Kelahiran Ternak Sapi di Jatim Tahun 2020 Tembus 1.089.589 Ekor

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa saat melangsungkan peninjauan inseminasi buatan di salah satu daerah di Jawa Timur. [dok disnakjatim]

Pemprov, Bhirawa
Kebanggaan tersendiri bagi Provinsi Jawa Timur ditengah pandemi Corona Virus Desease 2019 (Covid 19), ternyata masih bisa memproduksi ternak sapi melebihi dari target yang ditentukan nasional. Kelahiran ternak sapi di Jawa Timur Tahun 2020, berhasil tembus sebanyak 1.089.589 ekor sapi atau 104 persen, dari yang ditargetkan sebelumnya sebanyak 1.050.000 ekor sapi.
Untuk melebihi target, tentunya berbagai intervensi diupayakan seperti kawin suntik gratis, pemeriksa kebuntingan (PKB) gratis, dan pelaporan kawin suntik, PKB, dan kelahiran secara realtime melalui aplikasi Ishiknas (Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional).
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur (Disnak Provinsi Jatim), drh Wemmi Niamawati MMA yang didampingi Kepala UPT Inseminasi Buatan Disnak Jatim DR. Drh. Iswahyudi, MP, terkait dengan keberhasilan Jawa Timur dalam inovasi Intan Selaksa (Inseminasi Buatan Sejuta Lebih Anakan Sapi) mendukung Nawa Bhakti Satya.
Wemmi mengatakan, dengan Inseminasi Buatan (kawin suntik) program Sikomandan mendukung Intan Selaksa ini, maka setiap tahunnya Jatim akan mendapatkan revenue berupa pedet (anak sapi) umur 6 bulan – 1 tahun sebanyak 1.089.589 ekor atau setara 8,7 triliun rupiah/tahun.
Jumlah itu juga setara dengan 34,8 triliun rupiah selama 4 tahun pelaksanaan Upsus Siwab dan Sikomandan di Jawa Timur. Nilai ini merupakan bagian dari nilai tambah yang akan diterima oleh peternak, sehingga Upsus Siwab dan Sikomandan dapat meningkatkan kesejahteraan peternak dan secara nyata akan menurunkan angka kemiskinan masyarakat.
Kelahiran pedet hasil inseminasi buatan 1.089.589 ekor sapi juga menjadikan Jawa Timur sebagai sentra pelaksanaan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) mulai tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 dan dilanjutkan program Sikomandan tahun 2020.
Untuk meraih kelahiran sebanyak 1.089.589 ekor sapi, lanjut Wemmi, pada tahun 2020 Provinsi Jatim telah melakukan kawin suntik pada 1.793.000 akseptor dari target sebelumnya 1.600.000 akseptor. Begitupula pendistribusian semen juga telah direalisasikan dari dari 1.850.000 semen, menjadi sebanyak 2 186 600 semen atau 118 persen.
Begitupula dengan target peningkatan SDM (petugas kawin suntik/insemintor, red) bersertifikat juga mengalami peningkatan dari 250 orang menjadi 350 orang atau 140 persen. Sedangkan SDM yang ber SIPP (Surat Izin Pelayanan Paramedik) juga mengalami kenaikan dari 200 orang menjadi 300 orang atau 150 persen.
Capaian kelahiran ternak sapi di Jawa Timur yang menembus 1.089.589 ekor sapi itu, lanjut Wemmi, merupakan sinergi yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta para pelaku pembangunan peternakan di Jawa Timur.
Selain itu, juga berkat bantuan dari seluruh petugas lapangan sebagai ujung tombak pelaksanaan Sikomandan menuju Intan Selaksa di Jawa Timur yakni dokter hewan, sarjana peternakan, petugas inseminator dan petugas pemeriksa kebuntingan.
“Berkat kerja keras semuanya, maka Jawa Timur mampu swasembada daging sapi pada khususnya dan protein hewani pada umumnya,” kata Wemmi, Senin (4/1).
Disisi lain, Wemmi juga menyampaikan, potensi sumber daya alam peternakan dan produksinya di Jawa Timur untuk ternak sapi potong mencapai 4,7 juta ekor yang berkontribusi 27% terhadap populasi sapi Nasional dan menempati peringkat I Nasional.
Dan ternak sapi perah sebanyak 287.197 ekor yang berkontribusi 51 % terhadap populasi Nasional, dengan produksi susu segar sebanyak 517.985 ton dan menempati peringkat I Nasional;
Ia menambahkan, saat ini Jawa Timur telah mampu mencukupi kebutuhan daging sapi dalam provinsi. Kebutuhan daging sapi masyarakat Jawa Timur kisaran 95.283 ton sedangkan produksi mencapai 99.340 ton, maka Jawa Timur surplus daging sapi sebanyak 4.060 ton.
Selain itu Jawa Timur juga memasok sapi siap potong ke luar provinsi yang merupakan bagian dari surplus ternak di Jawa Timur. Namun, secara umum Indonesia sampai saat ini masih mengalami defisit pasokan daging sapi, oleh karena itu peran serta Jawa Timur sebagai daerah penyangga kebutuhan daging sapi Nasional harus tetap dipertahankan.
Penyebab terjadinya kesenjangan antara supplay dan demand daging sapi Nasional adalah kurangnya pasokan. Hal ini terlihat dari konsumsi perkapita daging sapi tahun 2019 mencapai 2,6 kg/ kapita/tahun atau setara dengan 742.000 ton.
Sedangkan kemampuan produksi daging sapi dalam negeri hanya 496.300 ton. Sehingga terdapat kekurangan supplay daging sapi nasional sebesar 245.700 ton atau setara dengan 1.4 juta ekor sapi hidup.
Adanya kesenjangan yang cukup tinggi antara supplay dan demand inilah yang memicu terjadinya lonjakan harga jual daging di tingkat pasar. Oleh karena itu, upaya peningkatan populasi ternak sapi secara cepat sebagai upaya untuk menurunkan kesenjangan antara supply dan demand harus menjadi prioritas utama. [rac]

Tags: