan dan anak. Selain itu, timnya juga mewancarai pihak yang tahu masalah ini, misal dari kepolisian, perangkat desa, keluarga dan pegiat masalah ini.

Sekretaris Dinas P3AKB Kab Sidoarjo, Drs Samsu Rizal, mengatakan upaya sosialisasi pencegahan kasus kekerasan perempuan dan anak meski sudah dilakukan, namun tetap membutuhkan dukungan dari semua pihak.(kus.gat)

Tags: